CHAPTER 2

88 10 0
                                    

Sekarang Rubby lagi dikelas. Dia tahu bahwa Dika pasti berfikir bahwa dia itu keterlaluan. Tapi, dia tidak memikirkannya.

Sebenernya Rubby ke kelas itu karna jam pelajaran memang udah mau mulai, makanya dia pergi begitu aja.

Tiba tiba seorang guru masuk, bahkan Dika belum masuk juga.

"Kemana sih itu anak?" Batin Rubby.

Guru itu mulai menjelaskan materi. Dika masih belum datang juga.

Rubby mulai merasa gelisah. Mungkin, dia gelisah gara gara Dika sampai sekarang belum ke kelas juga. Entahlah.

Rubby mulai gusar. Bahkan, duduk saja dia merasa tidak nyaman. Sampai sampai guru yang sedang didepan mulai memerhatikannya.

"Rubby!"

Deg.

Guru itu mulai mendekati Rubby. Rubby kaget, sangat kaget.

"Kamu kenapa? Kayaknya gelisah gitu." Tanya guru itu sambil menurunkan kacamata bulatnya itu.

"A- anu pak." Rubby gugup.

"Anu apa? Jangan bikin saya ambigu."

"Guru mesum dasar." Gerutu Rubby dalam hati.

"Ngga pa. Saya gak papa."

Hening. Guru itu kembali kedepan, ke mejanya.

Tiba tiba, bel yang ada dikelas berbunyi.

Kringgg kringgg

"Perhatian semuanya. Kepada guru guru yang sedang mengajar diharapkan segera ke aula karena akan diadakan rapat. Dan untuk para siswa siswi, kalian boleh belajar dirumah. Terimakasih."

Dan, kelas mulai rusuh. Semua yang dikelas mulai berkeliaran. Dan guru yang sedang mengajar pun sudah keluar kelas.

Berbeda dengan Rubby, dia dari tadi tidak bergerak sedikitpun. Bahkan senyum saja tidak. Biasanya hal seperti ini kan, yang paling ditunggu tunggukan oleh seorang pelajar?

Tapi, entah kenapa Rubby justru sangat murung kali ini. Mungkin dia ada masalah?

Kelas sudah lumayan sepi, tinggal beberapa anak rajin saja. Oh tidak, anak yang tidak rajin juga ada ternyata. Ya, Rubby masih diam dikelas. Dia tidak beranjak sedikitpun dari kursinya.

"Rubby, kenapa lo belum pulang juga? Sekolah udah sepi loh." seru Ani, salah satu perempuan yang menganggap Rubby itu temannya.

Rubby melihat ke sekeliling. Memang benar, sekolah sudah mulai sepi. Tapi entah kenapa, Rubby tidak ada niat sedikitpun untuk beranjak dari kursinya itu.

"Gue kenapa sih? Tumben kaya gini. Biasanya kalo soal pulang cepet suka langsung pulang, tapi sekarang kok rasanya gak gitu lagi sih?"

Bukannya membalas ucapan Ani, Rubby justru malah menggerutu dirinya sendiri didalam hati.

Lalu tiba tiba terdengar seseorang memasuki kelas. Dia cowok.

Cowok itu dengan santainya memasuki kelas dan setelah sampai didepan meja Rubby cowok itu diam.

Cowok itu adalah Dika.

Dika menatap Rubby dalam dalam. Mungkin, dia berfikir kenapa cewek itu belum pulang juga. Sedangkan teman teman yang lainnya sudah pada pulang, hanya tersisa tiga orang saja.

Setelah puas menatap Rubby, Dika mengambil tas nya dan langsung pergi keluar kelas tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Rubby.

Rubby tampak gelisah. Kali ini dia benar benar gelisah, sampai sampai bercucuran keringat dingin dipelipisnya.

Ani yang sedari tadi memerhatikannya pun panik. Dia takut temannya yang super dupe cuek itu kenapa napa.

Lantas, Ani bersama dengan Feby mendekati Rubby.

"Rubby, lo gak papa? Lo sakit? Gue ambilin obat ya di uks." kata Ani panik.

"Gak usah Ni, gue gak papa kok." balas Rubby sambil senyum kikuk.

"Beneran lo gak papa Rub?" kini giliran Feby yang bertanya.

"Beneran kok hehe, gue pulang duluan ya Ni, Feb, Bye."

Tanpa menunggu balasan dari mereka berdua, Rubby langsung lari keluar kelas.

"Ni, lo ngerasa kasian gak sih sama si Rubby?" tanya Feby. Ani mengangkat satu alisnya.

"Kasian kenapa?" tanya Ani balik.

"Ya.. Kan si Rubby dari awal masuk sekolah gak ada temennya Ni, kalo ada tugas kelompok juga sama kita mulu, itu juga hasil kita sendiri yang maksa buat masukin dia ke kelompok kita.."

Feby diam dulu sebentar lalu dia melanjutkan kembali omongannya.

"Kalo gue sih kasian banget Ni, tapi ya emang salah dia nya sendiri sih. Banyak yang mau deket sama dia, eh malah dia abaikan. Gue tuh pengen banget tau dianggap sahabat sama dia, dia itu sebenernya baik banget, beda banget kalo lagi disekolah." kata Feby dengan raut muka yang sangat serius.

"Gue juga tau Feb lo itu pengen banget sahabatan sama si Rubby. Ya gue juga pengen sih, tapi gimana ya? Dia itu susah banget dideketinnya, yang ada nih ya kalo lo ngedeketin dia, lo itu kaya ngomong sama tembok tahu, makanya gue gak terlalu maksain biar deket." kata Ani yang tak kalah serius.

Feby nampak berfikir. Ucapan Ani tadi memang benar, Rubby sangat sulit sekali buat dideketin.

"EH NII!" seru Feby yang hampir saja membuat Ani jantungan.

"Apaan sih Feb? B aja kali, kaget gue." sinis Ani.

"Lo nyadar gak? Tadi Rubby ngomong panjang loh sama kita, ah.. Akhiryaa.." ucap Feby yang diiringi dengan senyuman manisnya.

"Lah? Iya bener Feb. Nah kan, dia kayakya mulai luluh nih sama kita." seru Ani sambil tersenyum juga.

"Yeu kampret. Kesannya omongan lo itu kaya kita lagi ngegodain si Rubby tau." sengit Feby yang langsung pergi keluar kelas begitu saja.

Dan Ani ditinggal didalam kelas sendirian.

FRIENDSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang