Part 11 - Gagal Total

3.5K 130 16
                                    

The Cruel Prince

Happy Reading
...

Mutia terlihat clingak clinguk menanti kehadiran separuh hatinya kembali yaitu Gatha si wanita gila sahabatnya. Sudah hampir 1 jam Mutia menunggu namun kedatangan Gatha tak kunjung hadir disisinya. 'Apakah gatha menghilang di culik ufo?' Pikir Mutia menerawang.

Duduk sambil mengetuk-ngetuk sepatu heels nya ditambah menggigit kuku jarinya membuat orang-orang disana memandangnya aneh. Bagaimana tidak wanita cantik tetapi sangat jorok apalagi kuku jari Mutia berwarna hitam-hitam belum dipotong rapi.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" Ucapnya sambil berdiri tegak dan mulai berjalan cepat keluar dari ballroom itu.

Disepanjang jalan Mutia seperti orang hilang yang sedang mencari mama nya yang menghilang. Suara heels yang menggema dan jalan terasa sangat panjang membuat Mutia melepas heels nya dan menyeker disana tanpa perduli tatapan aneh dari orang-orang.  

"Ciiihh orang-orang hanya bisa menilai dari luarnya saja. Dasar netijen rusuh" gerutu Mutia sambil melihat sekeliling yang ramai.

Mutia bingung dimana ia harus mencari keberadaan Gatha sekarang. Akhirnya ia menuju lobi dan menemui receptionis disana.

"Mbak .. Mas tadi liat temen aku gak?" Tanya Mutia sambil menenteng heelsnya kanan kiri. Kedua orang receptionis disana mengerutkan dahinya bingung, namun dengan terpaksa memberikan senyum terpaksanya.

"Selamat malam nona, ada yang bisa saya bantu?" Tanya mas-mas ganteng receptionis. Mutia sempat terpesona namun segera ia menggeleng tersadar dari pesonanya.

"Sangat ada, kalian tau gak temen aku? Dia dulu jelek sekarang sudah berubah cantik kayak Jun Jihyun!" Mutia sangat excited menjelaskan sebab akibat ia kemari.

"Mohon maaf nona, teman anda siapa namanya kalo boleh saya tahu?" Kini receptionis perempuan dengan sedikit bete. Menurutnya ini sangat mengganggu kerjanya yang nyantai.

"Namanya Gatha mbak Gatha"

"Baik nona kami akan mencari di daftar tamu dahulu mohon ditunggu" balas mas-masnya.

"Cepet yaa mas cepet, ini gawat mas gawat!" Rusuh Mutia sambil menggebrak-gebrak properti dimeja receptionis.

"Sabar dong nona, kami sedang berusaha mencari ini!" terlihat si mbak-mbak mulai terpancing emosi.

"Eh mbak yang sopan dong sama tamu itu. Gini-gini aku manager hotel loh, mau saya laporin kamu!" Mutia mulai nyolot.

"Kalo anda manger kenapa? Saya tidak takut!" Tantang mbak-mbak itu dengan gaya dada dimajukan. 'Lah dikira aku bakalan kegoda gitu? Kecil lagi besaran punya aku!' Batin Mutia.

"Alah bacot ... saya laporin nih. Sini pinjem teleponnya saya gak punya hp, hp nya hilang" Kedua receptionis itu menepuk dahinya lelah menghadapi Mutia.

*

Seorang laki-kali berjalan menuju dimana seseorang tadi ia perintah tetap disana tapi ternyata hilang bergantikan nenek-nenek dengan pakaian seksi dan lipstik yang merah menggoda.

Ia mengeram kesal lalu ia mengeluarkan ponsel nya dan mengetik pesan dengan cepat kemudian ia memasukkannya kembali ke dalam saku jasnya.

"Ohh tuan Russel" sapa salah satu pria tua dengan perut buncit terdapat seorang wanita muda menggelayut manja.

Gio hanya mengangguk kecil sebagai balasan. Ia sangat muak melihat orang-orang disini bersikap baik terhadapnya hanya untuk menutupi sifat buruknya.

"Ku lihat tadi kau membawa pasangan. Lalu dimana dia?" Tanya pria buncit itu sambil mengecup dahi wanitanya membuat Gio membuang muka malas.

"Apa urusan mu? Urus saja jalang mu itu" ketus Gio sambil mengambil salah satu minuman coktail di meja.

"Ahh santai tuan Russel aku hanya bertanya. Ku lihat tadi tuan Fernando berbicara tentang kerjasama dengamu apakah perusahaannya akan bangkrut?" Gio berusaha menahan emosinya mendengar celotehan pria didepannya.

"Ku sarankan kau jangan menerima kerjasama itu, bukankah lebih baik kita join bersama lebih menguntungkan lagipula perusahaan kita sama-sama besar bukan?" Lanjutnya lagi Gio mengembalikan gelasnya diatas meja dan langsung menonjok wajah pria itu yang langsung jatuh tersungkur. Membuat orang-orang disana mulai mengerumuni mereka bertiga.

Wanita muda itu nampak shok melihat tuannya yang kaya raya bisa terkalahkan dengan bocah yang bahkan jauh lebih muda darinya. Gio berjongkok kemudian menarik kerah kemeja pria tua itu.

"Ku peringatkan jangan pernah mencampuri urusanku. Jika kau tetap ingin hidup dengan damai!" Gio menatapnya tajam dan langsung mengempaskan pria itu dengan keras dan berjalan meninggalkan tempat itu ketika melihat kehadiran bodyguardnya.

"Bagaimana?" Tanya Gio sambil berjalan cepat meninggalkan ballroom tanpa pamit kepada pemilik acara itu Gio tak perduli.

"Tadi kita melihat nona berjalan keluar tuan tetapi-" botak belum menyelesaikan kalimatnya Gio sudah berlari meninggalkan dirinya dan yang lain. 'Untung bos' batin botak.

**

"Ahh percuma bertanya sama kalian, awas aja yaa aku laporin kalian biar naik gaji" cerocos Mutia sambil berjalan meninggalkan meja receptionis.

Selepas Mutia pergi kedua pegawai hotel itu menghela napas lega karna orang sinting baru saja pergi dari hadapannya.

Mutia mengembuskan napasnya kesal ia hampir menyerah mencari keberadaan Gatha. Harapannya juga sudah punah sejak Gatha meninggalkan dirinya seorang diri. Mutia yang hendak kembali kedalam ballroom mendadak terurungkan sebab ia melihat Gatha yang keluar dari lobi bersama seorang pria dan akan masuk kedalam mobil yang bertengger manis disana.

"Gatha!" Ucap Mutia sambil berlari menuju dimana Gatha berada namun naas ketika Mutia hampir sampai mobil yang ditumpai oleh Gatha sudah melaju dengan cepat.

Mutia mematung ditempat ia tak bisa berbuat apapun saat ini. Ia merasa memang Tuhan sudah menakdirkan kalau ia akan terjebak disini selamanya terlebih bersama mafia itu. Mutia menyesal karena pernah memimpikan bertemu dengan mafia ia sungguh menyesal saat ini.

"Gatha ... kau melupakan ku! Aku disini Gatha, aku kedinginan disini. Aku butuh pelukan mu Gatha. Gatha akan ku bunuh kau!" Teriak Mutia sambil menangis tergugu.

"Aku gantung diri saja" lanjutnya dengan lirih namun masih bisa didengar seseorang.

"Aku tak mengijinkan mu" Mutia memutar tubuhnya mencari keberadaan suara tadi.

Degg...

'Kalau ini aku akan mati beneran' batin Mutia sambil menelan salivanya  merasa takut.

"Mau kabur eh!?" Lanjutnya lagi. Lalu ia berjalan mendekati Mutia dan langsung menyeret lengan Mutia masuk kedalam mobil.

"Tadi aku tak berniat kabur. Beneran loh aku cuma mau cari temen aku yang hilang terbawa ufo" ucap Mutia melucu tapi tak membuat Gio tertawa ataupun terseyum.

"Astaga beneran, suer deh suer. Isshh kau ini tak pernah percaya dengan ku . Lebih baik kau turunkan aku disini saja. Turunkan!" Lanjut Mutia sedikit membentak.

Ciiittt

"Keluar" ucap Gio setelah menghentikan mobilnya.

"Hah?" Lola Mutia membuat Gio mengertakkan rahangnya kesal.

"Keluar ku bilang!" Teriak Gio membuat Mutia kaget dan memilih keluar dari mobil.

Setelah Mutia keluar tanpa menutup pintu mobil. Menurutnya menutup pintu mobil setelah dibentak itu pelecehan. Tanpa basa basi Gio langsung menutup pintu mobil sendiri dan melajukan mobilnya dengan kencang meninggalkan Mutia sendiri.

Mutia menatapnya dengan tatapan biasa saja, malah membuatnya terlihat senang-senang saja. 'Akhirnya terbebas dari penjara' batin Mutia berteriak. Dan ia mulai berjalan seperti gelandangan namun tetap cantik. Beberapa meter ia berjalan tiba-tiba datang mobil yang melaju dengan kencang dan berhenti sampingnya.

"Masuk!" Ucap pengemudi itu tak terbantahkan.

"Dasar plin plan untung brondong" gerutu Mutia sambil masuk kedalam mobil.

"Aku mendengarnya"




Bersambung ....













THE CRUEL PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang