part 6

13 3 0
                                    

Saat adzan subuh aku terbangun dari tidurku, kulihat kakak dan adiku yang tidur di sampingku dengan mata yang sembab. Aku mengelus puncak kepala adiku dan bergumam " kasian kamu dik sekecil ini sudah di tinggal bunda"

Tak terasa air mataku jatuh di pipiku, aku langsung mengusapnya dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi dan berwudlu.

Selesai berwudlu aku melaksanakan sholat subuh, dan setelah itu aku keluar kamar masih dengan memakai mukena dan membawa al quran dan membacakan ayat suci al quran untuk jasad bunda.

Dan di sampingku juga sudah ada adik bunda yang dari jember yaitu om indra yang sedang melantuntan ayat ayat allah untuk mendoakan bunda.

Sekitar pukul 6 pagi kakak dan calon suaminya di nikahkan di depan jasad bunda. Ayah memintanya untuk menikah di depan jasad bunda dengan alasan agar bunda bisa menyaksikan anaknya menikah.

Setelah semua orang mengatakan sah ayah berdiri dan menghampiriku lalu memelukku dan aku merasakan kalau ayah sedang menangis, dan aku juga larut dalam pelukan ayah dan menangis.

Kakak dari ayah menenangkan ayah agar ayah bisa tegar untuk menerima takdir yang sudah allah berikan.

Setelah itu keranda bunda di gotong untuk menuju pemakaman. Aku tidak ikut di pemakaman karna aku sudah tidak kuat melihat bunda. Aku menangis sejadi jadinya.

Fikiranku tidak karuan hari ini, aku masih memikirkan bunda, dan sekali kali aku berteriak di kamar dan memanggil nama bunda.

Dan ayah langsung ke kamarku dan meemelukku agar aku tenang dan mengikhlaskan kepergian bunda.

"Ikhlaslan anisa, bunda mu baik baik disana, jangan lupa doakan bundamu" kata ayah

" bunda yah.. Hiks hiks hiks bunda" teriakku dalam pelukan ayah

Aku melihat ayah yang menghapus air matanya, ayah tak mau terlihat rapuh di mata anak anak nya sekarang. Anak anaknya sekarang masih butuh kekuatan darinya, dia tidak boleh rapuh, dia harus kuat.

****

Siang harinya teman sekolahku dan beberapa guru bertakziah kerumahku. Meakipun hanya beberapa teman kelasku yang datang tapi aku tetap bersyukur karna mereka sangat peduli kepadaku.

Air mataku kembali jatuh ke pipi saat teman temanku dan guruku datang, aku menangis, aku seperti orang yang tak punya harapan lagi.

"Yang sabar anisa, doakan semoga ibumu di tempatkan di sisinya yang terbaik" kata bu dian

" bunda bu.... Hiks hiks hiks"

" iya bunda sudah tenang sayang, sudah jangan nangis lagi malu tu di liatin teman temannya"

Aku memeluk bu dian sangat erat sekali, aku teringat saat bunda di rumah sakit, aku teringat perkataannya.

Lalu aku menceritakan kepada bu dian. Di sekolah bu dian adalah guru yang paling dekat denganku, aku sudah menganggapnya sebagai ibu ku sendiri. Setiap aku mempunyai masalah pasti aku akan menceritakan kepada beliau. Dan beliau selalu menjadi pendengar setiaku dan memberikan saran saran nya kepada ku.

Setelah itu guru guru dan teman temanku berpamitan untuk pulang karena hari sudah mulai sore.

" aku pulang dulu ya nis, yang sabar ya" kata dividya

"Iya div trimakasih sudah kesini"

"Iya sama sama"

" yang sabar ya nis" kata putri

"Iya put, temikasih"

"Iya nis"

Dan beberapa temanku juga memberikan semangat untukku agar aku ikhlas mendapat cobaan ini.



Maaf ya part nya pendek🙏
Semoga kalian suka, maaf masih ada typo
Jangan lupa vote dan coment nya ya....😁😘

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang