32

719 34 0
                                    

Jangan lupa tekan star untuk menghargai author. Happy reading~

Author's POV

"Serius demi apa?"

"Wadidaw, belom jadian mertua dah dateng. Eh."

"Wagelaseh."

Shania menepuk jidatnya. Ia menghela nafasnya kesal.

"Mimpi apa gue semalem punya sahabat gesrek kayak lo semua." Katanya dengan menyeruput teh hangatnya.

Ia masih belum bisa mengonsumsi makanan dan minuman yang sembarangan. Karena di tempat ini hanya teh hangat yang aman, alhasil dia memesannya.

"Gue lebih setuju lo sama Azmi, Sha. Serius dah." Kata Fabi seraya memakan bakso yang ia pesan.

"Tapi Ferell lo kemanain?" Tanya Nola membuat hati Shania bingung lagi.

"Udahlah. Yang jalanin kan lo. Gue sama yang lain cuma nyaranin lo. Lo jangan ambil pusing. Nikmatin aja dulu. Selagi nikmatin, rasain juga di antara mereka, mana yang selalu bikin lo nyaman." Jelas Putri.

Shania semakin bingung. Ia mengaduk-ngaduk sedotan ice cappucino milik Fabi seraya mencerna kata-kata Putri. Sang pemilik minuman tak terima. Gadis berambut sebahu itu menyenggol lengan sahabatnya.

"Bengong ya bengong. Minuman gue jangan dijadiin korban juga, elah." Kata Fabi kesal. Shania hanya nyengir kuda dan meletakkan kepalanya di atas meja yang sudah mereka pesan.

"Gue udah mikir selama ini." Kata Shania sedikit ragu.

"Terus?" Sahut ketiga sahabatnya. Shania menghela nafas panjangnya.

"Kalo gue pikir-pikir, ngikutin kata hati itu sama aja gue jadi orang bego. Kebanyakan kata hati itu seolah-olah maksain diri kita ngelakuin yang bener-bener gak masuk akal. Sedangkan kalo kalian ngikutin pikiran lo, secara gak langsung pasti masuk akal dong. Bener gak sih?" Jelas Shania dengan menatap ketiga sahabatnya.

Namun, Shania tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Para sahabatnya menghela nafas masing-masing dengan berat.

"Gue kira bakal milih Azmi."

"Kirain dah mutusin milih yang mana."

"Astaga, Shania."

Shania mengerutkan dahinya bingung. "Apa gue salah?"

Putri menghela nafasnya lelah. Mungkin sahabatnya yang satu ini lelah untuk memikirkan persoalan asmaranya. "Gini, lo milih Azmi atau Ferell?"

"Gue gak tau." Jawab Shania dengan malas. Ia merogoh tasnya saat ponselnya berdering. Setelah menemukan benda persegi itu, ia melihat bahwa ibunya menelepon. Tak mau menunggu lama, ia menekan tombol hijau kemudian menggesernya ke samping.

"Halo, Bu?"

"..."

"Sekarang?"

"..."

"Yaudah, Shania langsung pulang."

Telepon terputus. Gadis berambut sepunggung itu menyesap teh hangatnya hingga habis.

"Gue harus cabut duluan." Katanya setelah menghabiskan tehnya.

"Kenapa?" Tanya Fabi.

"Diajak jalan sama bokapnya Azmi."

BRUSHHH!!

"SUMPAH LO?"

"Anjir!"

"Astaga, Nola! Jorok banget sih lo."

Bendahara Kelas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang