06 - Jalan kaki

4.1K 156 6
                                    

Vote sebelum baca, comment sesudah baca

Vote sebelum baca, comment sesudah baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suka baca quotes? Kuyy follow @nsd.quotes

_______

"Lo ngapain? serius amat?" Sapa dan tanya Lisya.

Lisya adalah teman Alana, memiliki satu cowok untuk dijadikan perawatnya bagi Alana tidak cukup.

Selain Arkan, Alana juga memiliki Lisya, Acha dan Yuna. Mereka berempat sudah berteman sejak MOS meski berasal dari SMP yang berbeda.

"Diem Lis, gue lagi konsentrasi. Liat, gue tangkap satu."

Alana berusaha fokus dengan mainannya.

Lisya yang melihat mainan Alana hanya bisa menggeleng prihatin, rasanya sudah bukan hal mengejutkan lagi jika melihat Alana bertingkah abnormal. Lagipula jika Alana tiba-tiba normal, itu artinya Alana tidak normal.

Kaya Cutie Girl.

"Kemarin cicak lo kawinin sama kadal, sekarang lalat lo piara. Besok apa?" Sinis Lisya seraya menarik kursi dan duduk disamping Alana.

Alana tertawa. "Kalo bisa sih, badak Lis."

Entah dimana Alana dapat lalat segede tawon, yang jelas Apapun bisa terjadi jika Alana mau dan Tuhan mengizinkan.

"Kasian lalatnya. Mau lo apain?" Tanya Lisya heran.

"Mau gue piara dong." Alana tersenyum puas ketika melihat lalatnya sudah terikat rapi. "Gue kasih nama Beruang aja!" Seru Alana semangat.

Lisya menutup wajahnya malu, yang berbuat Alana, namun selalu dirinya yang malu. "Wujudnya lalat lo panggil beruang. Otak lo dipake kek sesekali, setan!"

Alana tertawa. "Gue kan belajar dari lo."

"Dari gue?"

"Wujud gue manusia, lo panggil setan. Otak cerdas cemerlang lo itu dipake juga kek sesekali." Balas Alana.

"Sialan." Gerutu Lisya kalah telak.

Diantara mereka berempat, Jika diurutkan sesuai kepintaran, Lisya Lah yang paling pintar, dan Alana yang paling bobrok. Namun jika diurutkan berdasarkan IQ, Alana adalah pemilik IQ paling tinggi.

Sebenarnya Alana itu memiliki potensi jadi juara kelas. Tetapi karena sepemalas dan seceroboh itu, terciptalah Alana yang bego.

"Lo udah ngerjain tugasnya Bu Aya nggak?" Tanya Lisya

"Buaya siapa?"

"Ibu Aya, indil-indil. Bukan buaya!"

"Gue lagi sibuk."

Lisya mengusap keningnya, kepalanya selalu nyeri jika menghadapi Alana. Atau Acha. Atau bahkan Yuna. Teman-temannya tidak waras semua.

Lisya menatap Alana yang kini masih sibuk dengan lalatnya. "Lo cuman lagi main main lalat! Sibuk darimananya sih. Tugas itu lebih penting."

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang