Jangan langsung percaya ketika ada seseorang yang berbicara. Karena bisa saja perkataan mereka itu tidak ada nyata nya.
-#-
Pagi kembali tiba. Langit cerah menemani para manusia untuk memulai aktivitasnya. Terlihat Lili sedang duduk di halaman kelasnya. Ia menyenderkan punggungnya di dinding yang berada di belakangnya. Sepasang matanya membaca buku yang ia pegang.Hari ini adalah hari ulangan harian pelajaran IPA, iya pelajaran Bu Ris. Kelas Lili dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yang sedang mengerjakan soal di dalam kelas dan bagian kedua yang berada di halaman kelas, menunggu bagian pertama selesai. Bu Ris-lah yang memilih murid bagian pertama dan bagian kedua.
Eli, Liy, Putra dan Ari masuk ke dalam bagian pertama. Sedangkan, Lili masuk ke dalam bagian kedua.
Murid-murid bagian kedua langsung berdiri ketika pintu kelas terbuka. Murid bagian pertama sudah selesai.
"Semangat, Li!" ucap Eli setelah berpapasan dengan Lili.
Lili hanya diam sambil melangkah saat dirinya melewati Bu Ris. Ingatannya seakan kembali berputar mengenai hari itu. Hari dimana ia di rendahkan olehnya di ruang guru. Sudah dua kali ia berurusan dengan Bu Ris. Pertama, yang menyebabkan ia takut ke sekolah karena kejadian saat ulangan harian di semester pertama. Lalu, yang kedua saat ia di rendahkan di ruang guru.
Dan ia berharap bahwa hari ini dunia masih berbaik padanya.
Lili mulai mengerjakan soalnya ketika lembar kertas yang berisi soal sudah berada di atas meja.
"Silahkan saja nyontek. Tapi, nilai IPA kalian akan merah." Suara tegas nan tajam itu mengisi ruang kelas.
-#-
"Sini coba, kalo di situ nanti kedengeran." Eli mengajak Liy, Putra dan Ari untuk latihan drama. Mereka berada di area kantin yang memang berada di belakang kelas mereka."Lili nya aja di dalem kelas, gimana mau latihannya?" Tanya Ari.
"Ya kita latihan yang gak ada bagian Lili nya, " jawab Eli.
"Jajan ya, Liy?" Putra melirik Liy yang membeli gorengan sambal kacang. "Ehehe." Liy hanya menampilkan deretan gigi nya.
"Put, catet dia! Masa lagi jam pelajaran malah jajan!"
"Gak apa-apa, Ri. Aku juga laper, pengen jajan," balas Putra santai.
"Etdan! Ketua kelasnya malah ngajarin yang gak bener," ucap Eli.
Putra tersenyum. "Kali-kali kaya gini. Capek marah-marah terus di kelas."
Eli mengangguk-angguk. "Iya terserah ketua kelas aja. Semerdekanya aja." Eli berjalan menghampiri mba penjual gorengan. "Mba, risol sama tahu isi 3 rebu. Pake sambel kacang."
Ari langsung menarik ujung kerudung Eli. "Punya teman gak bener semua!"
"Emang saya teman anda?" Balas Eli.
"Ahahaha. Hajar, Li. Hajar." Liy duduk di bangku panjang yang berada di samping warung.
Putra hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuaan teman satu kelompoknya itu. Setelah membayar gorengan, ia ikut duduk di samping Liy.
"Solidaritas dong, Ri! Masa kita udah jajan, kamu gak jajan sih. Temen macam apa," ucap Liy.
"Ih, sorry. Aku mah murid yang baik."
"Mba, gorengan tempe tiga rebu ya pake sambel kacang."
Liy langsung melempar Ari dengan potongan bakwan. "Etdan!"
-#-
Murid bagian kedua sudah selesai mengerjakan soal Ulangan. Namun, mereka belum di perbolehkan untuk keluar kelas."Coba Lilli maju ke depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can
Teen FictionIni bukan cerita percintaan antar remaja yang sangat mendominan. Tetapi, cerita ini tentang seorang gadis yang bernama Lili dengan Bapak kandungnya, Abdul. Cerita ini tentang ia dan Bapak Abdul yang di rendahkan dan di fitnah oleh gurunya sendiri di...