Mr. Busy

734 66 11
                                    


Check Mulmed : Party in the U.S.A

"Gue bantu apa sih? Kenapa harus gue?" Sekarang Agni jadi harus sedikit mengejar langkah panjang Cakka yang sepertinya sungguh tergesa-gesa.

"Karena lo peringkat 3 besar paralel." Cakka menjawab bertepatan dengan laki-laki itu membuka sebuah pintu kayu. Salah satu ruangan yang ada di sekolah mereka.

Agni menatap sesaat tulisan yang tergantung di atas pintu 'RUANG KEARSIPAN'

"Ini sebagai permintaan gue dari taruhan waktu itu. Tolong bantuin gue ngedata semua Arisip Siswa tahun ini."

Agni mendelik menatap Cakka yang menunjuk tumpukan berkas yang tersusun dengan map yang bermacam warna. "Kepala sekolah nggak mengizinkan gue minta tolong anggota Osis, karena kepsek nggak percaya sama mereka."

"Beliau cuma percaya sama anak kelas unggulan dari setiap angkatan. Karena kelas 12 lagi persiapan ujian, otomatis gue harus minta tolong sama anak kelas 10 yang punya peringkat 3 besar paralel." jelas Cakka.

"Temen sekelas kakak emang nggak ada yang pinter alias 'peringkat 3 besar peralel gitu?" Agni sebenarnya muak, saat Cakka mengucapkan kalimat 'peringkat 3 besar paralel' yang sepertinya sengaja di tujukan kepadanya.

"Anak Osis nggak ada yang masuk kelas XI IPA 1 selain gue. Dan temen sekelas gue emang terbukti pinter, tapi nggak ada yang bener."

Agni mengerjap beberapa kali, tanda kaget lalu kembali menyadarkan dirinya dengan bertanya "Gue bukan peringkat terbaik, kenapa nggak minta tolong sama yang peringkat 1?"

"Karena yang saat ini ada cuma lo, dan ini semua harus selesai sore ini." ucap Cakka lalu duduk di salah satu kursi yang melingkari meja besar penuh dengan map berwarna-warni yang tidak beraturan.

"Anjir! Lo gila? Berkas sebanyak ini? Cuma kita berdua yang ngerjain? Dan harus selesai sore ini?" Cakka hanya mengangguk lalu mengambil laptop di tas nya.

"Ini udah selesai setengahnya, karena gue cicil dari semalam. Gue harap lo mau bantu gue, gue yakin kalo kita kerja sama, ini semua bakalan selesai tepat waktu." gumam Cakka.

Agni diam sesaat, lalu memilih meletakkan tas punggugnya ke lantai dan mengeluarkan laptop dari tas nya. "Untungnya gue juga bawa laptop." balas Agni lalu ikut duduk di kursi yang tersedia.

"Lo bawa laptop? Sepertinya lo punya firasat kuat, bakal ngerjain ini semua." kekeh Cakka yang sudah sibuk membuka berkas map yang berantakan dan harus di urutkan sesuai warna nya terlebih dahulu.

"Jadi mulai dari mana?"


***


Ruang berukuran 15 x 15 meter, yang di dominasi dengan rak buku tinggi dan lebar yang mengelilingi ruangan. Juga meja kerja yang sangat besar di tengah-tengah ruangan, persis ruang diskusi perusahaan.

Ruangan itu tak kunjung hening, karena suara ketikan laptop yang beradu dari jari-jari Cakka juga Agni. Mereka tak banyak bicara saat mengerjakan itu semua.

Agni sudah hanyut dalam mengetik sejak dua jam yang lalu. Tiga anggota tubuhnya bergerak bersamaan, jari-jari yang mengetik, mata yang melirik berkas, dan mulut yang mengunyah kentang goreng.

Sebenarnya dia sampai mengorder makanan siap saji, unntuk menyelamatkan perut nya. Seiring berjalan nya waktu, tumpukan berkas itu mulai surut juga dari atas meja.

"Kak, kenapa kepsek nyuruh lo kerjain ini semua? Seharusnya kan ada petugas Arsip yang ngurusin beginian." ujar Agni yang merasa bosan jika tidak berbicara.

We and They ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang