04 - Tawuran.

4.6K 157 7
                                    

Budayakan vote sebelum baca yaa makasih.

Budayakan vote sebelum baca yaa makasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



*******

Alana duduk sendirian di dalam gedung renang yang saat ini tidak ada seorangpun disana, tempat ini begitu nyaman bagi Alana ketika ia ingin menyendiri. Meski urban legend di tempat itu begitu kental, tapi Alana tidak takut hantu.

Hantu yang takut padanya.

"Alfath bajingan bajingan bajingan bajingan bajingan bajingan bajingan bajingan."

Wajah Alfath yang menjengkelkan itu masih saja memenuhi pikirannya.

Kenapa bumi begitu sudi menampung manusia seperti Alfath. Tidak. Alana tidak patut bertanya. Tentu saja bumi menerimanya karena Tuhan yang maha baik dan maha penyayang.

"Padahal biasanya Alana Herby gak pernah tersinggung sama hinaan orang, tapi pas Alfath yang ngehina..."

Alana menekan dadanya yang terus berdebar tak karuan. "Sensasinya nembus pankreas."

Bicara sendiri ditempat sepi masih masuk akal dan realistis. Yang tidak masuk akal itu bicara sendiri ditengah khalayak ramai. scane bodoh yang selalu ditampilkan pada sinetron, jika terjadi di dunia asli, orang-orang disekitarnya akan menyebutnya gila.

"Kok bisa ya, hidup tuh setan kaya gak pernah dibahagiain orang tuanya padahal kaya raya, mulut sepedas itu asalnya darimana."

"Ngomong sendiri ya Na?"

Alana tersentak kaget ketika suara seseorang tiba-tiba terdengar dari sampingnya. "LEO!" Pekik Alana kaget.

Leo.

Leo?

Alana mengusap dadanya, ia pikir dirinya barusaja disapa oleh hantu Belanda yang katanya menghantui gedung ini. Alana menghela lega ketika itu hanya Leo.

"Sejak kapan lo disini? Ngagetin aja."

"Sejak lo ngomong sendiri."

"Ini tempat horor. Kalo muncul itu pake salam biar gue tau kalo lo manusia."

Leo tertawa. "Iya maaf."

"Tapi lo ngapain kesini? Lo anak renang?"

"Ini tempat favorite gue." Leo menyandarkan punggungnya, menatap kolam di depannya yang mulai kotor, anak-anak renang mulai menghentikan aktivitas mereka karena tukang bersih-bersih tempat ini sudah meninggal. "Gue sering liat lo disini juga, kayanya lo kesini setiap kali ada masalah ya?"

Alana juga meluruskan pandangannya dan bersandar. "Sering mergokin gue ya?" Gumam Alana.

"Gue sering denger cewek nangis dari sini, anak-anak lain juga sering denger tapi mereka gak berani masuk. Tiap kali ada suara tangisan, gue selalu ngecek dan selalu elo yang jadi sumbernya. Tapi karna gak terlalu akrab, gue gak terlalu peduli dan pergi."

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang