31 - Hadiah Terbaik Papa

386 21 0
                                    

Tok... tok... tok...

"Fira,"

Samar - samar Safira mendengar panggilan dari luar kamarnya.

"Saf,"

Safira mengucek matanya sebelum ia turun dari ranjangnya. Ia tidak tahu ini jam berapa, tapi ia yakin ini tengah malam karena matanya begitu sulit untuk dibuka.

Tok... tok... tok...

"Sa-"

Kriek...

"Kenap-"

"HAPPY BIRTHDAY!!!"

Mata Safira yang tadinya setengah terbuka langsung terbuka total ketika melihat kejutan di hadapannya. Bagas berdiri di hadapannya sambil menyanyikan lagu happy birthday dan Bagas memegang kue. Safira menutup mulutnya saking bahagianya.

"Happy birthday, Safira," ucap Bagas yang diakhiri dengan senyuman.

Air mata Safira tidak dapat ia tahan lagi. Safira merasa tersentuh dengan kejutan spesial untuknya.

"Lo kenapa nangis?" Tanya Bagas lembut.

Safira menggeleng sambil tersenyum haru. Ia merampas kue yang ada di tangan Bagas dan menaruh sembarangan, kemudian Safira memeluk Bagas dengan sangat erat.

"Thank you," bisik Safira tepat di telinga Bagas.

Bagas tersenyum sambil semakin mengeratkan pelukannya pada Safira.

"Ini adalah hadiah terbaik yang pernah gue terima," bisik Safira lagi.

Bagas melepas pelukannya dan menatap Safira dengan intens. Mata Safira menyiratkan bahwa ia benar - benar merasa bahagia saat ini.

"Ini belum semuanya," bisik Bagas yang menjadi teka - teki di benak Safira.

Bagas mendekatkan wajahnya pada wajah Safira. Safira memejamkan matanya tanpa ada niatan menolak sekalipun. Bagas menggesek hidungnya dengan hidung Safira, kemudian mengecup dengan lembut bibir gadis itu.

Perlahan Safira membuka matanya ketika merasakan wajah Bagas yang mulai menjauh.

Bagas kembali memeluk Safira dengan erat. Di dalam pelukan seorang Bagas, Safira tidak bisa menahan air matanya. Semuanya terasa seperti mimpi, kebahagiaan yang sudah lama tidak pernah ia dapatkan akhirnya kembali hanya karena satu orang spesial.

Malam itu menjadi saksi bisu ketika dua orang yang berbeda akhirnya bisa bersatu dan menepikan perbedaan diantara mereka. Setelah sekian lama berteman dengan kebohongan, mereka kini bisa lepas dari belenggu gelap selama ini.

*

"Dek,"

"Hm," Alana menggumam sambil terus melanjutkan acara makan paginya.

"Mami sama Papi mana?" Tanya laki - laki yang tak lain adalah Rezvan.

"Mereka udah ke kantor. Ada pekerjaan penting sekarang," sahut Alana.

Rezvan mengangguk sebagai jawaban dari Alana. Sebenarnya bukan itu yang akan ia tanyakan, namun ia bingung bagaimana caranya menyampaikan pertanyaan yang sebenarnya.

Alana mengangkat kepalanya ketika mendengar suara antara piring dan sendok yang berpalu. Alis Alana mengernyit ketika mendapati Rezvan hanya mengaduk - aduk nasi yang dibuatnya.

"Van,"

Rezvan menengok ke depan ketika telinganya menangkap sebuah suara yang memanggilnya.

"Lu gak suka masakan gue?"

PHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang