10

1.9K 107 4
                                    

“Besok jangan kuliah. Kita ke rumah teman papa pukul 10 pagi. Papa akan menjemputmu.” Pak Joko berkata dengan suara rendah di telepon.

“Iya pa… sampai bertemu besok pagi. Assalamu’alaikum” kata Langit.

“Wa’alaikum salam” Pak Joko kemudian menutup teleponnya.

“Apa Langit tidak apa-apa pa?” tanya Bu Joko.

“Dia anak kita satu-satunya. Papa sudah membicarakan hal ini dengan Langit bulan lalu saat ia pulang. Dan ia bilang tidak keberatan sama sekali. Bahkan ia menyebut papa dengan kata arif” Pak Joko bangga dengan anaknya, Langit.

“Oh ya sudah kalau begitu. Mama tidak begitu paham dengan Langit. Untunglah kalian berdua sebagai sesama lelaki saling memahami. Mama mau nonton TV dulu pa…”

Bu Joko bangkit dari Sofa di ruang tamu dan masuk ke dalam. Sementara Pak Joko teringat dengan pembicaraan bulan lalu dengan Langit.

“Papa punya teman baik. Dulu sekantor di Mojosari. 3 tahun lalu ia dipindahkan ke cabang Malang. Dan kemarin kami berdua punya ide untuk mengenalkan anak lelaki papa satu-satunya dengan anak gadis yang juga satu-satunya dari teman papa. Bagaimana menurutmu?”

“Apakah ini semacam perjodohan?” Jawab Langit tenang. 

“Maunya sih begitu. Papa sudah sangat akrab dengan Pak Budi. Dan kami terus berkomunikasi sejak ia pindah dulu sampai sekarang. Tapi kami berdua tahu bahwa anak jaman sekarang tidak suka dijodohkan. Jadi, kami berdua hanya ingin kalian saling mengenal. Kalau ada salah satu pihak tidak suka, maka tidak akan ada perjodohan.” Pak Joko menjelaskan.

“Oh… begitu ya. Kalau begitu silakan diatur saja. Kalau Langit sih percaya sama papa. Kalau teman papa baik menurut papa, maka anak gadisnya pun pasti baik. bukankah buah tidak jauh dari pohonnya? Lagipula papa adalah orang arif. Pasti pilihan papa tidak salah jika menyangkut masalah besar seperti ini.”

“Semoga saja nanti kamu suka sama anak gadis Pak Budi. Kalau anak gadis Pak Budi juga suka, maka nanti rencananya langsung tunangan saja. Biar sama-sama punya kepastian”

“Silakan atur saja pa…. Langit sih nurut saja. Bukankah lelaki baik-baik untuk perempuan yang baik-baik pula? Jadi Langit cukup yakin karena selama ini sudah berusaha menjadi lebih baik dari hari kemarin”

“Syukurlah kalau begitu. Papa bangga dengan kamu. Ternyata kamu sudah dewasa sekali ha ha haa….”

Begitulah pembicaraan Pak Joko dengan Langit bulan lalu. Setelah mengatur segalanya, besok adalah hari pertemuannya. Dan Pak Joko sangat antusias bertemu dengan gadis yang mungkin akan menjadi calon menantunya.



















**********


















Pukul 19:30. Silfin sudah merasa sehat sekali. Ternyata dokternya memang benar-benar ahli. Buktinya, setelah tidur selama 2 jam tadi siang ia sudah tidak merasakan apa-apa lagi kecuali lapar. Dan rasa lapar itu pun hilang setelah ia menyantap nasi pecel bungkus yang didapatnya dari warung di depan kos.

“Assalamu’alaikum” ucap seorang ibu-ibu berusia sekitar 50 tahun.

Akhirnya yang ditunggu tiba-tiba juga. “Wa’alaikum salam. Duh mama lama sekali datangnya. Ayo masuk ke kamar ma”kata Silfin manja.

Bu budi hanya tersenyum. kemudian masuk di kamar putrinya dan duduk di sebuah kursi belajar; Silfin duduk di kasurnya.

“Sudah terima SMS mama, kan? Besok harinya. Jadi Silfin SMS teman-teman Silfin dan minta tolong untuk ijin besok”

“Besok tidak ada kuliah ma. Lagipula masih mahasiswa baru. Jadi tidak ada kegiatan lain selain jam kuliah saja. Tapi ini bukan perjodohan yang dipaksa, kan? Kalau Silfin tidak suka berarti tidak akan ada pertungan, kan?”Silfin mengingatkan mama tentang kesepakatan bulan lalu.

“Iya… Papamu memang ada-ada saja. Mama tidak bisa apa-apa dengan rencana papamu dan Pak Joko. Lagipula mama khawatir sama Silfin. Soalnya udah banyak lelaki yang ditolak Silfin. Nanti malah tidak laku lho…..” Bu Joko menasihati Silfin.

“Soalnya sekarang Silfin jatuh cinta ma. Baru seminggu…. eh sudah putus. Tapi Silfin yakin semua akan baik-baik saja. Cuma kesalahpahaman saja”

“Wah ternyata anak mama tidak takut lelaki lagi. Memang siapa nama pacar Silfin?”

“Langit. Langit Abiyasa” Silfin menyebut dengan nama lengkap.

Bu Budi tampak terkejut. Tapi tetap tenang, “Oh….”

Namanya kok sama ya dengan nama anak Pak Joko yang tadi dibicarakan suaminya. Baguslah kalau mereka sudah pacaran. Sepertinya di dunia ini memang banyak terjadi kebetulan.
Pikir Mama Silfin

“Kalau begitu ayo kita pulang. Cuma 2 tas ini saja? Mama angkat satu, Silfin angkat satu dan bawa ke mobil sekarang” Bu Budi mengambil sebuah tas kecil berwarna biru.

“Iya mah… ayo. Tapi jangan bilang-bilang papa kalau Silfin punya pacar. Biar papa nanti tidak marah kalau Silfin mengatakan tidak terlalu suka dengan anak temannya.”

“Jangan terlalu yakin. Siapa tahu Silfin akan menyukai anak lelaki Pak Joko” Bu Budi berkata dengan singkat dan berjalan keluar kamar.

Silfin tidak terlalu peduli dengan ucapan mamanya dan menganggap mamanya hanya mengoda saja. Setelah mengunci kamar, ia keluar bersama mamanya. Pulang ke rumah yang sesungguhnya.













**********










Langit masih dikamarnya. Ia baru saja selesai membaca buku berjudul Totto-Chan.

 Buku yang bagus sekali, pikir langit.

Malam ini pasti akan sepi. Abdul katanya akan berbisnis dengan teman-temannya di Tienshin.
Entah itu merk dagang apa. Sementara Sholikin harus pergi ke kost-an teman-teman barunya untuk meminjam buku-buku penting untuk kuliahnya. Untuk difotokopi.

Sendirian di rumah, Langit membuka halaman Ms. Word dan mengisi buku hariannya :

Hari ini aku benar-benar tolol.
Aku begitu marah kepada Silfin dan berpikir bahwa ia hanya mempermainkanku seperti halnya Endah. Padahal itu pasti tidak benar. Hanya saja saat bersama Silfin dan bertemu dengan teman lelakinya, aku langsung teringat dengan Endah lagi setelah tidak memikirkannya lagi. Dan aku melampiaskannya kepada gadis yang tidak bersalah. Ia pasti merasa sakit setelah kejadian tadi.

Tapi terkadang memang semua sudah diatur oleh Tuhan. Untung saja aku mengatakan putus. Dan aku yakin Silfin tidak akan menemuiku lagi karena merasa sakit hati. Tidak apa-apa, lagipula ia akan semakin bersedih seandainya ia tahu bahwa aku akan dijodohkan.Dan besok adalah harinya.

Aku masih orang yang sama seperti ketika Endah mempermalukanku. Tidak ada cinta tanpa ikatan. Cinta sejati adalah cinta yang telah terikat pernikahan. Dan seharusnya aku menceritakan kisah kelamku kepada Sholikin dan Abdul sejak awal sehingga mereka tidak memaksaku menerima cinta dari seorang gadis yang tak kukenal.

Besok setelah acara perkenalan, aku akan mengatakan setuju kepada papa. Pasti ia gadis yang baik. dan tidak lupa, aku juga akan melunasi utangku kepada Sholikin dan Abdul tentang kisahku bersama Endah. Setidaknya aku harus mulai terbuka kepada teman-teman terdekatku. Aku berjanji.

(bersambung…….)

Pria Bernama Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang