Jam menunjukan pukul 5 pagi dan Lili sudah selesai mandi. Ia bersiap untuk sarapan. Sudah biasa jika ia melihat hanya sebungkus nasi uduk di meja dapurnya. Bapak yang membelikan sarapan dan dirinya sendiri tidak sarapan dengan alasan gak biasa sarapan.
"Pak, kenapa Bapak gak sarapan? Pasti kan laper pas lagi kerja," ucap Lili setelah melihat Bapak masuk ke dalam kamarnya setelah selesai mandi.
"Bapak gak biasa sarapan, Li. Kamu aja yang sarapan." Bapak datang menghampirinya. "Kok diem aja? Gak sarapan. Kamu maunya lontong sayur? Yaudah Bapak beliin, bentar."
"Gak usah, Pak." Lili menatap Bapak. "Bapak pasti laper kalau kerja. Kan panas banget kalo siang. Bapak sarapan bareng Lili, ya."
Dengan cepat bapak menggeleng. "Gak usah. Bapak gak biasa sarapan. Kamu aja yang sarapan, Li."
Lili menggeleng. Tangannya bergerak mengambil satu piring dan dua sendok. Lalu, ia membagikan satu bungkus nasi uduk dengan adil. "Kalo Bapak gak sarapan, Lili juga gak sarapan."
Akhirnya Bapak mengalah. Tangan Bapak bergerak mengambil suwiran telur dan ia letakan di nasi Lili. "Masa kamu gak ada telur nya."
Lili menatap Bapak. "Buat Bapak aja." Sendoknya kembali menaruh suwiran telur di piring nasi Bapak.
Karena tidak mau pagi-pagi ribut cuma karena suwiran telur, Bapak menerima suwiran telur yang di taruh Lili di piring nasi nya.
"Li, kaya nya Bapak nanti gak bisa jemput deh. Kamu naik angkot aja, ya?" Bapak membuka suara setelah tadi hanya suara dentingan sendok yang terdengar.
Lili mengangguk. "Bapak lagi sibuk?" Tanya nya.
"Iya, banyak nasabah yang belum bayar dan sebentar lagi tutup buku."
Lili hanya mengangguk mengerti. Akhir bulan sama dengan tutup buku. Ia merasa khawatir jika sudah akhir bulan, ia takut banyak nasabah bapak yang tidak membayar dan mengakibatkan Bapak lah yang menombok. Atau kata lain, Bapak yang harus melunasinya.
-#-
Pelajaran di awal hari kamis adalah olahraga. Kelas Lili sedang berada di lapangan. Mereka menunggu bagiannya masing-masing. Materi olahraga hari ini adalah Sepak Bola.Lili sedang mengobrol dengan Eli. Karena keasyikan mengobrol, Lili maupun Eli tidak mendengar suata guru. "Lili! Itu kamu di suruh maju!" Lili langsung menoleh ketika mendengar ada yang memanggilnya.
"Dari tadi diem aja! Di panggil juga."
Lili tersenyum miris mendengar suara salah satu teman sekelasnya. Sudah biasa ia mendengar berbagai kata yang siap melukai hati nya.
"Udah jarang masuk sekolah, diam aja lagi orangnya!"
Lili bersikap seolah biasa saja. Ia berjalan menghampiri guru olahraga.
Setelah dua jam berlalu, pelajaran olahraga pun berakhir. Masing-masing murid di perbolehkan untuk istirahat. Lili mencari sosok Eli untuk mengajaknya istirahat bersama. Namun, yang di cari tidak ada sama sekali di kelas. Apa Eli sudah istirahat duluan?
Karena tidak merasa lapar, Lili pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan saja. Tempat yang selalu ia kunjungi ketika terdapat waktu kosong di sekolah. Ia masuk ke dalam perpustakaan dan memilih buku yang ingin di baca.
"Li, kamu juga sering ke perpus?"
Lili langsung menoleh ke kanan. "Iya, sering ke perpus."
Putra mengangguk dan kembali mencari buku. Posisi nya bersebelahan dengan tubuh Lili. Selain pintar dalam pelajaran maupun agama, Putra juga suka membaca. Ia sering sekali ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can
Teen FictionIni bukan cerita percintaan antar remaja yang sangat mendominan. Tetapi, cerita ini tentang seorang gadis yang bernama Lili dengan Bapak kandungnya, Abdul. Cerita ini tentang ia dan Bapak Abdul yang di rendahkan dan di fitnah oleh gurunya sendiri di...