Part 1

720 32 2
                                    

Aqila kecil melangkahkan kakinya ke rumah mewah bernuansa classic itu. Punggungnya mengenakan ransel merah muda, tubuhnya terbalut seragam SD Putih-Merah, tangannya memegang piala kecil yang bertuliskan Juara 1 Lomba Menyanyi, senyum tidak pernah berhenti terukir di bibirnya. Aqila kecil bena-benar sangat bahagia

Aqila membuka kenop pintu rumahnya. Melihat ke kanan dan ke kiri mencari adanya kedua orang tuanya

Prang..

Aqila segera melangkahkan kaki-kaki kecilnya ke asal suara tersebut. Wajah gembiranya memudar menjadi sedikit khawatir

"Saya tau anda selingkuh kan? Jujur!" ucap suara dari wanita paruh baya tersebut. Kakinya mengeluarkan sedikit darah akibat pecahan piring yang berada tak jauh darinya. Aqila memilih untuk bersembunyi di belakang tembok

"Kalau iya kenapa?" Tanya pria paruh baya yang berada di depannya

"Kamu tanya, kalau iya kenapa, mas? hiks. Aku ini istrimu, mas" Isak Geby, yang diketahui adalah Ibu Aqila.

Isakan demi isakan terus keluar dari bibir Geby. Hatinya sakit, seperti di remukan oleh suaminya. Ia benar-benar mencintai suaminya tersebut, tapi hanya penghianatan yang ia terima

Air mata mulai bercucuran dari pelupuk mata biru saphire Aqila. Ia sangat terpukul menyaksikan adegan tersebut di umurnya yang belia ini

"M-mana mas? Mana rasa cinta kamu yang selalu kamu kasih ke aku? Mana? Mana semua janji kamu akan selalu setia sama aku?" Tanya Geby sambil memegang dadanya, sumber seluruh kesakitan yang ia derita

"Bodoh kamu, By! Pantas saja gak ada yang mau nikah sama kamu. Cinta? Emang cinta bisa apa? Emang cinta ngasilin duit? Gak, By!" ucap Hardy dengan seringai jahatnya.

Perkataan yang diluncurkan oleh Hardy benar-benar menusuk ulu hati Geby maupun Aqila. Geby kecewa pada orang yang telah dicintainya, dan Aqila kecewa pada ayah kebanggaannya

"J-jadi, selama ini kamu bohong, mas?" tanya Geby dengan suara bergetar

"Oh, tentu, kamu pikir aku mau nikah sama wanita aneh seperti kamu? Kalau saja perusahaan ayah tidak bangkrut, pasti aku akan menolak pernikahan ini. Dan ya, semua yang aku incar adalah hartamu. Aku gak cinta kamu, aku cinta hartamu. Dan terbukti bukan? Semua aset perusahaan milikku sekarang" Hardy menyeringai jahat menatap Geby yang menangis tersedu-sedu

"Ibu.. hiks.. Ayah.." Isak Aqila sambil melangkahkan kakinya ke arah kedua orang tuanya

"Aqila?" Geby merengkuh anak semata wayangnya penuh kasih

"Ibu jangan nangis hiks, ayah jahat ya? hiks. Ayah gak jahat, Bu. Ayah cuma hiks" ucap Aqila tak jelas

"Anak sama Ibu sama aja. Sama-sama bodoh! Sama-sama cuma bisa nangis" Bentak Hardy kasar.

Aqila tersentak mendengar bentakan ayahnya. Kemana?

Kemana ayah yang selalu ia bangga-banggakan?

Kemana ayah yang selalu merengkuhnya penuh kasih?

Kemana ayah yang selalu berkata manis dan lembut padanya?

"A-ayah gak boleh gitu. Aqila juara satu lomba nyanyi, yah. Hebatkan? Aqila bisa bahagiain ayah kan? hiks" Aqila menatap ayahnya itu nanar

"Ck, aku bahagia kalau kamu gak ada di dunia ini" Ucap Hardy tanpa ampun

"M-Maksud ayah apa? hiks" Aqila makin terisak

"Mas! Cukup!" bentak Geby tak kuat mendengar anaknya di bentak

Hardy menyeringai dan meninggalkan kedua orang yang pura-pura dicintainya beberapa tahun terakhir itu. Geby menatap Aqila sedih.

"Maafkan ibu, Qila"

ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang