X . Aku Bisa Apa ?

35 4 1
                                    


 'tok...tok...tok...'

Pintu kaca ruanganku yang memang aku biarkan terbuka diketuk, aku masih sibuk dengan berkas –berkas didepanku.

"masuk, ada apa din ?"

tanyaku ketika mengetahui siapa yang mengetuk pintu.

"ibu diminta pak bagas keruangannya."

"pak bagas? Beliu sendiri yang minta?"

"iya bu, barusan susi sekertarisnya yang menghubungi."

"ok, thanks dinda."

aku menyelesaikan berkas yang ku baca baru aku menemui mas bagas. Setelah memakai sepatuku dengan benar dan memrapikan dress floral selutut bernuansa biru yang aku padukan dengan outer blazer biru gelap aku keluar ruangantak lupa menutup pintu.

"kalian arisan gak ngajak – ngajak saya?"

Tanyaku pada beberapa karyawan defisiku yang bergerumbul di jam kerja. Mereka mendadak salah tingkah karna ku tegur.

"itu bu, ana barusan dapat kabar kalau indri tadi pagi masuk rumah sakit kena dbd." Terang dinda

"kita nanti rencana mau besuk sepulang kerja, ibu mau ikut?" Tanya ana

"ok nanti saya ikut."

"bu nadia ini laporan yang tadi ibu minta." Danu menyerahkan laporanya kepadaku.

"tolong taruh dimeja saya nanti saya liat, thanks." Ucapku sambil menepuk pundaknya lalu berjalan keluar ruangan defisi keuangan.

"bu nadia mau kemana?"

Tanya saah satu dari mereka yang aku rasa itu suara ana.

"saya mau keruangan pak bagas, ada yang mau nitip sesuatu?"

Tanyaku sambil menoleh ke arah mereka, dan mereka kompak mengelengkan kepala, aku pun lanjut berjalan.

"ati – ati ada macan bu." Mendengar salah seorang dari mereka yang hanyaku balas dengan memberikan kode ibu jari dan jari tekunjuk dilingkarkan yang aku acungkan melewati bahuku tanpa menoleh.

Aku melewati lorong ruangan defisi marketing dan hrd yang ruangannya didepan persis ruangan dirut dan wadirut, didepan ruangan dirut ada meja sekertaris yang kosong.

'tok...tok...tok...'

Aku mengetuk pintu kaca di depanku bedanya dengan pintu dan dinding di rauanganku, diruangan mas bagas ini kacanya kaca film jadi yang di luar ruang gak bisa liat kedalam ruangan.

"masuk.."

Sebelum masuk aku menyelipkan rambut panjang bagian kiriku kedaun telinga.

"bapak manggil saya?"

"iya, kamu sibuk ?"

Aku bisa melihat mata lelahnya yang sibuk dengan laporan di depannya.

"tidak terlalu pak, ada yang bisa dibantu?"

Kali ini dia tersenyum kecil padaku dan aku bisa malihat kantung matanya yang menghitam tapi sepetinya dia tak lupa bercukur.

"aku ingin kopi racikanmu tolong buatkan ya." Pintanya mau tak mau aku pun berbalik ke pantry membuatkan pesanan mas bagas.

Aku membawa secangkir teh madu ditangan kananku, aku membuka pintu setelah aku mengetuknya. Aku malihat mas bagas menumpukan kedua sikunya dimeja sambil salah satu tangannya memijit –mijit kepalanya. Aku meletakkan cangkir di sebelah tumpukan kertas- kertas itu.

Let's Do It . . .Where stories live. Discover now