"Majulah,Naruto..." kata Sasori.
"Aku takut..." lirih Naruto. Sasori tersenyum dan memeluk Naruto dengan erat. Menyalurkan ketenangan pada diri Naruto.
"Percayalah padaku,kau bisa. Aku yakin. Jangan buat kami semua kecewa,ya?"
Naruto terdiam. Kemudian,menggangguk.
.
"Jadi, ini yang akan melawanku? Fu..fu...haha...aduh,tampaknya lemah sekali," ejek perempuan yang bernama Fuu itu. Dahi Naruto mengernyit tanda tak suka dengan sikap Fuu. Hei,belum dimulai wanita didepannya ini sudah menghinanya dengan kalimat yang bisa menyakitkan hati. Emosinya tersulut.
' tenang Naruto...' lirih Naruto sambil menghela napas.
"Mulai!" seru Penalti. Fuu berlari kearah Naruto, melancarkan pukulan kearah Naruto. Dengan sigap,Naruto berlari kedepan saat melihat Fuu akan menerjang tubuhnya. Kemudian,mengirimkan tendangan kepunggung Fuu dengan kuat.
Naruto lumayan kaget dengan tindakannya. Selama ini,ia tidak pernah belajar bela diri dari siapapun. Ah,tidak juga. Ayahnya dulu jago bela diri. Saat ia berumur 4 tahun,ia pernah minta diajari oleh ayahnya. Namun, ayahnya selali menolak dan mengatakan kalau Naruto masih kecil. Ya. Jadinya Naruto hanya memandangi ayahnya latihan sehingga gerakan ayahnya itu terekam di otak kecilnya.
Krakk!
Terdengar suara tulang patah. Fuu berdiri susah payah saat merasakan rasa sakit pada bagian punggungnya. Ia menatap Naruto dengan kesal. Mikoto dan Hinata sudah mulai terlihat khawatir.
"Cih. Pandai juga kamu ya,bocah..." ujar Fuu dengan nada meremehkan. Naruto meneguk ludahnya sendiri dan mulai ketakutan.
"Akh!" jerit Naruto kesakitan saat Fuu menendang perutnya yang sama sekali tak ada pertahanannya. Dia jatuh terduduk sambil memeganh perutnya yang terasa ngilu. Apalagi,Fuu kan masih memakai sepatu. Fuu tersenyum kemenangan. Dia menendang tengkuk Naruto sehingga membuat gadis pirang itu tersungkur kesamping.
"Enngg!!" teriak Naruto. Sakit. Ia dapat merasakan lehernya yang terasa mau putus.
"Naruto!!" teriak Mikoto panik. Namun,dia sama sekali tidak diperbolehkan masuk karena pertandingan baru saja dimulai.
"Ada apa,pirang? Sakit, hmm?" tanya Fuu dengan nada penuh ejekan. Dia menatap sinis kearah Naruto yang sedang berusaha duduk. Air mata sudah merebak di ujung matanya. Membuat Fuu tertawa terbahak bahak bagai kesetanan.
Dia menendang perut Naruto sekali lagi sehingga membuat gadis pirang itu terpental kebelakang.
Bluaaak!
Naruto memuntah kan isi perutnya. Tubuhnya terasa remuk. Ia sama sekali tidak bisa bela diri. Perlahan,matanya mulai menutup. Dia dapat mendengar seruan panik dari Mikoto, Hinata, dan Tayuya. Dia juga dapat mendengar suara tawa setan yang berasal dari mulut Fuu. Dia juga dapat melihat wajah Sasori senpai yang terlihat khawatir sembari mengucapkan namanya tanpa bersuara. "Naruto..."
"Naruto... Jangan menyerah,sayang..."
Mata Naruto membulat. Ia dapat mendengarbsuara itu. Itu,suara ayahnya.
'Tou-san..?' batin Naruto.
"Jangan menyerah, sayang... Ayah tau,kamu sangat kuat. Kamu bisa. Percayalah pemuda bayi itu. Ayah percaya padanya,"
'Tapi,ayah...aku nggak bisa. Aku nggak bisa bela diri.' batin Naruto lagi.
"Naruto... Kamu punya. Kamu punya kekuatan yang sangat besar yang kini berada didalam dirimu,nak..pakailah kekuatan itu. Dan,kalahkan anak sombong yang ada didepanmu,"
'Kekuatan apa?'
"Kekuatan yang diberikan kelima senpai mu..ayah sudah melepaskannya,"
Deg!
Naruto berusaha bangkit. Kini,ia berdiri didepan Fuu yang tampak tak percaya.
"Kenapa? Apa kamu kaget melihatku dapat berdiri kembali?" tanya Naruto, dingin. Sungguh, bukan Naruto sekali.
"Cih,aku muak dengan mu bocah!!!" teriak Fuu sambil menyerang Naruto dengan pedang tajam nya. Naruto hanya menyerigai. Tanpa mereka sadari,mata Naruto berubah menjadi ruby merah dengan vertikal yang tajam.
Tap!
Semua menahan napas saat melihat Naruto dengan santainya memegang ujung pedang Fuu. Fuu tersentak. Tubuhnya gemetaran hebat saat melihat shappire Naruto berubah menjadi ruby merah dengan vertikal. Naruko syok saat melihat Naruto.
"Tidak...mungkin..."
Hinata syok,begitu juga dengan Tayuya. Ujung pedang itu sangat tajam dan Naruto dengan santai nya memegang ujung tersebut dengan tangannya tanpa pertahanan apapun. Kelima senpai itu menyerigai begitu juga dengan Mitsuki. Menyerigai licik pada Naruto. Mikoto menatap Naruto dengan tatapan tak percaya.
Kraakk!!
"Whooaaaa!! Kau lihat itu? Dia mematahkan pedang Fuu dengan tangannya dalam sekali sentakan!! Hebat!!!" teriak Mc.
Fuu syok saat melihat pedangnya dipatahkan dengan mudah oleh Naruto. Sedangkan,Naruto hanya menyerigai sambil melihat pecahan pedang. Pedang itu asli. Dan,bisa dipatahkan dengan mudah oleh Naruto.
Hinata membelalak. "Naru-chan..." lirihnya saat melihat Naruto menyerigai dan matanya berubah yang bukan shappire lagi. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia dapat merasakan kalau yang didalam area pertandingan itu bukan Naruto. Tapi,orang lain yang memakai wujud Naruto.
Naruko melemas. Sakura berseru panik dan tak percaya pada Naruto. Sepertinya, mulai sekarang ia dan temannya yang lain harus berhati hati terhadap Naruto. Ia tak mau bernasib sama dengan pedang milik Fuu. Tapi,yang ia herankan adalah kenapa saat mereka menyakiti Naruto, Naruto tidak melawan?
"Beraninya kamu mematahkan pedang kesayanganku,bajingan!!!" teriak Fuu, murka. Ia berlari dan menyerang Naruto. Naruto dengan lincahnya melayani setiap serangan yang diberikan okeh Fuu.
Duak!!
"Akh!"
Kaki jenjang Naruto menendang dagu Fuu sehingga Fuu tersungkur kebelakang. Fuu kalah. Ia pingsan.
"Pemenangnya adalah Namikaze Naruto!!!"
Naruto berusaha mengembalikan jati dirinya. Gadis pirang itu syok saat melihat Fuu tak sadarkan diri. Apakah...apakah dia yang telah mengalahkan Fuu?
"Naruto!!" jerit Mikoto saat melihat Naruto ikut tumbang. Wanita berambut raven itu memaksa masuk kedalam area dan masuk kedalam. Menghampiri Naruto yang tampak pucat.
"Dia tak apa apa,kaasan.." kata Neji saat memeriksa denyut nadi Naruto. "Naru chan.." lirih Hinata.
Lalu,Naruto dibawa ke UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MATE LONELY [THE END]
FantasyIni hanya sebuah kisah tentang seorang gadis bersurai pirang dengan mata biru. Namikaze Naruto namanya. Gadis yang menjalani harinya dengan raut wajah kesepian, dimana tak seorang pun yang bersedia untuk menjadi teman curhatnya. Pilih kasih ia dapat...