--Sikap dingin itu memang diperuntukan untuk memastikan seberapa kuat kita bisa bersamanya atau merobohkan dinding yang dingin itu--
Cowok berjaket kulit itu melangkahkan kakinya kesebuah rumah berlantai dua itu. Raut wajahnya tidak menunjukan senyumnya sedikitpun melainkan hanya sebuah tatapan kebencian.Sedari tadi tangannya ingin memencet bel rumah itu namun selalu saja diurungkannya niatnya itu. Namun akhirnya cowok itu memberanikan diri untuk memencet tombolnya, belum sampai berbunyi pintu rumah itu sudah ternbuka. Berdirilah wanita paruh baya dengan rambut hitam lurus tergerai. Sorot mata wanita itu menatap tajam kearah cowok itu, ingin sekali ia memeluknya.
Namun si cowok itu malah membuang pandangannya kelantai untuk menghindari tatapan wanita itu.
Setelah keheningan beberapa menit kemudian cowok itu masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan keberadaan wanita yang telah membukakan pintu tadi. Saat melewati wanita itu cowok itu merasa jika ada tangan yang berusaha menghentikannya dan benar saja wanita itu menyentuh bahunya dengan raut wajah yang dihiasi senyuman. Namun lagi lagi cowok itu mengalihkan pandangannya agar tidak melihat kearah wanita itu dan menepis tangan wanita itu dengan kasar lalu pergi meninggalkannya.
Cowok itu kini berada didalam sebuah kamar yang lumayan besar ia segera meletakkan tasnya dan membanting dirinya kekasur empuk yang ia tinggalkan 2 tahun yang lalu. Suasananya masih tetap sama sebelum ia pergi dua tahun yang lalu itu.
“ Ka, gue pengen ngomong sama lo “ suara itu membangunkan Azka dari tidurnya dan segera mencari sumber suara itu berasal.
“ kali ini tolong dengerin gue!” cowok berkulit putih yang memakai kaos santai berwarna hitam itu kini duduk disamping Azka.
“hmm” Azka membuang nafasnya malas, ia meraih ponselnya dan memasangkan earphonenya ketelinganya.
Azka mulai menggeser keatas dan kebawah layar ponselnya itu memilih lagu kesukaannya untuk didengarnya dari pada harus mendengar cowok yang saat ini tengah menatapnya serius.
“ dengerin gue sekali ini aja!” lagi lagi cowok itu berusaha mengendalikan kesabarannya mengahadapi sikap Azka yang selalu saja seperti ini.
“ setelah ini lo mau apa itu terserah lo “. Azka terus fokus pada ponselnya dan menikmati lagu Love Your Self yang dipopulerkan oleh Justin Bieber itu.
“ apa ponsel lo lebih penting dari pada mama?” cowok itu melepas earphone yang terpasang diponsel Azka dengan kasar karna kali ini ia tak bisa lagi mentolerin sikap Azka.
“ lo gak bisa bersikap kasar ke mama!!, lo harus bisa menghormati dia!! Karna nggak ada yang bisa ngrubah kalau dia itu mama lo Ka. Dia udah lama nungguin lo datang ke Jakarta tapi lo sama sekali nggak mau lihat mama. Mama itu pengen ngomong sama lo Ka. Dia kangen sama lo!! “ cowok itu mengucapkannya dengan penuh penekanan dan tanpa jeda.
Ia menatap geram Azka lalu ia melempar ponsel Azka yang diambilnya tadi lalu pergi.
Azka sama sekali tak mau ambil pusing yang diucapkan cowok yang notabene satu tahun lebih tua dari dirinya itu padanya.
Masuk kuping kanan keluar kuping kiri, yang nggak penting ngapain ditanggepin, batin Azka
*******************
Sudah hampir jam tujuh tapi sekolah ini masih terlihat sepi entah kemana kurang lebih 1500 murid penghuni sekolah ini. SMK I jakarta ini terlihat berbeda setelah sebelum liburan semester dua minggu yang lalu, mungkin saja karna ini hari pertama masuk disemester dua setelah liburan panjang anak anak SMA I Jakarta sudah terbiasa bangun siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Boyfriend
Teen Fiction" gue sayang sama lo " " gue lebih sayang sama lo " " nggak perlu pacaran kan?" " tapi kenapa? Lo bilang lo sayang kenapa gue nggak bisa jadi pacar lo?" " karna lo temen gue " " lo nganggep gue temen tapi lo sayang?" " karna gue sayang lah gue nggak...