08 - Insiden Meja kasir.

3.6K 159 15
                                    

Budayakan vote sebelum baca, lalu komen setelah baca. Makasih.

Follow @nsd

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow @nsd.quotes di instagram untuk baca-baca quotes kaya yang diatas yaaa..

*******

Alana meremas roknya yang lusuh dan kotor. Matanya menatap gelisah keluar jendela mobil yang saat ini ia duduki, perasaannya campur aduk. Ia ketakutan tidak jelas.

Saat ini Alana sedang dalam perjalanan pulang setelah pingsan hampir satu jam. Alfath disampingnya, ini mobil Alfath, Yuna lah yang memaksa Alfath agar mengantar Alana pulang.

Bukannya senang, Alana malah diam sepanjang perjalanan. Ketakutannya pada api sudah tidak wajar, sepertinya Alana harus memulai terapi dan berdamai dengan masalalunya yang mengerikan.

"Rumah lo samping rumah Leo?" Alfath memulai pembicaraan dengan sebuah pertanyaan.

Ada sedikit perasaan tolol didiri Alfath. Kenapa harus dirinya yang mengantar Alana, bukannya Leo.

Aneh rasanya tidak mendengar suara Alana yang berisik itu selama berjam-jam. Alfath takut Alana gila sungguhan karena terlalu lama diam seperti sekarang.

"Kalo lo malas, turunin aja gue disini. Gue gak keberatan jalan kaki." Suara parau Alana benar-benar seperti orang yang sangat ketakutan.

"Lo takut api?" Tanya Alfath penasaran.

Alana diam sejenak. "Lo punya ketakutan gak?"

"Malah tanya balik. Iyalah punya. Tapi masih wajar. Sedangkan ketakutan lo itu gak wajar."

"Gue gak akan setakut ini kalo kejadiannya gak semenyeramkan yang lo duga. Api itu ... Panas, seram, dan bisa bunuh orang."

"Baru kali ini gue nemu Lucifer pingsan liat api."

"Gue Lucifer yang berhati nobita."

Alfath diam, ia paham. Alana sepertinya sangat trauma dengan api. Seperti dirinya. Alfath juga punya rasa takut berlebihan pada hal yang tidak wajar seperti Alana. Tapi Alfath tidak akan mengakuinya. Tidak ada alasan untuk Alana mengetahui hal pribadinya.

Ia melihat wajah Alana dari spion. "Tapi lo sehat kan?"

Alana menoleh, ia tersenyum lebar. Benar-benar hal yang tidak terduga. Sungguh bego...bego.

"Gue sehat wal afiat dong." Jawab Alana semangat.

Entahlah. Alana rasa dirinya harus sedikit lebih santai agar ketakutannya segera hilang. Meski dikira memiliki penyakit jiwa sekalipun.

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang