Three

1.5K 255 29
                                        

I want you come, a piece that fits for me.

➣ Yang Jeongin menendang beberapa batu kerikil dari hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➣ Yang Jeongin menendang beberapa batu kerikil dari hadapannya. Tatapannya datar namun tajam. Membuat siapa pun yang melihatnya enggan untuk menyapa.

Jeongin terus berjalan lurus menuju ujung jalan. Ia berbelok ke kiri, memasuki sebuah gang kumuh. Sebuah senyuman kecil mulai terbit di wajahnya ketika kedua bola matanya menangkap sebuah plastik hitam di atas sebuah kardus kosong.

Kedua tungkai panjangnya bergerak menuju plastik hitam itu. Dengan hati-hati jemarinya membuka plastik hitam itu. Sebuah senyuman lebar terbit di wajahnya ketika ia berhasil menganalisis isi plastik itu.

Di dalamnya ada sebuah suntik dengan dua buah jarum yang berbeda, dua botol kaca kecil yang kelihatannya penuh dengan suatu cairan dan tiga buah kantung plastik bening kecil yang diisi oleh suatu bubuk.

"Wah, tiga juta won dan aku sudah mendapatkan barang sebanyak ini? Aku akan menjadi pelanggan setiamu, Chris," Jeongin berujar dengan sebuah seringaian di bibirnya. Kedua tungkai panjangnya dengan cepat berjalan meninggalkan gang kumuh itu selagi jemarinya memasukkan plastik hitam itu ke dalam kantung jaketnya, "This'll do me for a week."

Jeongin melangkahkan kedua tungkai panjangnya dengan cepat. Kali ini ia berjalan menuju sebuah toko hewan. Jemarinya mendorong pintu kaca toko itu dengan perlahan. Sebuah sapaan tidak asing memasuki kedua telinganya.

"Selamat datang, Jeongin-ssi," ujar seorang perempuan yang kelihatannya sedang mendapat giliran jaga sore. Jeongin membalas sapaannya dengan sebuah senyuman tipis. Murid laki-laki itu meraih sebuah kantung besar makanan kucing kemudian menyerahkannya kepada perempuan itu.

"Chris sangat menakjubkan. Kamu tidak akan dirugikan," Jeongin berujar. Jemarinya mengeluarkan sejumlah uang kemudian menyodorkannya ke perempuan itu.

"Benarkah? Aku akan segera menghubunginya. Terimakasih sarannya," perempuan itu tersenyum tipis. Ia memberikan sejumlah uang kepada Jeongin sebagai kembalian.

"Tidak masalah," Jeongin berujar. Jemarinya meraih sebuah plastik berisi sekantung makanan kucing yang disodorkan perempuan itu padanya, "Aku berencana untuk pergi ke Black Town bersama Jisung. Kamu ikut?"

Perempuan itu menatap Jeongin jengkel, "Apa aku terlihat seperti memiliki waktu untuk itu?"

Jeongin terkekeh pelan sebagai jawaban, "Baiklah, aku pergi. Selamat tinggal," Jeongin berujar sembari mengusap pelan rambut perempuan itu. Perempuan itu menepis jemari Jeongin sebagai jawaban dengan sebuah dengusan kasar.

Jeongin terkekeh geli. Kedua tungkainya melangkah lebar-lebar keluar bangunan kecil itu. Jemarinya merogoh saku celananya, berusaha untuk menemukan telepon pintarnya. Langkahnya memelan hingga berhenti ketika perhatiannya mulai terganti oleh telepon pintar itu. Jemarinya bergerak lincah mengetikkan suatu nama. Kemudian telepon pintar itu didekatkannya ke telinga kirinya.

Jeongin terdiam seperti itu selama beberapa saat. Bibirnya mengetap, kakinya ia benturkan beberapa kali ke atas tanah, hingga sebuah suara menyahut dari ujung telepon membuat Jeongin dengan bersemangat menjawab sahutan itu, "Black Town?"

Hening beberapa saat.

"Kapan?" sebuah sahutan kembali terdengar.

"Sekarang. Jemput aku di depan toko hewan Ryujin," Jeongin berujar dengan cepat.

Telepon itu terputus ketika Jeongin mendengar sahutan menyetujui dari lawan bicaranya. Murid laki-laki itu menyenderkan punggungnya di sebuah dinding. Jemarinya menarik penutup kepala dari jaketnya turun, menutupi matanya.

Beberapa menit berlalu dan Jeongin tengah berjongkok, masih di tempat tadi. Jemarinya mengeluarkan segenggam — yang kemudian berubah menjadi empat genggam — makanan kucing dari kantung makanan tadi dan meletakkannya di atas tanah. Ia kemudian mengusap kepala beberapa kucing yang datang menyinggahinya dan memakan makanan yang ia beri.

"There you go, buddy. Eat well," Jeongin berucap setelah tujuh kucing mengelilinginya.

"Jeongin, ayo!" suara teriakan itu membuat sebuah senyuman tersemat dengan rapi di bibir Jeongin.

"Sebentar!" Jeongin berteriak balik sebagai jawaban. Murid laki-laki itu berlari kecil menuju sebuah mobil sedan yang memarkirkan diri secara asal di depannya. Segera setelah pintu mobil ia banting menutup, Jeongin melanjutkan perkataannya, "Ayo, Sung!"

"Kamu sangat bersemangat hari ini, babe," suara kekehan terdengar setelahnya. Jeongin hanya menyengir sebagai jawaban.

"Aku baru mengambil barang dari Chris dan barangnya sangat memuaskan," Jeongin berujar setelah beberapa saat. Lawan bicaranya — Jisung, diketahui dari stiker pada mobilnya — menyorak dengan semangat, "Aku sangat merekomendasikannya padamu, Sung."

Jisung hanya menyengir kecil, "Aku akan mencobanya nanti. Barangku masih banyak," ujarnya kemudian.

Jeongin mengangguk pelan sebagai jawaban, "Bangunkan aku jika kita sudah sampai."

Jisung mengangguk pelan, "Black Town kali ini agak jauh, omong-omong," ujaran Jisung hanya dibalas dengan gumaman tidak jelas dari Jeongin. Jisung terkekeh pelan.

"Sleep well, babe."

— — — — —

Spoiler for the rest of the story:
a. Banginho ( dom!bang )
b. Hyunlix ( dom!lix )

Hero's Soup ft. JeongminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang