Rubby terus berjalan tanpa henti. Dia berjalan dengan perasaan yang sangat gusar. Entah kenapa dia justru malah memikirkan Dika.
"Kenapa gue malah mikirin si kadal onta sih? Ish." gerutu Rubby.
Rubby berjalan tidak melihat arah, sampai tiba tiba dia bertabrakan dengan seorang cowok.
Tetapi, Rubby tidak peduli. Dia malah pergi begitu saja. Sampai akhirnya cowok itu ngomel.
"Woi woi! Mau kemana lu? Udah nabrak orang maen pergi begitu aja!" Seru cowok itu.
Rubby yang tadinya hendak melangkah pergi tertahan akibat mendengar suara cowok itu.
Ya, cowok itu cowok yang di kenalnya. Dia Dika.
Rubby balik badan lalu menatap mata Dika.
"Oh elu By, kirain siapa. Lain kali kalo jalan itu pake mata biar ga nabrak lagi." Nasehat Dika kepada Rubby yang malah menatapnya aneh.
Dika heran, mengapa Rubby menatapnya begitu?
"Napa sih? Ada yang salah?" Tanya Dika.
"Lo salah." Jawab Rubby. Dan Dika pun kebingungan.
"Loh, gue salah apa coba?" Tanya Dika lagi.
"Dimana mana juga kalo jalan pake kaki bukan mata." Jawab Rubby cuek, lalu dia pergi begitu saja.
"ASTAGFIRULLAH! IYA DEH IYA BY,BY. CEWEK SELALU BENAR IYA-IYA!" Seru Dika menahan kekesalannya.
Dibalik punggunya, Rubby terkikik geli melihat Dika yang kesal karena dirinya.
•••
Sesampainya di rumah Rubby langsung menuju ke kamarnya. Tanpa mengganti seragamnya, Rubby langsung merebahkan tubuhnya yang nampak kelelahan itu di kasurnya.
Rubby memejamkan matanya. Ia menghela nafas panjang, lalu membuka matanya kembali.
"Kenapa hari ini gue lelah banget ya? Perasaan biasanya ga sampe kaya gini deh." Ujar Rubby kebingungan.
Benar saja, biasanya sepulang sekolah Rubby tidak langsung ke kamar. Biasanya dia pergi ke halaman belakang dulu untuk menyiram tanaman yang ditanam mamanya.
Rubby memang sangat menyukai tanaman, sama seperti mamanya.
"Apa karena gue punya temen?" Tanya Rubby pada dirinya.
"Eh? Emang gue punya temen?" Tanya Rubby lagi. Kali ini dia keheranan.
"Ah bodo amat ga peduli!"
•••
Sedangkan di tempat lain ada seorang cowok yang sedang melamun di pinggiran jalan.
Cowok itu masih memakai seragam sekolahnya. Dia belum pulang kerumahnya, kebiasaan.
"Gimana caranya ya biar si Rubby mau temenan sama gue." Ujar cowok itu.
Dan ternyata dia itu Dika, temennya Rubby. Eh, ralat, calon temennya Rubby.
"Apa gue harus ngasih boneka atau bunga buat dia dulu?" Tanya Dika pada dirinya sendiri.
Terlihat jelas bahwa Dika sangat ingin jadi sahabatnya Rubby, entah kenapa.
"Eh, tapi, kalo gue ngasi boneka sama bunga kaya yang mau nembak aja. Jangan! jangan! bahaya." Jawabnya.
Kini, Dika tampak seperti orang gila yang berbicara sendiri.
Dika masih melamun.
Tiba tiba, terdengar suara motor dari arah Utara menuju dirinya. Dika keheranan, siapa yang menjumpainya?
Motor itu berhenti tepat di depan Dika. Lalu sang pengemudi nya pun turun dari motornya sambil membuka helm full face nya.
Setelah helm nya terbuka, Dika baru sadar siapa yang datang.
"Woy Za! Apa kabar lu? Udah lama ga ketemu sama gue." Sapa Dika dengan semangat 45 nya.
Ternyata itu Reza, Reza Ardian. Temen sekelas Dika di sekolah lamanya.
"Baik dik. Lu gimana?" Reza kembali bertanya kepada Dika.
"Wih baik dong. Gue kan strong boy." Jawab Dika ngasal.
"Apaan sih anjay? Makin sini makin gaje lu Dik, heran gue." Ledek Reza.
"Udah deh, lu kalo mau ngeledek gue mending di cafe depan sekolah gue, jangan di sini." Ajak Dika. Reza mengangguk. Lalu ia memakai helm nya kembali dan naek ke motornya.
Reza menghidupkan motornya, dia siap untuk berangkat. Namun, Dika masih diam ditempatnya. Dahi Reza mengkerut kebingungan.
"Woi dik! Ayo! Katanya mau ke cafe, kok lu diem aja sih?" Seru Reza dengan sedikit agak kesal.
"Bentar Za, gue lupa. Duit gue kan udah abis, makanya gue ga balik dan diem disini. Terus sekarang mau ke cafe? Yaallah cabut aja nyawaku." Ujar Dika dengan mimik muka yang sangat menyedihkan.
Ternyata, Dika berdiam diri di halte bukan karena dia habis main atau tidak mau pulang. Ternyata dia gaada ongkos buat pulang!
Reza yang menyaksikan ekspresi Dika yang menyedihkan itu sontak ia tertawa dengan sangat keras, sehingga orang orang yang berlalu lalang di jalanan menatap heran kearahnya.
"Aduhh, Dik, Dik, Lo itu kenapa sih? Dari dulu bikin humor orang lain receh Mulu." Kata Reza dengan suara yang lebih kecil dari biasanya, karena mungkin dia kehabisan suara akibat menertawakan Dika.
Reza masih tertawa. Sedangkan Dika hanya memerhatikan Reza yang sedang tertawa dengan tatapan yang sangat datar.
Reza yang sadar akan perubahan ekspresi temannya itu, lantas ia mencoba memberhentikan ketawanya itu dengan susah payah.
"Udah deh, ga usah khawatir, gue bawa uang kok. Yu cepetan dimana cafe nya, gue udah pegel nih. Lu ga pegel apa?"
Reza mulai mencairkan suasana.
Sedangkan Dika yang mendengar itu sontak ia loncat ke atas motor Reza.
Reza yang mendapatkan tindakan seperti itu lantas kaget. Hampir saja mereka jatuh.
"Ayo Za! Cafe nya ada di sana." Seru Dika dengan kembali bersemangat.
"Asik makan gratis nih." Seru Dika lagi dengan suara yang sedikit lebih pelan.
"Astagfirullah Dika, Dika. Masih aja kaya anak kecil." Ucap Reza dalam hati.
•••
Jangan lupa vote & comment yaa gaiseuu😚
Dapet salam niii dari si gantengnya aku;v
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIP
Dla nastolatkówIni merupakan sebuah kisah tentang seseorang yang anti sekali dengan yang namanya pertemanan. Namun, tiba tiba seseorang tersebut mempunyai seorang sahabat dan justru dia malah bergantung kepada sahabatnya itu. Penasaran? Yu tinggal dibaca aja:) si...