11. Gamis untuk Rere

10 6 4
                                    

Dibekakang dedaunan hijau terdapat sinar matahari yang menyilaukan. Hari kembali pagi. Manusia memulai aktivitas nya seperti biasa.

Di depan ruangan kepala sekolah terdapat Lili dan Putra. Mereka menunggu kedatangan entah itu siapa. Dari arah kiri terlihat, Hana, Dewi, Minah. Mereka bertiga adalah murid yang waktu itu menyaksikan awal mula Lili dan Bu Ris bermasalah. Sebenarnya bukan mereka bertiga saja. Namun, mereka bertiga lah yang di pilih walikelas untuk memberikan pernyataan nya.

-#-
"Hana, Dewi dan Minah kalian ada di kelas kan waktu itu?" Tanya Kepala sekolah.

Mereka bertiga mengangguk. "Kita ada di kelas, Pak," jawab Dewi.

"Apa yang dikatakan Bu Ris terhadap Lili?" Tanya to the point Kepala sekolah.

Semua pasang mata tertuju pada mereka bertiga. Lili terus memperhatikan mereka. Hati Lili cemas, ia takut yang dikatakan mereka itu tidak benar. Ia takut kalau mereka berbicara yang tidak benar.

Ia takut.

"Bu Ris gak bilang apa-apa. Bu Ris cuman suruh Lili maju."

Kenapa? Kenapa mereka berbohong? Kenapa?

Lili menghela napas. Lucu sekali. Jelas sekali mereka berbohong.

"Yakin? Bu Ris gak bilang apa-apa?" Tanya Putra.

Hana mengangguk, " iya, Bu Ris gak bilang apa-apa kok."

"Kalian tau akibat kalian jika terbukti berbohong apa?" Tanya Putra lagi.

Mereka bertiga diam.

"Kalian punya telinga kan?" Putra mendesak untuk mereka bertiga menjawab.

Dewi langsung mengangguk, "kita tau kok konsekuensi nya apa. Kalau kita berbohong, kita bakalan di keluarkan dari sekolah ini."

"Dan kalian gak takut?" Putra menatap intens sepasang mata Dewi.

"Bu-buat apa takut? Orang kita gak bohong."

Terlihat sekali mereka bertiga panik, sepasang mata mereka tidak bisa diam, melirik berbagai arah.

"Bisa aja Lili yang bohong," sahut Minah.

"Aku? Aku bohong? Buat apa, hah?" Lili bersuara dengan nada tak biasa.

"Bisa aja, Bu Riss kan guru killer . Mungkin karna kamu takut sama dia, kamu nya jadi malah ngada-ngada."

"Terus untung nya buat aku apa?"

"Ya mana kita tau," balas Minah.

Lili menoleh pada kepala sekolah. "Pak, saya mohon percaya sama saya. Saya berani sumpah kalau saya gak bohong. Logika nya aja, Pak. Buat apa saya bohong? Buat apa saya fitnah Bu Ris? Buat apa?"

Sepasang mata nya melirik ke arah Dewi, Minah dan Hana. "Kalau saya fitnah Bu Ris dengan alesan saya takut sama Bu Ris, itu malah bunuh diri. Udah tau Bu Ris galak, masa iya saya gituin Bu Ris. Sama aja saya cari masalah dong."

"Saya selama ini diam. Saya cuman pengen sekolah tenang."

"Kalian enak masih punya ibu. Sedangkan, saya cuman punya seorang bapak. Gak salah kan saya cuma mau sekolah tenang. Saya gak mau buat bapak saya banyak pikiran."

"Jadi, tolong berkata jujur."

"Kita udah juj,"

"Kalian gak jujur!"

Perkataan Hana di potong oleh suara Lili yang emosi.

"Tolong jujur! Tolong bantu aku. Kenapa? Kenapa semua nya berpihak pada Bu Ris? Apa keadilan sudah gak berlaku di sekolah ini?" Lili mengeluarkan apa yang ada di dalam hatinya. Di akhir kata ia meneteskan air mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If I CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang