Part 4

440 28 0
                                    

Reza menatap tubuh lemas yang ada di depannya sendu. Entah kenapa, ia merasa tidak tegaan saat ia melihat seorang gadi terkapar dengan demam dan keringat dingin. Reza menghela nafas pelan. Aqila sedari tadi tidak kunjung bangun. Demamnya masih sangat tinggi. Dan itu yang membuat Reza khawatir padanya

"Ngerepotin banget sih lo" Ujar Reza berbicara pada Aqila yang masih tidak bangun juga

"Mmm" Aqila mengerjap-ngerjap matanya beberapa kali. Tubuhnya benar-benar terkulai lemas dan kepala nya terasa berat

"Udah bangun?" Tanya Reza 

"Hm" Jawab Aqila

"Terima kasih"Sindir Reza

"Sama-sama"

Reza mendengus kasar. Aqila sudah cuek, dingin, jutek, hemat ngomong, gak peka lagi

"Mana sopan santun lo, gue yang bawa lo kesini"

"Hm"

"Hm doang? Mana makasih lo?" Tanya Reza menuntut

"Hm"

"Manusia udah kayak mayat hidup lo. Gak punya perasaan, gak punya ekspresi juga" Komentar Reza pedas. 

Tenanglah, Reza bukannya ingin memancing Aqila agar marah. Ia hanya ingin dekat dengan Aqila dan memancing emosinya agar Aqila mau bicara lebih banyak

"Hm"

"Ham hem ham hem, gagu lo, hah?" Sunggut Reza makin menjadi-jadi

Sungguh, Reza sangat gregetan dengan Aqila, disaat-saat gadis lain jika di komentari seperti itu, akan mengamuk dengan tanduk di kepalanya, Aqila justru menatap ke depannya lurus lurus dengan tatapan mata putus asa dan hanya menjawab 'hm'

"Gue gak gagu. Lo udah tau kan gue gak gagu? Jadi gak usah tanya lagi, makasih" Ucap Aqila dengan wajah dtar tanpa menatap Reza

Reza meringis kecil mendengar suara Aqila. Reza yakin, Aqila menyimpan masalah berat dalam hidupnya. Suara Aqila saat berbicara sangat terdengar menyakitkan dan pilu. Tidak ada semangat hidup di dalamnya. Yang ada hanya keputus asaan dan rasa terluka di dalamnya

"Eh? Eum, lo b-belum bilang makasih ke gue" Ucap Reza lagi

Aqila memejamkan matanya sebentar. Menghela nafas pelan dan memeluk dirinya sendiri. 

"Y-yaudah kalau gak mau deh. Gue ke kelas dulu" Reza bangkit dan berjalan menuju pintu UKS 

"Gwrs" Ucap Reza sebelumnya

"Makasih" 

Reza tertegun sebentar. Ucapan terima kasih yang meluncur dari mulut Aqila terdengar lebih tulus. Beban-beban yang tersirat di perkataanya terdengar lebih sedikit. Reza tersenyum kecil dan memilih untuk kembali ke kelas

****

"Mas bro, lo tadi kemana?" Tanya Nino 

"Gue nolongin orang"

"Apaan? Paling lo nyasar tadi di kejar Gendi" Komen Boby

"Wahahaha.. Anjir gue ngakak mulu dari tadi denger Gendi" Sembur Nino

"Nyeh, ini beneran tadi gue nolongin orang" Ucap Reza

"Sapa?" Tanya Nino dan Boby berbarengan 

"Aqila" 

"Oh.."

"HAH? AQILA? WTF!"

"Lo berdua ngapa sih?" Reza memegang telinganya yang baru saja terkena amukan Nino dan Boby. 

"Cerita, njir. Itu nolongin apa lo sama Qila?" Tanya Boby

"Oh, itu, tadi kan gue ngabur di kejar Gendi, gue nyasar ke atap, terus ngeliat di lagi tidur"

"Pasti ileran" Sunggut Nino

"Pale lu. Cantik banget wi, mukanya damai gitu, gak jutek, terus polos" Jawab Reza

"Kamfret! Gue mau liat" Rengek Nino

"Terus ya, pas gue pegang, dia demam tinggi banget, terus keringet dingin, ya udah gue ke uks deket koridor kelas 10 aja" Jelas Reza

"Enak banget lo, gue juga mau" Ucap Boby

"Jutek banget sumpah, tapi manis" 

"Yoi! Lo suka nih sama dia, Za?" Tanya Boby

"Gak. Cuma tertarik" Jawab Reza acuh, toh, ia juga tidak memiliki perasaan apapun pada Aqila kecuali tertarik dan penasaran

"Kita liat aja nanti bro"

ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang