Ten

1.6K 211 14
                                    

I'm breathing in this air.

➣ Seungmin bukan penggemar berat sarapan pagi yang mewah, sama sekali bukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➣ Seungmin bukan penggemar berat sarapan pagi yang mewah, sama sekali bukan. Ia lebih memilih memakan sereal dengan susu yang melimpah dibandingkan memakan panekuk dengan segala hiasan mewahnya yang membuat Seungmin tidak tega untuk memakannya.

Namun, di sini lah dia sekarang. Di hadapan kedua orang tua Jeongin, dengan Jeongin di sebelahnya, dan segelas susu putih dan sepiring panekuk mewah di depannya. Seungmin merasa sangat tidak cocok berada di ruangan semewah ini. Seungmin rasa ia akan segera berubah menjadi jeli karena banyaknya tatapan yang ditujukan padanya.

Sebuah lonceng berbunyi kecil dan Keluarga Yang mulai memakan makanan yang tersajikan dengan pelan. Seungmin dengan kikuk mengikuti.

Selama sepuluh menit penuh, Seungmin berhasil memakan setengah dari panekuk mewah itu dalam diam. Namun keheningan itu terpecahkan oleh deheman dari Tuan Besar Yang.

"Jadi, Jeongin, pria yang kamu bawa ini Seungmin, benar?" Tuan Besar Yang memastikan. Jeongin mengangguk.

"Ah, senang bertemu denganmu, Seungmin," Nyonya Besar Yang berujar dengan sebuah senyuman manis.

Seungmin tersenyum canggung. "Ah, iya, senang bertemu denganmu juga, Nyonya."

Keheningan kembali melanda dan dalam waktu sepuluh menit, Seungmin mendorong piringnya ke tengah meja, mengisyaratkan bahwa ia telah selesai dengan makanannya. Jeongin melakukan hal yang sama.

"Apa kamu keturunan bangsawan, Seungmin?" pertanyaan itu membuat Seungmin tersedak ludahnya sendiri.

"Uhuk, m-maaf, t-tapi aku buk-kan keturunan bangsawan," Seungmin dengan ragu berujar.

Seungmin melirik Tuan Besar Yang dengan sedikit keberanian yang ia miliki. Tuan Besar Yang tengah menatap Jeongin seolah bertanya. Jeongin mengangguk.

"Seperti yang kuduga, Jeongin tidak pernah suka anak bangsawan," Nyonya Besar Yang terkekeh pelan.

Seungmin dapat merasakan tangan Jeongin yang merambat menuju tangannya dan meremasnya pelan, menyalurkan ketenangan pada Seungmin.

"Dia sudah tahu, Jeongin?" Tuan Besar Yang bertanya.

Jeongin mengangguk pelan. "Seungmin tidak setuju pada awalnya, namun aku berhasil meyakinkannya."

Satu setengah jam adalah total mereka berbincang di meja panjang itu. Percakapan awal menyangkut topik berat, namun sisanya cukup ringan untuk dihadapi Seungmin.

Keluarga Yang sangat baik padanya sejauh ini. Felix lagi-lagi benar, Keluarga Yang memiliki garis sifat yang sangat baik.

Setelah satu setengah jam itu berlalu, Tuan dan Nyonya Besar Yang meninggalkan rumah Keluarga Yang dengan alasan ingin pergi bekerja. Seungmin, Jeongin, dan beberapa pelayan yang bekerja di rumah itu mulai mencari aktivitas masing-masing.

Seungmin mendapati dirinya mengekori Jeongin memasuki kamarnya. Kamar yang ia tempati bersama Jeongin malam tadi dan malam-malam sebelumnya.

Seungmin menutup pintu kamar Jeongin dengan pelan. Jemarinya bergerak menghidupkan lampu guna mendapat pencahayaan di kamar Jeongin yang gelap.

"Kunci pintunya, Seungmin," Jeongin berujar.

Seungmin mengangguk pelan. Jemarinya mengunci pintu kamar Jeongin kemudian dengan canggung ia mendudukkan dirinya di sebelah Jeongin.

"Orang tuaku tidak buruk, 'kan?" Jeongin memulai pembicaraan di antara keduanya.

Seungmin mengangguk dan tersenyum tipis. "Kukira mereka akan sangat menyeramkan dan akan menendangku ke luar."

Jeongin terkekeh pelan. "Mereka hanya menyakiti musuh dan kamu termasuk dalam lingkup keluarga, tentu saja mereka akan menjadi sangat hangat padamu."

"Lingkup keluarga?" Seungmin menatap Jeongin.

"Ya, kamu tunanganku, ingat?" Jeongin berkata dengan santai, sebuah senyuman cerah terpahat di bibirnya.

Seungmin meneguk ludahnya kasar. "Tunangan?"

Jeongin mengangguk dengan semangat. "Ketika aku berkata bahwa kamu adalah milikku dan kamu adalah pembantuku, maksudku adalah kita bertunangan."

Kedua belah bibir Seungmin menjauhi satu sama lain. Jeongin terkekeh pelan menatap wajah Seungmin yang terlihat menggemaskan. Bibir Jeongin kemudian singgah di puncak hidung Seungmin selama satu detik. Mata Seungmin membola.

"Percakapan dengan orang tuaku melelahkan, bukan? Apalagi kamu tidak tidur tadi malam. Sekarang, tidurlah, aku akan menemanimu," Jeongin berujar. Tangannya menarik Seungmin lembut ke dalam pelukannya kemudian menidurkan tubuhnya dan Seungmin dengan nyaman.

"S-selamat tidur, Jeongin?" ujaran Seungmin terdengar seperti pertanyaan.

"Selamat tidur, Seungmin," Jeongin tersenyum. Bibirnya mengecup daun telinga Seungmin pelan selama dua detik penuh.

Dalam waktu lima menit, keheningan yang melanda keduanya dipecahkan oleh suara erangan Seungmin yang selalu ia keluarkan setiap mendapat posisi ternyaman untuk tidur.

Jam menunjukkan pukul sebelas siang dan Kim Seungmin tengah tertidur dengan damai di pelukan Yang Jeongin.

•  •  •  •  •

SoFT.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hero's Soup ft. JeongminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang