5. Maaf

2.2K 365 139
                                    


warning: slight mention of panic attack

Jadi begini, ketika Hyunjin bilang pada kedua orang tuanya bahwa ia ingin lanjut ke universitas yang diinginkan, ia tidak begitu menyelidiki universitasnya bagaimana. Hanya semacam meminta tolong pada Jeongin untuk mencarikannya universitas yang sesuai dengan keinginannya (tidak mewah dan super biasa), jadi Hyunjin tidak pernah terjun ke lapangan. Tidak tahu yang mana gerbang utamanya, yang mana lobby-nya, yang mana kelasnya.

Hyunjin masih agak (baca: amat) mengandalkan asistennya mengenai banyak hal, tapi ia berjanji kalau ini akan jadi terakhir kalinya.

(Hal ini pun membuat Hyunjin berpikir kalau mungkin saja Jeongin sengaja memilih universitas yang dekat dengan rumah Changbin ..., tapi tidak mungkin, Jeongin memihak Hyunjin, kan ...?)

"So, Hwang Hyunjin," suara berat Felix membuat Hyunjin menghentikan lamunannya, "kau tinggal di sekitar sini?"

Basa-basi sih, tapi untuk apa juga Si Felix ini ingin tahu mengenai tempat tinggalnya? Dalam perjalanan menuju kampus, sedari tadi terus saja Felix yang memulai topik obrolan. Hyunjin hanya akan menjawab seadanya. Awalnya Hyunjin cukup ramah untuk bertanya nama Felix, apa jurusan yang diambil, pokoknya pertanyaan basa-basi.

Tapi ketika Hyunjin mulai menyadari kalau perjalanan yang seharusnya hanya sepuluh menit ini jadi berlarut-larut, ia mulai ... sedikit panik. Apa memang seharusnya selama ini perjalanan yang bisa ditempun dengan jalan kaki?

"Uhm ..., begitulah."

"Begitulah? Aku tidak tahu ada alamat dengan jalan "begitulah"."

Oh, shit. Nada bicara Felix agak dinaikkan. Is he mad? Maybe he is .... Baiklah, mungkin sebenarnya melompat dari mobil ini kemudian berguling ke jalan, bukanlah ide yang buruk.

"Uhhh—"

"Oh," Kata Felix yang menginterupsi kegugupan Hyunjin. Lelaki itu sepertinya memang amat terbiasa dengan menyetir dilihat dari bagaimana santainya ia terlihat meskipun sudah menyelip banyak mobil dengan kecepatan yang hampir membuat mereka kena tilang. "I'm so sorry. Aku pasti kelihatan lancang atau aneh." Kini malah Felix yang nampak gugup, ia tertawa canggung, menghindari tatapan Hyunjin. "Aku hanya ingin punya teman, you know. High school was ... hard for me. "

Lalu ada hening panjang. Felix yang terdengar memaksakan kata-kata terakhir untuk dikeluarkan, membuat Hyunjin jadi diam-diam menilai kembali lelaki itu.

Penampilannya memang sih meneriakkan tipikal fuckboy yang mungkin sering update Snapchat-nya dengan caption: hell, yeah, this king owns this world so you better not fuck with me (tongue emoji, splashing sweat emoji).

Banyak piercings, pilihan setelan yang serba-overpriced, pilihan mobilnya juga, ahh. (Bukannya Hyunjin berpikir semua orang yang berpakaian seperti ini adalah fuckboys, ya ..., pokoknya begitulah.)

Tapi senyum manis Felix dan profil lembutnya membuat Hyunjin sedikit kebingungan. Cara Felix berbicara juga terkadang ada unsur menyeramkan, tapi tidak juga—okay, okay, cukup.

Mungkin memang Hyunjin yang overthinking.

"What happened?"

"Huh?" Felix sedikit terkejut pada pertanyaan Hyunjin.

"How bad was it?"

"Aku harus pindah sekolah tiga kali, meski ujungnya memilih homeschooling."

❝ Awkwardly Married  ❞ ━ changjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang