23

804 33 0
                                    

Author's POV

"Jadi lo jomblo kan? Ada kesempatan dong gue. Hahaha."

BRAKK!!

Ferell menutup pintu ruangan Shania dengan keras membuat seisi ruangan terkejut. Ia sangat membenci Azmi. Lebih baik dia pergi daripada ia harus menghajar Azmi di depan banyak orang.

Melihat adiknya pergi, Adi menyusul Ferell. Tak lupa ia berpamitan dahulu pada Shania. Senyum licik Azmi semakin merekah. Ia merasa bahwa ia menang. Entah mengapa dendamnya masih harus ia balas. Karena Ferell telah menghilangkan nyawa seseorang yang ia cintai. Dan parahnya lagi, mereka mencintai orang yang sama.

Ceklek

Mata Azmi menyipit. Mengingat gadis yang datang membuka pintu ruangan Shania. Kayak pernah ketemu. Tapi dimana, ya? Batin Azmi.

"Babi, lo gapapa 'kan? Sorry gue telat datengnya." Shania tersenyum melihat kedatangan sahabatnya. Beberapa hari ini Nola memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja. Tidak memusuhi Shania. Syukurlah.

"Gue gapapa. Cuma lecet doang." Nola mengernyitkan dahinya bingung setelah melihat Azmi. Azmi pun menatapnya penuh dingin. Kemudian Nola kembali menatap Shania.

"Cuma lecet? Ini luka lo lebih parah daripada yang dulu. Ini kali kedua kan, lo masuk rumah sakit gegara masalah yang sama?" Shania mengangguk.

"Heleh, kali kedua. Kayak lagunya Afgan aja." ucap Fabi malas. Satu toyoran datang di dahi Fabi.

"Lagunya Raisa, Ogeb!" Timpal Nola memutar bola matanya jengah.

"Tumben cerdas." Sahut Putri sakartis. Sedangkan Nola hanya tersenyum bangga.

"Dasar Alay."

"Sha, itu siapa? Kok familiar, mukanya." Tanya Nola berbisik pada Shania. Azmi hanya menatap Shania intens. Ia terus menatap Shania sedari tadi setelah Nola datang.

"Em." Shania mencoba mengingat-ingat. Ia lupa akan bicara apa pada Nola.

"AHA! Aww." Semua terlonjak kaget mendengar Shania teriak. Namun, mereka juga merasa iba karena Shania kesakitan.

"Alay."

"Lebay."

"Lebay."

"Eh, itu kan dah gue pake. Lo ganti yang lain dong." Ujar Fabi tak terima. Nola hanya memutar bola matanya kesal.

"Ogeb lo!" Fabi hanya cekikikan tidak jelas. Nola kembali pada perhatiannya ke Shania.

"Apaan?"

"Gue baru inget," Kata Shania sambil bangun dari tidurnya dan merubah posisinya menjadi terduduk. Tak lupa pula, sahabat-sahabatnya itu membantu Shania. Kecuali Azmi.

"Mi, sini deh!" Ketiga sahabat Shania mengerutkan kening. Mereka bingung dengan apa yang akan dilakukan Shania. Sedangkan Azmi, ia tetap berjalan dengan santai mendekati Shania.

"Jadi gini, Bi. Gue tau lo pasti familiar banget sama wajah pasaran kek cowok gak jelas ini. Kenapa? Karena dia ini temennya Revan," Nola menutup mulutnya terkejut. Fabi menatap Putri tak percaya.

Bendahara Kelas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang