Black Box Incident

693 65 11
                                    

Happy Reading :)

Hari ini kelas X di liburkan, karena adanya kegiatan kemah kemarin. Yah seperti hari istirahat bagi yang mengikuti kemah penuh kegiatan itu. Hari ini Shilla menemani Mamanya dan Acha untuk shoping. Sebenarnya dirinya juga mencari kesempatan untuk free shoping.

Mumpung sang Mamanya yang membayar semua belanjaannya, jadi tabungannya tak berkurang. Berhubung Mamanya sedang libur, dirinya juga sedang libur. Daripada dirumah tidak melakukan kegiatan apapun, mending hangout. Iya nggak?

Seperti biasa saat shoping, tempat-tempat yang di hampiri 3 perempuan satu darah itu, adalah gerai pakaian, sepatu, atau restaurant Jepang.

Ketiganya jika masalah jalan-jalan atau Shoping memang sudah klop dari dulu. Kadang sang Papa yang bergender laki-laki seorang diri dikeluarga mereka, hanya bisa mengikuti 3 perempuan yang sang di cintainya itu.

Tapi kali ini, sang Papa tak bisa ikut karena pekerjaan dikantor. Berbicara tentang pekerjaan, sang Mama sebenarnya adalah seorang pekerja kantor di kantor yang sama, milik Papanya. Dulu kisahnya, mereka berdua kenal karena satu tempat kerja.

Dulu masa muda Papanya sudah di bebani tanggung jawab besar atas perusahaan turunan dari sang Kakek.

Mamanya masih aktif bekerja disana, tapi tidak terlalu sibuk seperti dulu. Karena sang Papa sudah mengatur pekerjaan Mamanya menjadi lebih ringan. Hari bekerja Mamanya pun hanya dari hari Senin hingga Kamis. Selebihnya Mamanya cukup dirumah mengurus keluarga.

Peraturan itu berlaku, tanpa bisa diganggu gugat sejak Mamanya memutuskan ingin bekerja lagi. Bersamaan saat Acha masuk kelas 5 Sekolah Dasar dan Mamanya tidak memiliki aktifitas di rumah karena Acha dan Shilla sama-sama sekolah.

"Mamamamama.... Makan yok makan." Ujar Acha menunjuk restaurant yang mereka lewati.

"Nggak di tempat biasa aja?" tanya Mamanya meneliti restaurant yang di tunjuk anak bungsunya.

"Bosen ma, makanan Jepang mulu. Iya kan Kak?" gumam Acha meminta persetujuan Shilla. Shilla hanya mengangguk setuju, menunggu Mamanya memutuskan.

"Oke Ayo!"

Belum sempat 3 perempuan itu melangkah sampai ke dalam restaurant, seorang laki-laki menabrak bahu Mama Shilla dengan sengaja. Alih-alih menarik pula tas tangan wanita paruh baya itu.

"HEI! HEI!! PENCURI!!!!" Pekikan Mama Shilla cukup keras membuat orang-orang sekeliling langusung mengalihkan pandangan kearah mereka. Beberapa laki-laki dewasa mulai banyak yang mendekat untuk menolong.

Tapi sebuah suara, mengintruksi semua yang ada disana. "JIKA ADA YANG MENDEKAT SATU LANGKAH LAGI, GADIS INI AKAN MATI!!!"

Sontak wanita paruh baya yang tadi panik akan tas nya yang di tarik seseorang tak di kenal. Panik nya berubah, saat tau anak gadis nya yang di maksud. "SHILLA!!" Tangan nya memeluk erat Acha yang ada di sampingnya.

Shilla hanya terdiam dengan perasaan tegang, saat merasakan benda dingin menempel di dahinya. Pistol laras pendek yang kapan saja siap meluncurkan peluru pada kepalanya.

Matanya dengan jeli menjelajah ke sekelilingnya, semua orang terdiam di tempat. Karena Orang-orang berpakaian hitam yang merupakan komplotan penjahat disini tidak hanya satu, tapi berjumlah banyak. Dan semuanya mengarahkan pistol kearah Shilla, yang kini mungkin menjadi pusat perhatian.

Dilihatnya kembali, banyak masa yang ada disana mulai membubarkan diri keluar dari mall, karena takut akan adanya orang berbahaya dengan senjata di dalam mall ini.

Shilla melirik Mamanya yang menangis sambil memeluk sang adik. Di lain tempat, salah satu dari komplotan itu mulai membongkar isi tas milik Mama Shilla, mengambil sebuah kotak kecil yang hanya dapat di buka dengan kata sandi.

We and They ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang