15 - Happiness With(Out) Love

334 18 0
                                    

Setelah semua perhatian yang berhasil meluluhkan hatinya, Safira tidak bisa berkutik lagi. Gadis itu menyerah. Alda terlalu pandai mengambil hatinya kembali.

Malam itu, Safira duduk di balkon kamarnya. Menatap ke arah langit yang bertabur bintang, seolah malam juga tau bagaimana perasaan bahagianya saat ini.

Tling...

Gadis itu melirik ke arah handphone yang tergeletak di atas meja kecil. Tangan gadis itu langsung tergerak mengambil handphone.

Bagas : Maksudnya?

Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya seketika pudar ketika satu pesan masuk dari Bagas. Pesan yang sejak siang tadi dikirim oleh Safira, baru dibalas malam ini oleh Bagas.

Belum sampai semenit, telfon dari Bagas langsung masuk. Mau tidak mau gadis itu harus mengangkat telfon dari Bagas.

"Maksudnya apa?" Semprot Bagas saat sambungan telfon telah terhubung.

"Kenapa baru bales? Kemana aja dari tadi?" Safira memutar obrolan.

"Jawab dulu, maksudnya apa? Kita nggak ada masalah, terus kenapa kamu minta putus?"

"Aku males pacaran, Gas. Aku mau kita putus,"

"Oh,"

Safira diam. Ia tau Bagas akan berkata lagi setelah ini.

"Kamu males pacaran atau emang kamu makin deket sama Alda?"

Bang!!!

Tepat sasaran. Bagas menebak sesuai dengan kenyataan.

"Kalau ngomong suka ngawur ya?" Balas Safira melawan rasa gugupnya. "Aku nggak mungkin bohong,"

"Terserah kamu." Sahut Bagas malas kemudian mematikan sambungan telfon secara sepihak.

Safira mengangkat alisnya kebingungan. Ia tau Bagas marah, tapi baginya, ini bukan salahnya. Bagi Safira ini adalah salah Bagas yang terlalu berharap padanya, padahal Bagas sendiri tau, Alda masih ada di hati Safira.

Safira mengangkat bahunya tidak peduli. Ia tidak mau merusak malamnya yang indah hanya karena memikirkan keadaan Bagas.

Tapi, kenapa rasanya ada yang mengganjal?

*

Pagi hari di Bali memang tidak bisa lepas dari suguhan matahari terbit yang menghias langit. Langit yang tadinya gelap temaram langsung berwarna keemasan kala sang surya muncul. Bersaamaan dengan itu, aktivitas orang - orang mulai hidup.

Di rumah yang berornamen Bali itu, seorang laki - laki tengah duduk di teras sambil menatap ke arah langit yang perlahan mengangkat sang surya.

Aku males pacaran, Gas. Aku mau kita putus.

Kalimat itu kemudian terputar di pikirannya. Bagas tersenyum kecut membayangkan bagaimana Safira mengatakan hal itu dengan mudahnya. Bagas dengan yakin menyatakan perasaannya pada Safira yang diterima oleh gadis itu, lalu gadis itu datang dengan mudah dan mengatakan kalimat yang membuat Bagas seperti ini.

"Tumben bangun pagi,"

Suara dari sang Mama membuat Bagas yang tadinya melamun langsung terkejut ketika Yuna hadir di sampingnya.

"Eh Mama," ucap Bagas sambil tersenyum. "Bagas kira siapa,"

Yuna duduk di samping Bagas yang tengah duduk di lantai bawah. Yuna memang sengaja menghampiri Bagas ketika ia melihat anaknya itu tengah duduk sendiri di teras. Sedari kemarin malam Yuna merasa ada yang aneh dengan putranya.
Seperti ada sesuatu yang ia khawatirkan disana.

PHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang