--Kamu seperti angin tidak bisa kulihat tapi selalu bersamaku--
Azka menatap Dovan yang terlihat serius menyelidiki kotak besar berwarna hitam yang berada dimeja Azka itu. Sedarin tadi Dovan hanya menyentuhnya tanpa berani membukanya.
Azka yang masih berdiri didepan pintu beranjak meninggalkan tempatnya dan menghampiri Dovan.
“ jangan terlalu melotot lihatnya ntar mata lo copot “ Dovan sama sekali tak menggubris perkataan Azka walau ini pertama kalinya Azka ngomong ke dia lebih dari tiga kata.
Meongg,,,,,,
Suara itu membuat Dovan langsung mundur ketakutan dan memeluk Azka.
“ Cihh,, ngapain lo peluk peluk!!!” Azka menepis tangan Dovan geli, kotak itu kini bergerak sendiri seperti ada sesuatu yang hidup didalamnya.
“ buang aja Ka, siapa tau bom “
Dovan kini sudah lari terpirit pirit dan bersembunyi dibelakang pintu sementara Azka kini sedang membuka kotak itu perlahan.
Azka terkejut dengan isi yang ada didalamnya, entah orang gila mana yang membungkus kucing didalam kotak.
Azka mengambil notice book yang berada didalam kotak itu setelah mengeluarkan kucing yang memiliki bulu berwarna putih bersih itu.
kucingnya rindu sama kamu katanya, Btw tenang aja, kucingnya nggak akan mati karna gue udah kasih lubang udara dikotaknya.
Azka menatap lubang besar yang ada dikotak itu dan tersenyum tipis.
“ Njirrr ternyata kucing “ teriak Dovan yang sempat dibuat takut dengan kotak hitam misterius itu.
“ kucing dipaketin, maketin itu makanan kek biar berguna dikit” gerutu Dovan.
cewek gila masak kucing dibungkus, batin Azka.
Alesha terus memikirkan hal konyol yang nekat dilakukannya itu. Pembahasan guru Keuangannya sama sekali tak ada yang diserap oleh otaknya itu. Bahkan pensil biru itu terpaksa menjadi korban disaat Alesha tidak doyan nasi lagi.
“ Alesha !!!!!!” tegur Bu Reni selaku guru keuangan Akuntansi.
“ ya bu “
“ jelaskan persamaan dasar akuntansi!”
Mampus lo!!
“ cinta = aku dan dia “ sontak jawaban Alesha mampu membuat seluruh isi kelas tertawa.
“ Alesha kamu basuh muka dulu!” Alesha hanya menurut pasrah, pipinya memerah saat ini entah mengapa perkataan itu keluar tiba tiba.
Kaca berbentuk persegi panjang itu kini memunculkan pantulan diri Alesha, tangannya mengelap air yang membasahi wajahnya tadi. Rasanya malas untuk kembali kekelas, pelajaran Bu Reni sungguh membuat mood Alesha bertambah buruk. Bukannya memperhatikan namun pikiran Alesha malah pergi kemana mana.
Alesha memutuskan untuk diam dikamar mandi beberapa menit lagi sampai bel istirahat dibunyikan. Ia tersadar kejadian kemarin ditempat yang sama, pintunya terkunci. Alesha dengan cepat membuka knop pintunya.
Klekk,,,
pintu itu terbuka dan dengan cepat Alesha keluar dari tempat itu. Memang takdir menyuruh Alesha untuk tetap diam dan menikmati pelajaran Bu Reni sampai selesai.
Saat melewati koridor kelas Multimedia Alesha sengaja memperlambat ritme langkah kakinya, berharap jika ia bisa bertemu Azka. Lagi.
Mata Alesha menjelajahi ruang kelas Multemdia yang kini sedang mengikuti pelajaran dari Pak Sabar. Terasa ada sebuah tangan yang menyentuh pundak Alesha dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Boyfriend
Teen Fiction" gue sayang sama lo " " gue lebih sayang sama lo " " nggak perlu pacaran kan?" " tapi kenapa? Lo bilang lo sayang kenapa gue nggak bisa jadi pacar lo?" " karna lo temen gue " " lo nganggep gue temen tapi lo sayang?" " karna gue sayang lah gue nggak...