38 - Epilog

982 40 11
                                    

Satu bulan kemudian...

Perlahan mata seorang laki - laki mulai terbuka. Semuanya terlihat blur ketika matanya terbuka, laki - laki itu mengerjap beberapa saat untuk memperbaiki pandangannya.

TINT!!!

BLAR!!!

Laki - laki sontak menutup matanya ketika suara - suara menyakitkan itu kembali terdengar.

Rasa sakit langsung menyerangnya kepalanya. Laki - laki itu mengerang hingga membuat sang Mama terbangun dari tidurnya.

"Ya Tuhan! Bagas!" Yuna langsung bangun dan mendekati Bagas yang tampak kesakitan.

"Bagas, Bagas, kenapa?" Tanya Yuna khawatir. Air mata wanita itu kini mengalir begitu saja.

Yuna langsung berlari keluar untuk memanggil Dokter. Dokter beserta Perawat memasuki ruangan Bagas. Yuna memilih untuk menunggu di luar. Ia tidak mau mendengar Bagas yang menjerit kesakitan.

Yuna langsung mengambil handphone-nya dan mulai mengotak - atik handphone-nya sebelum menempelkannya di telinga.

"Hallo Pa,"

"..."

"Bagas hidup, Pa. Dia sadar,"

"..."

"Mama tunggu,"

"..."

Tut...

Yuna menghapus air matanya yang terus mengalir. Ia mencoba untuk bersyukur karena Bagas masih dibiarkan hidup walau Safira harus pergi untuk selama - lamanya.

Safira sayang, selamat tinggal.

*

"Maaf gue baru bisa dateng," ucap seorang laki - laki sambil berjongkok di dekat makam milik seorang perempuan. "Semoga lo gak marah,"

Laki - laki itu menghela nafas berat. Air matanya mendesak ingin keluar, namun ia tahan. Ia tidak membuat gadis yang kini sudah tenang di alam sana harus sedih karena melihat dirinya menangis.

"Semuanya berubah ya," ucap laki - laki itu. "Bahkan gue gak pernah berpikir kalau hari yang seperti ini akan tiba,"

"Kenapa lo harus pergi?"

Laki - laki itu melepas kacamata hitamnya. Ia menghapus air mata yang timbul di sudut matanya. Semakin lama, air matanya semakin banyak hingga merobohkan pertahanannya.

Ia menangis. Ia tidak bisa menahan lebih lama lagi. Ia begitu terpukul dengan kepergian Safira. Ia tidak menyangka Safira akan pergi dengan begitu cepat.

"Lo bukan ninggalin gue aja, Saf, tapi Bagas. Lo ninggalin Bagas. Gue gak tau gimana Bagas nantinya kalau tau orang yang dia sayang udah pergi selamanya,"

Laki - laki itu menunduk untuk menyembunyikan air matanya dari orang - orang yang ada di sekitarnya.

"Alda,"

Laki - laki itu mendongak dan menemukan sosok Alana berdiri tepat di hadapannya. Alda langsung berdiri dan memeluk Alana erat. Di pelukan Alana, Alda menangis mengeluarkan rasa pedih yang ia rasakan.

Bukan hanya Alda, bahkan Alana juga merasa terpukul dengan kepergian Safira. Baru saja mereka menjadi seorang teman, Safira sudah pergi meninggalkannya. Alana tidak menyangka jika hari itu memang menjadi hari terakhir Safira.

"Alda, udah,"

"Safira, Na, Safira pergi,"

"Iya gue tau. Bukan cuma lo, Al, bahkan semua belum bisa nerima kepergian Safira,"

PHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang