26

734 32 0
                                    

Jangan lupa tekan star untuk menghargai author. Happy reading~

Author's POV

"Apa?" Katanya seraya menggrebek meja. Banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Namun, dia hanya membalas dengan senyuman tak berdosanya.

"Kok bisa sih? Lo masih percaya sama dia, Bi? Lo yakin?" Nola mengangguk mantap. Ia yakin dengan keputusannya. Ketiga sahabatnya hanya mendengus. Tidak yakin dengan lelaki yang dicintai oleh sahabat satunya ini, membuat mereka pasrah dengan keputusan Nola.

"Apa gue cariin cowok yang lain aja kali, ya?" Pikir Fabi. Satu toyoran berhasil mendarat ke kepalanya dan membuat poni di dahinya menari.

"Aw! Sakit, Nol!" Nola memutar bola matanya jengah. Lemotnya Fabi kumat. Ia tak tahan dengan kelemahan sahabatnya satu itu.

"Gue masih gak percaya lo ngasih kesempatan buat dia." Shania mengangguk menyetujui perkataan Putri. Sahabat mana yang terima jika sahabatnya disakiti oleh orang lain, sekalipun itu orang yang disayangi sahabatnya.

"Dia brengsek. Lo kan udah denger sendiri dari penjelasan Azmi waktu itu." Kata Shania sambil menyandarkan badannya ke tembok. Saat ini mereka berada di kelas Putri dan Nola yang sedang jamkos. Kelas Shania dan Fabi juga jamkos. Daripada mereka gabut dan tidak tahu harus apa, jadinya mereka ke kelas Putri dan Nola.

Mendengar nama Azmi disebut oleh Shania, Nola teringat sesuatu.

"Btw, Sha. Gue denger dari gengnya Revan, Azmi sekarang gak masuk. Dia lagi sakit." Shania tetap dengan posisinya. Tidak merubah sedikitpun. Bahkan ekspresinya? Tak perlu ditanyakan lagi. Tetap datar.

"Terus hubungannya sama gue?" Shania membuka botol minum Nola dan meminumnya karena kerongkongannya terasa kering.

"Kemarin Ferell brutal, mukulin Azmi sampe babak belur."

BYURRR!!!

"Iuh, Shania!"

"Jorok, ih."

"Heh, tas gue !!"

Satu kalimat Nola membuat Shania terkejut. Ia menyemburkan air yang ada di mulutnya ke sekitar. Membuat banyak penduduk kelas XI MIPA 2 protes kepadanya. Ia mendelik tak percaya.

"Jorok lo, anjir!" Putri memutar bola matanya. Bisa-bisanya sahabatnya bersikap sejorok ini.

"Ma..maksud lo apa? Ngapain Ferrel..?" Kata Shania terbata.

"Tapi tadi Ferell biasa aja tuh di kelas." Kata Fabi menimpali. Ia teringat. Pagi tadi ia melihat Ferell dengan senyum mengembangnya. Entah karena apa lelaku itu tersenyum dengan begitu senang. Namun, Shania tak mempedulikannya. Ia masih menjaga jarak dengan Ferell karena sikap kasarnya saat mereka berada di Taman Kota. Bahkan Ferell sendiri tidak meminta maaf kepadanya.

"Kemarin gue ke tongkrongannya Revan. Kalian tau sendiri, Revan sama Azmi itu satu geng. Terus, salah satu dari mereka bilang kalo Azmi abis digebukin sama cowok. Dan ternyata cowok itu adalah Ferell." Jelas Nola.

"Gila tuh cowok."

"Keren, anjay." Ketiga pasang mata tersebut menoleh menatap Fabi dengan mengerutkan keningnya masing-masing.

"Apanya yang keren?" Tanya Shania bingung. Fabi hanya melebarkan senyumnya menunjukkan sederet gigi putihnya dan menggelengkan kepalanya.

"Gue juga gak ngerti. Hehe." Ujar Fabi polos membuat ketiga sahabatnya kesal.

"Jenguk aja si Azmi, Sha." Kata Fabi tiba-tiba. Shania menatap mata Fabi intens. Apakah sahabat tercintanya ini bercanda? Apa maksud perkataannya? Menjenguk Azmi? Bahkan ia saja tidak tahu rumah Azmi dimana. Jangankan rumah, kelaspun ia tak tahu Azmi kelas apa. Oh, kenapa masalahnya semakin rumit saja?

Bendahara Kelas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang