28

718 35 0
                                    

Jangan lupa tekan star untuk menghargai author. Happy reading~

Author's POV

"Ke sini lagi? Seneng banget lo ngajak gue ke sini."

Kata gadis itu setelah turun dari motornya. Ia hanya diam dan meletakkan helm yang ia kenakan di spionnya.

Gadis yang rambutnya ia biarkan terurai merasa nyaman dengan taman ini. Taman yang berada di tengah kota dengan pemandangan yang indah. Cocoklah untuk melihat bintang dan bulan di malam hari. Ia menoleh menatap lelaki di sampingnya. Lelaki itu hanya diam saja. Membuatnya bingung dengan segala sikapnya yang secara tiba-tiba. Tiba-tiba datang. Tiba-tiba muncul. Tiba-tiba suka mengganggu. Tiba-tiba menyatakan perasaannya. Meskipun ia menolaknya, ia tetap tiba-tiba datang dengan misterius.

"Gue suka sama lo." Shania menghela nafasnya. Sudah berkali-kali lelaki itu mengucapkannya. Bahkan mungkin seribu kali? Ah, lebay.

"Iye, tau."

Suasana semakin canggung. Tidak ada percakapan setelah itu. Azmi sendiri bingung harus bagaimana. Ia cukup berani sering mengutarakan perasaannya kepada Shania. Namun, untuk yang lainnya ia tak berani.

"Lo..."

Ujar mereka bersamaan. Azmi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedangkan Shania hanya bisa menatap ke arah lain. Kenapa gue jadi gugup gini, anjir. Umpatnya dalam hati.

"Lo duluan." Kata mereka yang lagi-lagi kompak bersamaan. Membuat keduanya saling tertawa.

"Lo mau ngomong apa?" Shania terlihat sedikit enjoy dan tidak mempermasalahkan lelaki di depannya kini. Toh, dia sudah menjawab pernyataan cinta Azmi.

"Lo duluan aja,"

"Duduk sana aja, yuk!"

Ajak Azmi saat ia melihat bangku taman yang kosong. Kedua insan tersebut berjalan menuju bangku itu. Duduk dengan diamnya. Berbeda dengan Shania. Ia menatap langit yang cerah. Menatap rasi bintang yang membuatnya mengingat seseorang yang ia rindukan. Senyum manis tercipta di wajahnya.

"Dah kek orang gila aja lo. Untung gue suka."

Senyum Shania memudar. Ia kesal dan memutar bola matanya. Dasar cowok aneh! Katanya dalam hati.

"Bodo amat." Jawab Shania sakartis dan tetap menatap langit. Meskipun ia menjawabnya dengan cuek, Azmi tetap menyukainya. Bahkan ia tetap tersenyum saat gadis itu terlihat cuek.

Shania mengingat sesuatu. Ia mengalihkan pandangannya. Menatap Azmi di sampingnya yang ternyata juga menatapnya.

"Apa?" Kata Shania membuyarkan lamunan Azmi.

"Hah? Iya, gue suka sama lo." Seru Azmi dengan tertawa di akhirnya. Shania memutar bola matanya. Laki-laki di depannya kini benar-benar menyebalkan. Bukannya merasa bersalah, ia tetap tertawa. Bahkan semakin keras tawanya saat melihat wajah Shania. "Apa sih!"

"Lo lucu kalo marah. Pantesan cowok brengsek itu suka." Kata Azmi dengan mengembangkan senyumnya.

"Aww!! Sakit, ogeb!"

Azmi mencubit pipi chubby Shania. Sontak saja ia berteriak. Namun, satu nama yang membuatnya teringat akan sesuatu.

"Lo kenapa sih benci banget sama Ferell?"

Senyum yang ia ukir sedari tadi hilang begitu Shania menyebut nama itu. Ferell. Apa ia harus menceritakan pada Shania? Mungkin memang sekarang waktunya.

"Mau tau aja apa mau tau banget?" Katanya dengan tawa yang ia ciptakan, lagi. Shania bersidekap dada dan mengalihkan pandangannya. Bibirnya mengerucut. Membuat Azmi gemas melihatnya.

Bendahara Kelas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang