Part 6 - Butuh Gatha

3K 104 1
                                    

THE CRUEL PRINCE

Happy Reading

Malam pun tiba namun tanda-tanda Mutia dikembalikan ketempat asalnya tidak terjadi sama sekali. Saat ini Mutia sedang berjalan mondar-mandir dengan menggigit kuku jarinya. Mutia gadis itu sudah melakukan pemberontakan dengan tidak menyentuh makanan ataupun minuman yang diberikan pelayan untuknya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terlihat pelayan wanita dengan sedikit kesusahan membawa nampan berisi makanan dengan menu yang berbeda terlihat lezat dan menggiyurkan. Membuat siapapun langsung menyantapnya dengan lahap.

Namun itu semua tidak berlaku dengan Mutia yang sedang melakukan demo pemberontakan makan akibat tidak dipulangkan. Pelayan itu hanya menaruh makanan di meja dan segera pergi tanpa mengucapkan sekata pun. Mutia mendengus kesal dengan ini semua.

Lebih baik ia tidur dan ketika ia bangun keesokan harinya sudah berada di apartmennya bersama Gatha yang tidur disampingnya.

*

"Kau sudah menyelundupkan semuanya dengan benar bukan?" Tanya seorang laki-laki dengan segelas red wine berada digenggaman tangannya.

"Sudah tuan, kami juga sudah menyuap anggota dewan yang berjaga disana" jawab pria berambut gondrong dengan lantang. Laki-laki itu hanya mengangukkan kepalanya mengerti.

Kemudian ia menyuruh pria itu pergi dari hadapnnya dan juga menyuruhnya untuk menjaga markas besarnya.

Laki-laki itu dengan pandangan sayu melihat kearah foto yang tergeletak diatas meja kekuasaannya. Ia mengambil foto itu dan menempelkan bibir sexy nya di foto itu. Seolah-oalah mereka sedang berciuman.

"Aku tidak akan pernah melepaskan mu Mutia Adistya" lalu laki-laki itu memejamkan matanya dan kemudian tertidur diatas kursi sambil memegang foto Mutia.

**

Mutia segera membuka matanya dan berharap ia sudah menemukan Gatha disampinya. Namun nihil ia tidak mendapati Gatha maupun berada didalam apartmen nya. Ia masih berada diatas ranjang yang sangat empuk dengan selimut tebal yang melilit tubuhnya.

Dengan segala kekecewaan dan rasa patah hati Mutia turun dari ranjang dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari hal-hal negatif dari bau tubuhnya.

Mutia melihat wajahnya dari pantulan cermin besar yang didalam kamar mandi. Dengan malasnya ia mengambil sikat gigi dan pasta gigi kemudian ia mulai menggosok gigi-gigi rapinya dengan ritme pelan.

Setelah berkumur-kumur Mutia menghela nafas berat. Ia menaruh telapak tangannya diatas dahinya. Ia menghela nafas lagi, tubuhnya lelah bukan sangat lelah. Ia membutuhkan Gatha disaat seperti ini. Dengan mandi terburu-buru karena dingin padahal sudah menggunakan air hangat namun tetap dingin ketika terkena tubuh Mutia.

Setelah berpakaian Mutia keluar dari kamar mandi dan mendapati ranjang yang sudah rapi dengan sarapan yang terletak tidak jauh dari jangkauannya. Mutia melangkah kan kaki jenjangnya menuju meja rias.

Disana cukup banyak peralatan dan aneka make up yang terlihat dari merek terkenal. Namun Mutia hanya menyisir rambut halusnya tanpa mau menyentuh make up yang membuatnya ingin mengoleskannya diwajah imutnya.

Mutia memikirkan nasib nya dan juga Gatha. Namun apakah Gatha juga memikirkannya? Entahlah Gatha tipe orang yang cuek dengan lingkungannya.

***

"Tuan Russel bila anda masih membuat kelas ini ramai silakan keluar" ucap seorang dosen pria yang sudah berumur dengan menatap tajam kearah mahasiswa yang mempunyai marga Russel.

Tanpa mengucapkan kata mahasiswa itu keluar dan diikuti oleh ketiga temannya. Mereka menuju markas yang sudah mereka tempati selama 3 tahun terakhir ini.

"Bukankah ini sangat membosankan" ucap seorang laki-laki yang sedikit gembul dari mereka.

