Part 7

406 24 0
                                    

Aqila menghirup udara sore hari itu dalam-dalam. Menikmati seluruh wewangian alami dari bunga-bunga asri yang bermekaran di taman belakang itu. Angin-angin juga ikut bertiup menerbangkan sebagian rambut Aqila.

"Qil"

Aqila mendongak, mendapati Reza dengan kotak P3K yang ada di tangannya. "Hm?" Tanya Aqila pelan

Reza menghela nafas pelan mengetahhui jawaban pasti yang akan keluar dari mulut Aqila. Rezapun duduk di sebelah Aqila dan menatap lurus ke arah bunga-bunga yang juga Aqila tatap.

"Kenapa tadi pulang sendiri?"

"Hm?"

"Kenapa keras kepala banget sih?"

"Hm?"

"Kenapa jawabnya hm terus sih?"

"Hm?"

"Arghhh.. Please dah Qil, lu itu lulus TK kan? Bisa ngomong kan?" Tanya Reza sambil mengacak-acak rambut brunette menawannya. Aqila menjawabnya lagi "Hm"

"Bang Reza! Kak Qila!" Panggil Dira dengan suara cemprengnya seperti biasa

Aqila langsung menatap Dira dengan senyumannya. Membuat Reza berdecak sebal karena perlakuan Aqila berbeda dengannya.

"HUEE... BANG, KAK QILA CANTIK BANGET KALO SENYUMMM" Pekik Dira sambil menunjuk-nunjuk wajah Aqila

"Iya. Emang lu? Kek kuntilanak" Cibir Reza

"Bang bacot ya" Dira memelototi kakak tercintanya itu. Aqila tersenyum sambil mengelus puncak kepala Dira

"Cuma orang bodoh yang bilang cewek cantik kayak kamu itu kayak kuntilanak, Dir" Aqila sedikit melirik ke Reza

"Nyindir amat mbake"

"HAHAHAHAHAHA. TUH MAKAN SINDIRAN DARI KAK QILA WOOO" Pekik Dira senang. Reza mencebiik bibirnya kesal.

"Bacot lu dek, bacot"

"Ye, lu juga keyles bang"

"Udahlah kalian nih berantem mulu" Aqila menengahi

"Dianya bacot, Qil"

"Bang Reza ngocol,  Kak"

"Dir, kamu yang waras ngalah" Ucap Qila.

"Oh iya dongs, Dira mah waras, emang Bang Reza, wekkk" Dira memamerkan lidahnya dan berlari menghindari amukan Reza.

Reza mengacak-acak rambutnya frustasi saat di kata-katain seperti itu. Ah, sudahlah, sudah nasib punya adek se bacot Dira

"Lo lesbian ya?" Aqila menatap Reza dengan mata melotot kaget. Sangat jarang bahkan langka Aqila mengeluarkan ekspresi selain ekspresi datarnnya

Lucu, batin Reza

"Apa yang bikin lo ngira gua lesbian?" Tanya Aqila

"Lo kalo didepan adek gua lucu ramah easy going, lah depan gua? ngomong di jawab hm hm hm mulu. Sakit batin ini" Komentar Reza dengan dramatiS.

Aqila meniup poninya ke atas. "Terus mau lo apa?" Tanya Aqila yang sukses membuat Reza girang

"Jadi Aqila yang diri lo sendiri di depan gua" Reza menatap Aqila lurus-lurus dengan senyum manisnya

"Diri gua? Aqila yang sebenernya adalah Aqila yang ansos dan jutek, sama seperti gua berhadapan sama lo"

Reza menggeleng pelan. "Itu bukan Aqila. Itu Aqila palsu yang sengaja lo setting untuk berhadapan sama orang-orang. Aqila asli adalah lo di saat lo berhadapan sama Dira"

"T--"

"Gua tau, Qil. Lo gak nyaman dengan identitas diri lo yang penuh misteri. Akan lebih baik, kalo lo jadi diri lo sendiri. Lo akan lebih nyaman dan lo bisa lebih bahagia"

Aqila termenung sebentar. Menatap bunga di depannya penuh kekhawatiran entah tentang apa

"Sadly, lo bener, Reza" Aqila menunduk

"Maui jadi diri lo yang sebenernya di depan gue?" Tanya  Reza pelan dan hati-hati

Aqila menggeleng. "Gua gak bisa terus-terusan jadi Aqila yang baik hati, lucu, haha dan easy going, mungkin, beberapa saat gua akan jadi Aqila yang jutek di depan lo"

"Kenapa? Apa masalah lo?" 

Aqila terdiam. Menatap bunga-bunga di depannya lekat-lekat lagi. Sebagian hatinya ingin mencurahkan semua masalah dan perasaannya selama belasan tahun ini. Tapi, ada bagian di hatinya yang juga menolak hal itu

"Kenapa lo cutting sampe sebegitunya?  Seberat itu kah masalah lo? Qil, lo gak tau seberapa banyak pertanyaan gua akan lo"

"Maaf gua gak bisa kasih tau" Aqila menggigit bibirnya

"Ya udah. Tapi gua berharap lo bisa buka hati dan mata lo buat gua biar lo bisa ngeliat gue buat jadi temen lo"

Aqila tersenyum kecil. "Semoga"

ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang