Part 5

118 11 3
                                    


Happy reading...
Jangan lupa di vote
Maaf banyak typo:)

Alvi berjalan santai di koridor sekolah yang nampak mulai sepi. Hanya segelintir orang yang masih berlalu lalang.Tangannya dia masukkan ke dalam kantong celananya. Tatapannya lurus kedepan, ia tak menghiraukan orang orang yang menatapnya memuja dan jeritan cewek cewek centil di sekelilingnya. Alvi sudah terbiasa akan hal itu, jadi ia tak heran lagi. Tapi sebenarnya ia risih, terlalu lebay, pikirnya.

Ia nampak santai memasuki ruang kelasnya, padahal bel masuk udah lama berbunyi yang otomatis pembelajaran telah dimulai. Kenapa? karna ia sudah tau gurunya sedang tidak berada dikelas. jelas, sekarang kelasnya jam pelajaran olahraga.

Kelas sudah sepi, hanya beberapa orang yang masih di dalam termasuk sahabat sahabatnya. Alvi berjalan menuju bangkunya yang berada paling belakang, disamping Al. di depan mereka ada Rio dan Rava.

" Dari mana aja lo? " tanya rava.

" Toilet"

" Masa? gue liat tadi lo kayak bawa paper bag gitu?" selidik rava, ia tak percaya.

" Lo salah liat "

" Enggak, gue ngk salah liat. Mata gue masih bagus ya, jelas jelas gue liat lo tadi bawa bawa paper bag!" Bantah rava, ia masih belum percaya.

" Udalah, mungkin lo emang salah liat. lagi pula, ngapain juga si alvi bawa bawa paper bag" Lerai al, ia bosan melihat perdebatan mereka. kalau enggak dilerai, sampai monyet lebaran juga ngak akan selesai selasai.

" Kalian kok ngak percaya sih sama gue? mata gue masih bagus ya, masih jernih, ngak ada sakit apa apa!" sewot rava, ia sebal ngak ada temannya satu pun yang percaya.

" udalah rav, masalah ini aja kok repot sih. emang kenapa kalau itu beneran si alvi? urusannya sama lo apa? mending kita ganti baju, entar pak botak ngamuk.Lo tau sendiri kan pak botak gimana" ujar Rio. Mereka memang memanggil guru olahraganya itu pak botak, karna kepalanya botak. Padahal sebenarnya, pak bagas nama aslinya, Bagas santiono.

Rava ngalah, ia juga terlalu malas berdebat sama es batu.ngak akan bakal menang, di tambah teman temannya ngak ada yang memihaknya. Sekarang mereka berempat ganti baju,ngak deh, si alvi ngak ikut. Dia hanya duduk manis sambil main game di handphone nya.

" Lo kok ngak ganti baju vi?" tanya rio.

" Ngak bawa" singkat, jelas. Alvi emang gitu, irit ngomong. Udah dari sononya ia gitu, jadi mereka ngak akan heran lagi sama sifat alvi yang satu ini.

" Tumben, biasanya lo selalu bawa kok " heran al, jelas ia heran. Selama ia jadi temannya si alvi, ia ngk pernah liat alvi ngk bawa baju olahraga.

" Ngak ingat "

" sejak kapan lo jadi pelupa? biasanya juga si rava yang gini, kok jadi lo? atau sifat pelupa si rava pindah sama lo " tambah rio.

" Kenapa gue dibawa bawa sih? Si alvi yang lupa, gue yang dihina. kalian jahat sama aku " lebay rava.

" Najis tai, jijik gue sama lo! gue mau muntah dengar lo ngomong " cibir rio, dia menirukan gaya orang yang mau muntah.

" Kamu kok gitu beb sama aku? aku kan pacar kamu" Ujar rava menirukan suara orang banci, sambil ngedip ngedipin matanya genit.dia bergelanyutan di lengan rio.

" Sana jauh jauh lo dari gue. Jangan sentuh sentuh, tangan lo bau tai" usir rio, dia menghentakkan tangannya keras berniat melepaskan tangan rava dari lengannya.
Sedangkan al hanya natap mereka dalam diam, ngak berniat mengomentari. Alvi masih sibuk sama game nya.

" Beneran vi, lo ngak bawa baju? berarti lo ngak ikut pelajaran olahraga dong, pak botak ngak akan izinin lo buat ikut " Kembali ke topik awal, al bertanya lagi. Dia ingin memastikan.

F A K E  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang