09 - Crazy Bagas

459 26 0
                                    

"Lah? Kenapa pulang sendiri? Safira mana?"

Baru saja Bagas menginjak kakinya di rumah, ia sudah diserang pertanyaan dari sang Mama.

"Bagas, jawab Mama dong. Safira mana?" Yuna berdiri dari duduknya lalu segera menghampiri Bagas dengan wajah yang khawatir.

"Bagas kira Safira udah pulang, jadinya Bagas pulang," cicit Bagas yang sontak membuat Yuna begitu shock.

"Ya Tuhan, Bagas! Safira sama sekali belum pulang!" Heboh Yuna.

"Safira nggak bisa dihubungi, Ma. Ini Bagas juga khawatir sama dia."

Yuna memijit pelipisnya. Seketika rasa pusing menyeruak di kepalanya. Ia benar - benar mengkhawatirkan Safira saat ini.

"Kamu telfon Papa. Papa pasti tau caranya,"

Bagas segera meraih handphone yang ia simpan di saku celananya. Jarinya mulai menari di atas layar itu, lalu ia mendekekatkan benda persegi panjang itu ke telinganya.

"Hallo Bagas. Ada apa?"

"Papa,"

"Iya kenap---"

"Safira hilang!"

*

Safira masih setia duduk berdiam di dekat pintu. Tangisnya belum juga reda. Ia tidak tau bagaimana lagi bentuk dirinya sekarang. Ia sudah benar - benar kalut untuk saat ini.

Safira melirik arloji yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Arloji kecil milik sang Mama yang sengaja ia gunakan agar ia merasa bahwa Mamanya masih berada di sekitarnya serta menggenggam tangannya.

18.45

"Bagas pasti nyariin aku," gumam Safira lemah.

Tangan Safira bergerak mengambil ransel yang berada beberapa meter darinya. Ia menggeledah isi tas hingga ia menemukan handphone yang sedari tadi tidak ia sentuh.

Ketika Safira menghidupkan handphone yang ia matikan, puluhan misscall dan juga pesan dari Bagas keluarga menyerbu handphone-nya.

Bagas : Safira please! Lo dmn?

Pesan terakhir dari Bagas membuat hati Safira berdesir. Bagas benar - benar peduli dengannya. Kadang Safira berpikir bahwa Bagas adalah kekasihnya, namun Safira segera menepis hal itu. Kebaikan Bagas membuatnya merasa nyaman dan terlindungi ketika bersama laki - laki itu.

Safira lebih memilih menelfon Bagas. Ia ingin mendengar suara Bagas langsung. Ia merindukan Bagas. Bahkan ia ingin sekali memelul laki - laki manis itu.

"Hallo,"

"Bagas,"

"Safira?!" Terdengar suara Bagas yang begitu terkejut. "Lo bener Safira?!"

Safira tertawa kecil mendengar reaksi Bagas yang sebegitu terkejutnya. "Iya," sahut Safira.

"Lo kemana?! Lo tau gue udah hampir putus asa nyari lo, Ra. Lo dimana? Lo baik - baik saja 'kan? Gue cari lo kesana ya?"

PHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang