Aku menarik selimutku lebih ke atas. Cangkir kopi di hadapanku sudah tak tersisa lagi. Tayangan televisi sama sekali tak membuatku merasa lebih baik, terlebih saat kuketahui bahwa acara yang kutonton lebih mirip sebuah sinetron.
Aku menguap. Mataku mengerjap beberapa kali, namun segera kutahan dengan sisa tenaga yang kumiliki, mengingat malam ini adalah malam tahun baru, malam wajib begadang bagi para mahasiswi kos-kosan sepertiku.KRING!!!
Deringan telpon membuatku gagal mencapai batas antara mimpi dan kenyataan.
Aku mendengus kesal. Sekilas kulirik arlojiku, pukul 23.05.
Dengan terhuyung-huyung, aku meraih telpon yang tak jauh dari tempatku berada."Ready for death?"
Sebuah suara membuat jantungku nyaris copot. Sebuah suara yang sangat halus, nyaris berbisik."Si.., siapa ini?" suaraku bergetar.
Tut tut tut tut. Telpon mati.
Kuhembuskan napas lega. Siapapun itu, dia pasti hanya bercanda. Dan, aku tidak suka orang yang bercanda berlebihan! Itu tidak lucu, menurutku.Aku berbalik untuk kembali melanjutkan acara santaiku.
Kuhentikan langkahku, channel televisi telah berganti. Siapa yang menggantinya?
Tubuhku bergidik ketakutan ketika mengetahui bahwa film yang ditayangkan channel itu adalah film horror!
***
Kabut tebal membuat suasana malam itu terasa mencekam. Ditambah lagi kesunyian kos karena para penghuni kos sedang merayakan malam minggu di luar.Aku merebahkan diri pada sofa. Sesekali kuseruput teh yang telah kusediakan di meja.
Kuusap trackpad handphone-ku yang berminyak, bentuknya selalu mengingatkanku pada sekotak coklat.
***
Gelap. Itu kata pertama yang terlintas di benakku saat aku membuka mata. Aku mengerjap beberapa saat, membiarkan mataku terbangun setelah melalui tidur yang panjang.
Kuraba-raba dinding, berharap dapat menemukan saklar lampu dalam kondisi yang gelap seperti ini.
KLIK!
Berhasil.
Kulirik arlojiku, pukul 23.05.KRING!!!! Telepon berdering.
Oh tuhan, ada apalagi ini?"Halo, siapa ini?"
"Selamat menemui ajalmu."
BRUK!
Kepalaku perih, perih sekali. Darahku mengucur dengan deras. Tampak bayangan gelap di hadapanku berdiri dengan tersenyum. Bukan! rasanya 'menyeringai' adalah kata yang lebih tepat ketimbang tersenyum.Sesaat sebelum 'arwahku' sempat meninggalkan tubuhku, sekilas kulirik koran dengan jantung yang hampir copot.
Berbunyi:
"Beberapa orang tewas setelah menerima telpon tengah malam. Waspadalah!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Legends
HorrorLegenda urban merupakan mitos atau legenda kontemporer yang seringkali dipercaya secara luas sebagai sebuah kebenaran. Kebanyakan berkaitan dengan misteri, horor, ketakutan, humor, atau bahkan kisah moral. Legenda urban tidak selalu berarti kisah bo...