"Kau benar Figos, kau sepertinya harus kerumah sakit jiwa jika tidak ingin membosankan. Kau kab bisa bermain dengan orang-orang disana bukan kah seru??" Lalu temannya tertawa senang karena berhasil mengolok-olok Figos kecuali laki-laki yang kini tengah asyik dengan rokok ditangannya.

Ia adalah Sergio Keannet Russel mahasiswa yang terkenal karena ketampanan dan sifat dinginnya. Laki-laki itu juga dikenal sebagai cavanossa dengan mempermainkan wanita. Ia menggunakan wanita hanya sebagai penghangat ranjangnya setelah itu Gio panggilan akrabnya akan mencampakkan wanita itu dengan kejih.

Tiba-tiba ponselnya berdering dengan raut muka kesal akibat terganggu. Gio segera menjawabnya namun ia malah tambah makin kesal dengan apa yang diucapkan pengganggu itu.

Dengan sedikit marah Gio mematikan sambungan telepon itu sepihak. Dan membuang rokok yang masih baru ia nyalakan. Dengan langkah panjangnya Gio menghiraukan panggilan teman-temannya.

Gio mengendarai mobil sport miliknya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia bahkan hampir menabrakkan mobil mewahnya dengan mobil butut untung saja ia juga pembalap kalau tidak ia pasti akan sudah berada di dalam rumah sakit.

Ketika Gio sudah sampai didepan mansionnya ia melemparkan tas kuliahnya kesembarang arah dan berlari kecil menaiki tangga. Dengan sekali tekan Gio membuka pintu dengan warna merah muda itu, di dalam kamar itu menampilakan wanita yang sedang menatap kosong kearah jendela.

"Kenapa kau tidak memakan makanan mu?" Tanya Gio dengan melipat tangannya didadanya. Wanita itu membalikkan tubuhnya dan tersenyum dengan hangat namun itu hanya palsu.

"Ku kira kau tidak akan kemari lagi. Kau tahu aku merindukan sahabatku bisa kah kau membawa ku pulang" ucap Mutia tanpa mau menjawab pertanyaan Gio sama sekali.

"JAWAB !!!" Teriak Gio membuat Mutia menutup telinganya. Gio semakin mendekatkan dirinya menuju tempat Mutia.

"Kau tidak ingin menjawab? Ok itu pilihanmu" lalu Gio menarik tangan Mutia dengan sangat kasar. Mutia meronta minta dilepaskan ia tersakiti dengan tarikan Gio.

Ketika mereka turun dari tangga terlihat para pelayan dan pengawal yang melihat itu semua tapi mereka tidak ada yang mau membantu Mutia.

Gio membawa Mutia ditepi kolam renang. Dengan kejamnya Gio mendorong tubuh Mutia kedalam kolam renang yang saat ini sedang musim dingin. Mutia yang tidak siap dengan perlakuan Gio sedikit kewalahan akibat suhu air begitu dingin dan tubuhnya yang kurang sehat.

Dengan susah payah Mutia menepi dan segera naik ke pinggir kolam renang. Gio menghampiri Mutia dan menarik tangan Mutia kembali. Laki-laki itu membawa tubuh lemah Mutia kedalam kamar mandi kamar yang ditempati Mutia.

Gio memutar shower dan mengaturnya dengan suhu panas. Mutia sangat kepanasan ketika air itu mengenai kulit mulusnya.

"Ahhhhh tolong ... ini sangat panas ahhhh" rintih Mutia namun tidak dihiraukan dengan sang mafia itu.

Kulit putih Mutia merah-merah akibat air panas itu. Dengan sangat pelan Gio mengganti air panas itu dengan air dingin. Seketika tubuh Mutia merosot ke lantai namun tangannya masih digenggam Gio. Tubuh Gio bahas akibat guyuran shower yang mengenai tubuh mereka berdua.

Gio berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Mutia dan mengusap air mata Mutia yang mengalir dengan deras. Lalu Gio menyingkirkan rambut Mutia dan berbisik.

"Jika kau menuruti ku aku akan bersikap lembut. Namun itu semua akan sebaliknya jika kau bersikap mengesalkan kau akan menyesal" lalu Gio pergi meninggalkan Mutia yang sedang berada dibawah guyuran shower dan menangis sendirian.

"Gatha help me!"







Bersambung ...



THE CRUEL PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang