Baca IF I CAN sambil bayangin Bapak kalian. Biar lbh dpt feel nya.
-#-
Dikantin terlihat Eli sedang mengobrol dengan Lili. Ada dua mangkuk bakso di atas meja dan dua es teh manis yang melengkapinya.
"Terus gimana? Kamu sama Putra?" Tanya Eli sambil mengunyah bakso.
"Hah?..gimana apanya?" Tanya Lili
Eli langsung mendorong tangan Lili yang sedang memegang sendok. "Pas di Pasar Malam itu loh.. aku kan gak bisa ikut karena temenin Mamah."
"Kamu kasih tau nya telat. Pas aku udah pulang, baru kamu Wa."
Eli menampilkan deretan gigi nya. "Ehehe maap."
"Terus gimana kamu sama Putra?"
"Gimana apanya? Ya biasa aja," jawab Lili sambil meminum es teh manis.
"Beneran?"
-#-
Di dalam kelas Putra dan Ari sedang mengobrol. Putra mengangguk sebagai responnya. "Iya, coba aja kamu ikutan pertandingannya.""Kalau aku ikut, kamu ikut ya, Put? Kamu tuh jago tau basketnya."
Putra menggelengkan kepalanya. "Gak deh. Kamu aja, Ri."
"Loh kenapa? Kamu tuh punya bakat di basket."
"Aku tertariknya sama sepak bola," balas Putra.
Ari langsung tersenyum. "Ya udah, nanti aku daftarin kamu di ekskul sepak bola ya?"
Putra langsung menggeleng cepat. "Gak usah. Gak usah, Ri."
Terlihat Lili dan Eli masuk ke dalam kelas. Eli menarik lengan Lili dan mereka menghampiri meja Putra. "Ari, kamu kenapa kemaren gak ke Pasar Malam?" Tanya langsung Eli.
Lili menatap arah lain karena merasa Putra memperhatikannya. "Aku nya latihan basket sih," jawab Ari.
"Kabarin gitu kalau gak bisa dateng. Kasian tau Lili sama Putra nya," ucap Eli sambil melirik Putra dan Eli bergantian. "Aku sama Liy gak dateng soalnya!"
"Kenapa kamu sama Liy gak dateng?" Tanya cepat Ari. "Aku nemenin Mamah aku. Kalo Liy gak tau deh."
"Maaf ya, Put, Li. Gak pada deteng ke Pasar Malam," ucap Ari pada Putra dan Lili.
"Iya, gak apa-apa kok, Ri. Santai aja," balas Putra dan Lili hanya mengangguk sebagai respon dari perkataan Ari.
-#-
Gedung bertingkat dengan warna putih yang mendominasi. Terlihat salah satu lorong di dalam gedung tersebut ramai mahasiswa. "Eh, Rere."Perempuan dengan celana jeans dan rambut di gerai panjang itu menoleh ke belakang saat ada yang memanggilnya. "Iya, Mil?"
Rere menunggu Mila mensejajarkan langkahnya. "Kita itu nginep berapa minggu lagi sih?" Tanya Mila.
"Baru juga seminggu. Masih lama lah, Mil. Sebulan kan ada empat minggu, berarti kita sekitar tiga minggu lagi, mungkin?"
Rere melirik Mila yang mengangguk-angguk. "Kamu dikasih upah berapa buat nginep sebulan di kampus?" Tanya Mila.
Mereka berdua berbolek ke kiri untuk masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di dekat jendela. "Kepo," jawab Rere.
Mila menyengir tak berdosa. "Gak apa-apa sih, Re."
"Kamu sih berapa?" Tanya balik Rere.
"Aku sih satu jutaan."
Rere menaikan kedua alisnya. Entah mengapa ia merasa iri dengan sahabat nya itu. Baginya, satu juta sudah sangat banyak untuk keperluaannya selama sebulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can
Teen FictionIni bukan cerita percintaan antar remaja yang sangat mendominan. Tetapi, cerita ini tentang seorang gadis yang bernama Lili dengan Bapak kandungnya, Abdul. Cerita ini tentang ia dan Bapak Abdul yang di rendahkan dan di fitnah oleh gurunya sendiri di...