36 - Kebahagiaan Terakhir

467 25 0
                                    

Selama satu minggu yang Safira jalani, Safira merasa menjalani hidup yang selama ini ia cari. Ia merasa kebahagiaan, cinta, kasih sayang, ketenangan, dan segala aspek kebahagiaan mendekat padanya. Safira merasa hidup di lingkungan Surga.

Hari ini, tepat satu tahun kelahiran baby Alby. Rumi sengaja membuat pesta kecil - kecilan yang mengundang keluarga besar. Rumi berusaha menyatukan keluarga yang renggang agar kembali rekat. Rumi tidak ingin ada perselisihan lagi karena dirinya.

From : Tante Rumi
Fira sayang, nanti sore jangan lupa ya. Alby nunggu kakaknya, sayang

Senyum Safira timbul ketika membaca pesan masuk dari Rumi. Hanya sekedar mengingatkan saja membuat Safira bahagia. Safira tidak sabar akan bertemu dengan Alby. Pangeran kecil yang Safira harap hidupnya akan lebih baik dari hidup kakaknya.

Setelah mengirim balasan pesan untuk Rumi, Safira kembali menyimpan handphone-nya.

"Saf,"

Safira menengok ke samping dan menemukan Alana kini duduk disampingnya.

"Lo ada perlu sama gue, Al? Kenapa ke kelas?" Tanya Safira yang kini memutar tubuhnya ke arah samping agar bisa berhadap - hadapan dengan Alana yang memegang sebuah surat.

Tanpa basa - basi, Alana langsung menyerahkan secarik kertas yang dilipat pada Safira. Safira mengkerutkan keningnya melihat surat yang diberikan oleh Alana.

"Ini dari abang gue," ucap Alana.

"Abang?"

"Gue itu punya abang kembar. Tapi dia gak sekolah disini, lo pasti tau siapa abang gue,"

Safira menggelengkan kepalanya sambil mengambil secarik kertas yang diserahkan oleh Alana.

"Baca, Saf. Habis itu, lo kasi tau gue,"

"Kasi tau apa?"

"Baca aja dulu,"

Safira membuka kertas yang dilipat itu. Matanya mulai membaca setiap kalimat yang ditulis oleh kakak Alana.

Safira ya?

Ini gue, Rezvan. Lo masih inget gak? Gue pernah ngenain kepala lo bola basket dulu tanpa sengaja. Udah inget? Pasti udah.

Gue nulis surat ini buat lo. Pertama, gue mau minta maaf sama lo, dan yang kedua, gue mau bilang kalau gue suka sama lo hehe.

Aneh ya? Baru juga ketemu sekali udah suka. Tapi ini beneran kok.

Fir, gue gak pinter basa - basi. Jadi kita langsung ke topik.

Lo mau pacaran sama gue?

-Rezvan-

Safira menatap ulang surat, kemudian menatap Alana. Safira terus melakukan itu selama 5 detik sebelum Safira menutup kertas itu.

"Jadi gimana?" Tanya Alana antusias.

Safira tersenyum. "Gue terima permintamaafan abang lu, Al, tapi-"

"Tapi lo gak bisa nerima abang gue jadi pacar lo 'kan?" Ceroscos Alana. "Udah ketebak."

"Gue minta maaf," lirih Safira.

"Ngapain lo minta maaf? Bukan salah lo kali," Alana tertawa hambar. "Gue udah bilangin ke Rezvan berkali - kali, tapi dia gak mau denger. Katanya dia mau denger dari mulut lo langsung, makannya dia nyuruh gue ngirim surat ke elo."

"Abang lo pasti orangnya baik,"

Alana hanya tersenyum. Ia tidak bisa mengatakan Rezvan baik selama Rezvan selalu memalak uang tabungannya.

PHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang