Hari ini adalah hari penyerahan hadiah. Yang mendapatkan juara umum adalah SMA Konoha. Semua hanya menepuk tangan namun kekalahan sangat terasa dihati mereka.
Hadiahnya sangat banyak. Mulai dari piala,Laptop,uang tunai,dan lain lain. Mereka difoto.
Posisinya:
Kelima senpai ditengah rengah berdampingan dengan Mikoto ditengah mereka. Boruto dan Inojin disamping kanan Neji yang kebetulan mendapatkan posisi paling kanan. Mitsuki disamping kiri Sai.
Didepan Mikoto, sudah berdiri Naruto. Disamping kanan Naruto ada Tenten. Disamping kirinya ada Hinata. Disamping Hinata ada Tayuya dan Naruko. Disamping Tenten ada Ino dan Shion. Jadi,Sakura didepan Naruto dengan pose setengah duduk.
"Chesse!!"
Jepret!!!
"Whoaaa...cantiknya!"
.
Semua bersenda gurau didalam bisa. Sopir bisa berbaik hati membuka semua kaca mobil agar Naruto tidak mabuk lagi selama perjalanan menuju Konoha.
Ada yang bernyanyi,seperti Hinata dan Tayuya. Ada yang membaca buku seperti Tenten. Berdandan seperti geng Naruko.
Bahkan,ada yang tertidur. Padahal jam masih menunjukkqn jam 9 pagi. Ck..
.
"Semua gara gara Naruto!" seru Naruko sambil menendang kaleng bekas. Wajahnya merah padam. Hari itu adalah Hari kelima setelah perjalanan dari Suna.
"Bagaimana caranya agar anak tak tau diri itu lenyap dari dunia ini!" gumamnya kesal.
"Apa kau memang berkeinginan melenyapkannya? Hm..Naruko?" tanya seseorang dari belakangnya.
Tubuh Naruko menegang dan dengan gerakan patah patah dia berbalik. Dibelakang nya,ada seseorang laki laki yang tak lain dan tak bukan adalah Mitsuki.
"Mitsuki?" tanya Naruko. Mitsuki menyerigai kemudian berjalan mendekati Naruko.
"Kau berniat melenyapkannya?" tanya Mitsuki yang masih setia mengeluarkan seringaiannya. Mata Naruko berkilat kilat.
"Tentu saja." sahut Naruko dengan singkat.
"Aku akan membantu mu. Tapi,aku tidak menginginkan dia untuk mati. Bagaimana?" tanya Mitsuki. Naruko tampak bimbang.
Apa maksudnya menginginkannya tapi tidak mati? Dia hanya menginginkan Naruto itu mati! Itu saja.
"Baiklah,"
"Bagus,"
Mitsuki berjalan mendekati Naruko. Naruko ketakutan dibuatnya.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Naruko.
"Tentu saja. Mengubah mu sama sepertiku." katanya dengan santai. Sedikit demi sedikit, Naruko berjalan kebelakang.
"Menjadikan apa? Kita manusia," kata Naruko ketakutan.
"Khekhe...menjadi iblis!" jawab Mitsuki. Mata Naruko membulat. Belum sempat ia berteriak,Mitsuki sudah berada dibelakangnya. Membungkam mulutnya dan...
Menghisap darahnya.
"AAAA...!!!"
.
Kushina berjalan menuju suatu kamar. Dia berdiri didepan sebuah kamar yang pintunya bercat Orenge.
Entah kenapa,dia seperti merasa rindu dengan sesuatu yang ada dikamar tersebut. Perlahan,dia meraih kenop pintu dan membukanya secara perlahan.
Didepan matanya,disuguhkan tempat tidur yang kini sudah tak terpakai lagi. Meja belajar,Lemari,dan semua yang berhubungan dengan kamar ada disana.
Kushina duduk diatas tempat tidur itu. Mata Violetnya menelusuri setiap kamar yang sederhana itu.
Kamar itu...milik buah hatinya yang pernah ia campakkan dan ia bunuh.
Mata Violet nya terhenti disebuah Foto. Terdapat foto Minato disana bersama seorang anak perempuan bermata Shappire.
Kushina meremat dadanya. Dia meraih foto itu dan mengusap nya pelan. Tetes air mata mulai membasahi foto kenangan itu. Kushina menangis.
Dia meraih Hp nya dan membuka galeri. Terdapat banyak foto Naruto disana. Tangannya gemetaran saat melihat Naruto tersenyum. Cantik.
Wajahnya bulat seperti dirinya. Rambut pirang dan mata Shappire nya sama seperti mendiang suaminya,Minato.
"Hiks...hiks...maafkan KAASAN,Naruto..."
Dia memeluk Hp nya dan foto lama itu dengan erat.
"Aku adalah Kaasan yang buruk untukmu," isaknya.
"Lihatlah,Minato...anakmu tumbuh dengan sangat sempurna. Sama seperti Naruko." kata Kushina. Dia menghapus air matanya.
"Entah mengapa, aku merasa anakmu..juga adalah anakku,Minato...hiks..."
Didalam kamar itu,Kushina menangis. Meratapi diri karena kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MATE LONELY [THE END]
FantasyIni hanya sebuah kisah tentang seorang gadis bersurai pirang dengan mata biru. Namikaze Naruto namanya. Gadis yang menjalani harinya dengan raut wajah kesepian, dimana tak seorang pun yang bersedia untuk menjadi teman curhatnya. Pilih kasih ia dapat...