"Jangan pernah berpikiran untuk pergi jika kamu ingin aku baik-baik saja."
-Yura-
***
"Mau kemana lagi, Bram?" Aku sudah kembali berada dalam gendongan Bram. Berusaha menegakkan kepala dan menahan mata agar tetap terbuka karena menahan kantuk. Meski beberapa waktu lalu sempat ada canggung di antara kami berdua, namun Bram berhasil menghilangkannya dengan memaksaku tetap naik ke gendongannya.
"Lapangan." Ahh iya, gara-gara begitu terpesona dengan cahaya kunang-kunang yang berkedip-kedip, membuatku lupa tujuan utama Bram mengajakku pergi.
"Masih jauh?" Tanyaku lagi dengan suara khas orang mengantuk yang tak bisa disembunyikan. Kemudian aku menguap dengan begitu lebar.
"Kamu ngantuk banget ya?" Tanpa menjawab pertanyaanku, Bram bertanya dengan melirikku dari ekor matanya. Aku mengangguk sambil memejamkan mata.
"Ya udah tidur aja. Nanti kalo udah sampe aku bangunin." Bram berkata lembut. Tangannya mengusap ujung kepalaku dan membawanya bersandar pada bahu kanannya.
Tanpa pikir panjang lagi, akupun mencari posisi nyaman pada bahu Bram, berusaha untuk terlelap. Tapi tiba-tiba ada satu pertanyaan yang muncul di benakku, membuatku mengurungkan niat untuk terlelap.
"Boleh tanya sesuatu?" Tanyaku sambil menenggakkan kepala.
"Apa?"
"Kabar kamu sama..." Aku menelan ludah sebelum melanjutkan pertanyaanku. Berpikir apakah seharusnya aku menanyakan ini sekarang. "...Sela, gimana?"
Bram menolehkan kepalanya untuk menatapku setelah mendengar nama Sela disebutkan. Dahinya berkerut dan matanya menatapku dengan arti yang aku tak tau apa. Tak ada niat untuk menjawab pertanyaan dariku.
"Baik-baik aja kan?" Aku menggigit bibir bawahku setelah mengucapkan pertanyaan itu. Merutuki diriku yang tiba-tiba saja menanyakan hal itu setelah beberapa waktu lalu aku dan Bram saling canggung. Dan sekarang aku membuat suasana kembali canggung.
"Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu tanya itu?" Tanya Bram dingin, tanpa menjawab pertanyaanku.
"Emmm pe...pengin....pengin tau aja." Ucapku terbata. Rasanya salah membicarakan hal ini sekarang.
Bram menghela nafasnya. "Kamu kayaknya udah dalam tahap mengigau. Tidur gih." Bram kembali mengusap ujung kepalaku dan membawanya bersandar pada bahu kanannya. Aku menurutinya dengan sedikit terpaksa.
Tapi memang sepertinya benar apa perkataan Bram, bahwa aku sedang mengigau. Dari dulu mana ada aku peduli dengan hubungan mereka berdua? Bahkan baru kali ini aku membicarakan Sela. Berarti benar, aku mengigau.
***
"Yoga?" Aku menghentikan langkahku begitu aku melihat seorang laki-laki yang sebaya denganku sedang menyeduh teh di dapur.
"Yoga?" Aku menyipitkan mata untuk mempertajam penglihatanku. Takut aku salah mengenali dia.
"Bener itu kamu?" Dia tersenyum padaku. Senyum yang sangat aku rindukan. Aku tak salah mengenalinya, meski sudah bertahun-tahun aku tak melihat wajahnya. Sekarang dia sudah sangat berubah. Bukan lagi wajah anak SD dengan gigi ompong yang terlihat jika dia tersenyum, melainkan wajah laki-laki menjelang dewasa yang tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Hari
General Fiction"Terimakasih karena sudah berusaha membuatku bahagia semampumu." -Yura