How the Next Days?

448 48 110
                                    



"Fy, tenang napa. Lo kayak narapidana baru keluar dari penjara tau nggak? Makan cilok segitunya," seru Shilla heran melirik Ify yang duduk di trotoar, dengan gigi yang berlomba mengunyah butiran-butiran cilok yang dibumbui sambal dan kecap.

Agni dan Via juga ada di sana, bedanya mereka berdua memilih duduk di kursi angkringan cilok depan sekolah mereka itu. Karena Shilla memilih berdiri dan terus memperhatikan Ify.

"Lo nggak ngerasain jadi gue sih."

"Lo emangnya ngerasain apa Fy?" ledek Via terkikik pelan.

"Merasakan bulir-bulir cinta yang baru jadian." Agni melanjutkan dengan nada meledek yang sama.

Ify menatap tak suka, lalu memilih melanjutkan makan. "Rese!"


Saat ini pukul 17.27 sore. Dan mereka belum pulang juga, karena nungguin si biang heboh hari ini. Alyssa Sufika Umari. Tersangka penyebab ponsel Via nge-hang dan penyebab ramainya semua media sosial.

Harusnya sih, Ify sama Rio dapet komisi karena peminat Instagaram, Facebook, Whatsapp dan sosial media lain hari ini tentu saja semakin banyak dikunjungi.

"Thanks ya, udah mau nungguin gue sampai sore gini."


Jelas, Ify harus nunggu sekolah sepi dulu, baru pulang. Kalau enggak sama aja bohong dong! Dia sembunyi dengan perut keroncongan karena cacing-cacing di perutnya bentrok. Dan, sia-sia bolos pelajaran seharian!

Tau-tau Ify muncul di gerbang sekolah, di mana tiga sahabatnya itu dengan senang hati nungguin dia, sampai sore begini. Rio? Caileh! Pacar baru harus buru-buru pulang, katanya ada hal penting. Ify tadinya mau dianterin pulang, tapi gadis itu menolak dengan alasan mau cari makan dulu.

"Santai, kayak nggak biasa aja begini."

"Eh! Lo sembunyi di mana sih sama kak Rio? Kok anak-anak satu sekolah nggak ada yang tau?" tanya Agni, yang memang sejak tadi penasaran akan hal itu.

"Di belakang sekolah, di atas pohon mangga yang waktu itu. Gila kan? Gue nggak habis pikir kak Rio ngajak gue sembuyi di sana," balas Ify dengan wajah kesal.

"Serius di sana? Di atas pohon mangga?" tanya Shilla memastikan, Ify membalas dengan anggukan jelas.

"Gokil! Romantisi abis!!!"

"Heh?" Ify menggrenyit aneh, mendengar komentar Via yang terasa aneh di lubuk hatinya. "Romantis lo bilang?"


Kini gantian Via yang mengangguk. Dan Ify semakin menggrenyit heran, dengan presepsi sehabatnya. "Vi, apa yang romantis dari manjat pohon mangga kayak monyet?" geram Ify terlihat dongkol.

"Ya.... romantis aja Fy, kan bisa berduaan," balas Via sekenanya.

"Lah emang, misalnya gue sembuyi di gudang atau tempat sepi lain, gue nggak berduaan? Kan gue sembuyinya bareng kak Rio gimana sih?"

"Ih! Ify! Nggak boleh berduan di tempat sepi, nanti yang ketiga setan!" Tiba-tiba Shilla menyeletuk, dan Ify semakin dongkol saja.


Gadis itu bangkit dan menenteng tasnya, "Udah, udah. Nggak usah dibahas, pusing gue!" Ify mengusap pelipisnya pelan.

Agni, Via dan Shilla ikut beranjak dari angkringan cilok itu. Berjalan menuju halte yang tak jauh dari gerbang utama sekolah.

"Vi," panggil Ify pelan.

"Ya?"

"Nanti malam telepon-an ya, gue butuh konsultasi."

We and They ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang