10. Point

1 6 2
                                    

Langit malam kembali terlihat. Di rumah sederhana nya, Bapak Abdul sedang menonton sepak bola ditemani kopi hangat buatannya.

Drttt drrtt

"Asssalamualakum, Li. Kamu dimana? Kok jam segini belum pulang."

"Beneran kamu nginep disana?"

"Uang jajan nya kurang gak?"

"Kalau kurang, telepon Bapak aja, ya Li."

"Yaudah, hati-hati, Li."

Bapak menaruh kembali Hp nya di atas meja.

-#-
Di kamar tidur yang rapih dan bersih terdapat Lili sedang duduk di atas kursi dan Nazwa tengkurap di atas kasur. Kamar tidur tersebut adalah milik Nazwa.

Setelah pensi berakhir, Putra meminta Lili untuk nginap di rumah Nazwa dengan alasan agar Bapak Lili tidak melihat penampilan Lili yang berantakan. Awalnya, Lili tidak mau. Namun, Putra terus meyakinkan nya sehingga ia pun mau.

Lili yang menggunakan baju tidur milik Nazwa menaruh Hp nya di atas meja kecil di samping kasur.

"Li, Putra itu kalau di kelompok tuh gimana sih?" Tanya Nazwa

Lili menoleh, "Ya gitu. Dia kan orang nya gak pendiam. Jadi, nya aktif."

Nazwa mengangguk-anggukan kepala nya. "Terus Putra pernah curhat gitu ke kalian?"

"Hm, pernah. Kita mah di kelompok bahas apa aja. Emang nya kenapa, Naz?"

"Li, kata kamu dia suka gak sih sama aku?"

Nazwa yang melihat ekspresi wajah Lili, buru-buru menambahkan perkataan nya, "bukan nya aku geer. Tapi, dia itu kaya deketin aku terus."

"Iya aku juga ngerasa kaya gitu, Naz. Ada beberapa kejadian yang nunjukin kalau Putra mungkin suka sama kamu," ucap Lili dengan ekspresi sulit di artikan.

Kenapa ini?

"Nah, kan. Dia selalu dateng ke kelompok aku. Terus minjem barang ini lah, itu lah ke aku. Padahal..."

"Padahal di kelompok nya ada," potong Lili. "Waktu kemarin dia minjem spidol kan ke kamu?" Nazwa mengangguk. "Padahal di kelompok kita udah ada spidol."

Lili melirik Hp nya yang dulu di berikan oleh Putra. Kenapa pikiran dan hati nya saling berkata lain. Entah lah apa itu.

-#-
Sinar matahari kembali terlihat. Di sekolah, terlihat Putra dengan seragam  nya berjalan menuju ruang guru.

"Rizal." Putra berjalan cepat menghampiri siswa yang melewati dirinya.

"Eh, Putra.?" Tanya Rizal

"Aku mau tanya, Zal."

"Tanya apa, Put? Kok serius banget."

"Bu Ris kan walikelas nya kamu." Rizal mengangguk. "Dia cerita apa ke kalian tentang masalah Lili sama Bu Ris?"

Rizal tidak langsung menjawab. "Lili temen kelas kamu kan?" Putra mengangguk.
"Dia pendiem ternyata kaya gitu ya?!"

"Bu Ris bilang apa aja?" Tanya Putra cepat.

"Bu Ris cerita kalau dia cuman bantuin Lili supaya berani maju ke depan. Bu Ris bilang kalau Lili itu gak suka sama dia, maka nya Lili fitnah bu Ris."

"Kamu kan pinter, Put. Coba aja mikir, gak mungkin kan seorang guru gituin murid nya? Lili nya aja yang bikin masalah."

Otak Putra berpikir dengan cepat. Kenapa masalah ini bisa terjadi dan belum selesai juga. Lalu, kenapa murid-murid Bu Ris melakukan bully kepada Lili.

If I CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang