Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➣ Seungmin telah berusaha untuk memberontak ketika jemari panjang itu meraih lengannya. Seungmin telah berusaha untuk melepaskan tarikan itu sekuat tenaga. Namun ia gagal.
Tentu saja ia gagal, ia selalu gagal! Bahkan ketika ia lahir, ia gagal bernapas. Untung saja para dokter berpengalaman itu dapat membuatnya kembali bernapas.
"Jeongin, bisa kamu lepas cengkramanmu? Ini sakit," Seungmin akhirnya bersuara setelah lima menit terbungkus oleh keheningan yang canggung dengan Jeongin.
Seolah tersadar, Jeongin melepaskan cengkramannya pada lengan Seungmin dengan tersentak. "Maaf."
"Jadi, mengapa kamu membawaku ke sini?" Seungmin bertanya dengan hati-hati. Ia mengusap lengannya yang baru saja lepas dari cengkraman jemari Jeongin yang dingin dan berkeringat.
"Tolong aku," suara parau Jeongin menyahut.
"Kamu butuh apa?" Seungmin melembut mendengar suara Jeongin yang bergetar.
"Tolong ubah aku sekarang juga, tolong," Jeongin menghadap Seungmin dan menatapnya memelas. Jemarinya meraih jemari Seungmin kemudian menggenggamnya lembut. "Aku sudah tidak kuat lagi."
Seungmin tersentak kaget. Jemarinya melepas genggaman tangan Jeongin kemudian mengusap lebam pada beberapa tempat di wajah Jeongin dengan lembut. "Astaga, apa yang terjadi?"
Jeongin memejamkan matanya, menikmati sentuhan Seungmin. Jemarinya bergerak menangkup tangan Seungmin yang mengusap tulang pipinya. Jeongin tersenyum.
"Jeongin, apa yang terjadi?" Seungmin mengulang pertanyaannya.
Senyuman Jeongin melebar, ia suka cara Seungmin menyebut namanya. "Bukan apa-apa."
Seungmin mengernyitkan dahinya. "Kamu pasti membawaku ke ruang kesehatan karena luka-luka ini, 'kan? Katakan padaku, ada apa?"
Jeongin menatap Seungmin ragu. "Jika aku mengatakan yang sebenarnya padamu, kamu tidak akan pergi seperti yang lainnya kan?"
Seungmin tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya saat itu. Tatapan sendu dan penuh keraguan yang dilayangkan oleh Jeongin padanya membuatnya ingin melindungi Jeongin, selamanya. Sentuhan lembut Jeongin pada jemarinya membuat Seungmin sadar apa yang dikatakan Felix padanya adalah benar.
Keluaga Yang memiliki garis sifat yang sangat baik.
"Aku tidak akan pergi kemana-mana, Tuan Yang. Sekarang katakan padaku, apa yang terjadi?" Seungmin berkata. Matanya menatap lurus kedua mata Jeongin yang menatapnya balik dengan ragu.
"Aku akan mengatakannya padamu. Sebagai gantinya, tolong obati aku," Jeongin berkata pelan.
Seungmin mengangguk. Jemarinya meraih lengan Jeongin kemudian mendudukkan pria itu ke atas sebuah tempat tidur hitam. "Tunggu di sini."
Jeongin menatap kosong pintu kamar yang ditutup oleh Seungmin. Ia mendesah keras, merasa kesal pada dirinya sendiri.
"Ada apa denganmu hari ini, Jeongin?" Jeongin berbicara pada dirinya sendiri. Kedua bola matanya menatap lurus cermin yang menunjukkan pantulan dirinya.
Keheningan mencekam menyelimuti ruangan itu.
"Mengapa kamu berlari seperti orang bodoh ke arah Kim Seungmin ketika kamu kalap? Mengapa kamu tidak menyuntikkan heroin ke dalam tubuhmu?" Jeongin menatap pantulan dirinya dengan tidak percaya.
Seolah tersadar, Jeongin mengusap matanya dengan kasar dan cepat. "Bodoh, kenapa kamu menangis?"
Suara kekehan parau menyambut Seungmin ketika pria itu memasuki ruangan yang ditempati Jeongin. Seungmin berjalan lurus menuju Jeongin. Jemarinya mengusap jejak air mata pada pipi Jeongin dengan lembut.
"Setelah aku mengobatimu, kamu harus mengatakan segalanya padaku tanpa terkecuali," Seungmin berkata. Tatapan dan perlakuannya lembut, namun perkataannya tegas.
Jeongin mengangguk pelan. "Aku berjanji."
Ah, Seungmin benci suara Jeongin yang terdengar sangat parau. Pria tampan itu tidak seharusnya memiliki suara seperti itu. Pria tampan itu seharusnya memiliki suara menyebalkan seperti ketika tempo hari memaksa Seungmin untuk menjadi pembantunya.
Seungmin mengangguk. Jemarinya mulai membersihkan luka pada wajah Jeongin, mengobatinya, kemudian menutupnya. Jeongin meringis beberapa kali dalam proses itu, membuat Seungmin dengan cepat mengusap pipi pria itu dengan lembut sembari meminta maaf.
"Tunggu di sini, aku akan segera kembali," ujar Seungmin setelah selesai mengobati luka pada wajah Jeongin. Ia berbalik, kembali meninggalkan Jeongin sendirian.
Jeongin tersenyum. Jemarinya mengusap luka yang baru saja diobati Seungmin kemudian meringis. Jeongin terkekeh pelan. Entah mengapa bayangan Seungmin yang begitu serius mengusapkan alkohol pada lukanya membuat Jeongin sangat bahagia.
Jeongin tersentak kaget ketika pintu itu terbuka kemudian kembali tertutup dengan perlahan. Kedua matanya menatap Seungmin yang secara perlahan melangkah mendekati Jeongin. Lalu entah mengapa, Jeongin merentangkan kedua lengannya, meminta Seungmin untuk memeluknya.
Seungmin tersenyum. Mengapa pria tampan itu terlihat sangat menggemaskan saat ini? Seungmin benar-benar ingin melindunginya.
Seungmin merengkuh tubuh itu. Selama beberapa menit, Seungmin menyadari betapa rapuhnya punggung yang terlihat kuat itu. Seungmin mengusap punggung bergetar itu dengan lembut.
"Ssh, just let it all out," bisik Seungmin ketika isakan Jeongin memenuhi ruangan itu. Jemarinya sibuk mengusap punggung dan tengkuk Jeongin dengan lembut.
"Don't go, please," Jeongin berujar dengan sendu. Suaranya yang begetar dan parau membuat Seungmin mengeratkan pelukannya. Jemari Jeongin meremat seragam Seungmin.