Hai pangeran.
Kamu hadir dari sebuah harapan.
Simponi yang berkelanjutan.
Cinta yang merekatkan.
Dan takdir yang memisahkan.
Seperti yang kutuliskan.
Kamu hal terindah yang aku inginkan.-bunga layu 🥀
Sudah kali ketiga Gibran mendapatkan kertas yang berisikan sebuah bait . Hanya satu harapan Gibran , hal sama tak terulang lagi.
Gibran merutuki dirinya kenapa harus terjebak dengan masa lalu, ditambah lagi surat yang ia dapatkan akhir akhir ini.
Tak ingin memberi tahu pada siapa pun Gibran langsung menyimpan kertas tersebut dalam sakunya.
Pikirannya bertanya tanya , siapa kandidat yang bisa curigai?.
Atau dia kembali?
"Mana mungkin ! Dia udah meninggal" bisik Gibran pada diri sendiri.
"Kenapa dah?" Tanya Dogar yang baru saja datang.
Gibran tak mengindahkan pertanyaan Gibran , ia malah berdiri dari duduknya menghampiri Arin.
"Arin" sapa Gibran penuh semangat.
Jangan lupakan soal semalam, tentu saja Arin cukup kesal . Gini nih kalo hubungan gak jelas , mau cemburu juga siapa? Mau ngelarang juga hak lu ape?
"Masih marah ? Ih udah dong kan udah Gibran jelasin " Gibran berlenjeh lenjeh ria membuat seisi kelas bergedik jijik.
Arin mematikan handphonenya dan memasukkanya dalam saku , lalu menatap Gibran.
"Mau itu pacar lo atau bukan hak gua apa buat marah?"
#arinbutuhkepastian.
Gibran terdiam mencernah kalimat dari Arin.
"ada hak atau gak , wajar kalau kamu marah Rin"
Tiba tiba seisi kelas hening , hanya perdebatan diantara Arin dan Gibran .
Ulah Lyra nih tiba tiba nyuruh sekelas diem , biar kedengeran trus digosipin deh yeee.
"Wajar? Iya aku marah! Bukan karena kamu jalan sama cewek lain , bukan itu Gib. Kamu mikir gak sih? Gimana jadi aku yang setiap hari kamu permainin perasaanya? Setiap hari kamu buat aku seolah permaisuri kamu, tapi kamu gak ngasih kepastian apa apa. Gib..."
Arin menghela nafas sebentar berusaha menahan air matanya.
"K..kamu pikir aku ini apa? Kalau gak bisa kasih kepastiaan kasih aku satu pernyataan yang buat aku sadar kalau nunggu kamu itu salah"
Gibran tertohok atas ungkapan Arin barusan , ini akibat masa lalu .Gibran jadi sulit melangkah menuju masa depan. Gadis itu! Kenapa sangat sulit lepas dari hati serta pikiran Gibran.
"Aku pikir kamu ngerti Rin , padahal aku udah cerita semua kekamu kenapa aku sulit menata masa depan, karena masih ada masa lalu yang belum aku selesain. Tadinya aku pikir kamu mau sedikit lebih sabar sampai aku benar benar siap "
Gibran tersenyum tipis menatap Arin yang kini matanya sudah berkaca kaca.
"Karena aku mau langsung jadiin kamu permaisuri di rumah kita nanti , tapi kayaknya kamu udah capek nunggu ya?"