Alasan sederhana

658 6 3
                                    

Semua berawal ketika aku diajak untuk menghadiri salah satu acara ulang tahun teman sekalasku, Ika. Aku merasa terkejut ketika Ika mengundangku ke acara ulang tahunnya, bagaimana tidak? Aku dan pacarnya pernah memiliki masalah yang susah untuk dijelasakan. Pada awalnya aku menolak ajakan Ika karena aku tidak ingin bertemu dengan pacarnya. Dia terus memaksaku untuk mengahadiri acaranya, sampai pulang sekolah pun Ika tetap memaksaku. Ku dengar sayup-sayup suara memanggilku dari belakang. Aku pun menoleh untuk melihat siapa yang telah memanggilku.
'Edwin, Edwin woy tunggu dong' teriak Ika.
'iyaa? Kenapa sih kak, kok teriak-teriak gitu.' Sahutku sambil tetap berjalan
'gimana gak teriak, kamu sih main nyelonong pergi aja' ucapnya sambil mangatur nafas karena berlari mengejarku
'iya deh iya maaf, terus kenapa kamu manggil aku?' jawabku penasaran
'gini loh, kamu mau ya dateng di ulang tahunku? mau ya?' kata Ika sambil mendongakkan kepalanya berharap aku mengiyakan tawarannya
'engga deh kak makasih' jawabku ketus
'loh kok gitu sih, apa cuman gara-gara masalah dengan pacarku kamu gak mau dateng?' ucapnya menebak pikiranku.
Aku merasa bingung, benar kata Ika. Apa gara-gara aku memiliki masalah dengan pacarnya aku tidak menghadiri acara itu? tidak ada hubungannya dengan ika, toh itu pun sudah lama terjadi. Ika juga sangat baik, ucapku dalam hati.
'iya deh, aku pikir-pikir dulu' sahutku sambil berjalan
'bener loh! Harus dateng!' jawabnya sambil menepuk bahuku.

Aku pun berjalan ke tempat parkir dan pulang dengan motor beat putih yang selalu aku kendarai untuk sekolah. Dalam perjalanan aku memikirkan ajakan ika, bingung untuk menghadiri ulang tahunnya atau tidak. Sesampainya di rumah kubuka pintu kamar dan kurebahkan tubuhku. 'bruk' aku berbaring dengan sepatu yang masih melekat di kakiku.
'dek Edwin? pulang bukannya salam malah langsung nyelonong gitu aja, masih pake sepatu lagi' ucap ibuku dengan sedikit menggerutu. Aku heran ketika ibu memanggilku dengan awalan 'dek', secara aku sudah 17 tahun dan aku merasa telah dewasa. Tapi biarlah, toh aku juga nyaman dengan kata tersebut.
'iya deh mah, assalamualaikum.' Sahutku
'ini anak nakal banget. Sepatu copot, cuci kaki cuci tangan makan!' kata ibu sambil meninggalkanku. Saat itu juga aku menuruti kata ibu, takut jika beliau semakin marah.

Drrt, suara handphoneku bergetar. 'PING!!!' ika? kenapa dia? Tanyaku dalam hati. Aku pun tidak menggubris BBM dari ika dan berdiri untuk mengambil makanan. 'drrt drrt... suara handphoneku bergetar lagi, kali ini ika menelponku.
'iya kak, kenapa?' tanyaku saat mengangkat telepon dari ika
'entar jadi dateng kan?' jawabnya. Aku mulai berpikir tentang ajakan ika, okelah lagipula belum ada acara untuk hari ini. Kebetulan juga hari ini malam minggu, ngapain aku sendiri di rumah, pikirku.
'iya, aku jadi dateng. Jam berapa dimana?" tanyaku
'nah gitu dong. Di PH jam 5 aku udah pesen meja kok, entar langsung ketemuan disana ajaa. Okee?' jawabnya dengan nada sumringah
'jam 5 di PH. Okee' ucapku memastikan tempat dan waktunya.

Aku pun langsung beranjak mandi karena waktu itu sudah menunjukan jam 4 sore. Segera aku meminta ijin ibu dan pergi dengan vixionku karena beat yang biasa aku pakai sedang tidak ada bensin. Sesampainya di tempat yang sudah direncanakan, aku pun mencari meja yang telah dipesan oleh ika,
'selamat sore kak, mau pesan meja untuk berapa orang?' Tanya salah satu pelayan di tempat itu
'oh engga mbak, saya mau tanya meja atas nama ika di sebelah mana ya? Sahutku menanyakan meja ika
'oh mari kak saya antar' ucap pelayan tersebut dengan halus. Ternyata sudah ada ika dan teman-temannya yang satu pun tidak kukenal, kecuali seorang gadis behijab yang sudah tidak familiar bagiku. Aul? gumamku agak kaget. Sekarang aku tau mengapa ika memaksaku untuk menghadiri acaranya. Ya dia sengaja memaksaku untuk bertemu dengan aul, seoarang gadis yang sebelumnya aku kenal di sosial media twitter. Aul adalah sahabat ika, dan ika telah berencana mencomblangkan kami. Aul anak yang baik, cantik, walaupun agak manja.

Singkat cerita kami pun jadian. Seperti halnya orang kasmaran, minggu pertama pacaran semua manis banget. Dari BB yang dulu cuman buat BBMan doang, sekarang buat telponan berjam-jam. Dari yang BBMan kalo lagi butuh, sekarang jadi BBMan kapan aja.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang