Matahari di kota Jogja pagi ini seolah tersenyum menyapa ku dengan begitu manisnya. Semanis hatiku yang saat ini sedang berbunga-bunga, karena kemarin aku baru saja lulus sidang skripsi dengan predikat sangat baik. Aku sangat bersyukur karena aku bisa lulus tepat waktu. Tinggal bagaimana aku mengejar mimpi-mimpiku berikutnya, yaitu aku ingin melanjutkan study S2 ku di luar negeri. Dihari Minggu yang cerah ini aku berencana untuk berjalan-jalan ke Toko Buku yang berada di perempatan kota.Aku ingin membeli beberapa buku tentang kepenulisan untuk menambah beberapa koleksiku yang juga berjejer rapi di rak buku kamarku.Memang sejak beberapa tahun terakhir ini aku sedang sangat menyukai dunia tulis-menulis. Dan beberapa karyaku tersebut sudah dimuat di beberapa koran lokal dan nasional, seperti puisi atau pun essay. Selain itu aku juga gemar menulis cerpen, pernah beberapa kali lolos dalam ajang lomba karya tulis fiksi yang diadakan ditingkat daerah maupun nasional. Maka dari itu, semakin hari aku semakin bersemangat untuk terus menggali potensi yang sedikit demi sedikit mulai muncul dalam ide-ide ku, untuk kemudian bisa melahirkan karya-karya baru berikutnya.
Jarak antara kost-ku dengan toko buku terkenal, terbesar, dan terlengkap di kota Jogja ini tidak terlalu jauh, hanya dengan 10 menit aku telah sampai di Toko Buku tersebut dengan mengendarai motor matic kesayanganku. Sampai dilantai tiga, tempat dimana buku-buku sastra di pajang, aku langsung sibuk mengamati beberapa buku yang mencuri perhatianku. Termasuk buku kumpulan cerpenku pun berada dideretan atas rak buku dalam toko tersebut. Bangga sekali rasanya, seorang yang mengawali hobby nya dari modal nekad dan keyakinan sepertiku bisa membuat Antologi cerpen seperti sekarang.
Ku lihat salah satu buku karya Imam Musbikin yang berjudul "Karena Anda Bertakdir Kaya". Buku tersebut berisi panduan merancang tujuan hidup, serta panduan memahami motivasi dan metode untuk menjadi seorang enterpreneurship. Sepertinya cocok dengan misiku yang sedang mencari jati diri menuju masa depan yang mandiri dengan memanfaatkan potensiku yang ada sekarang ini untuk mewujudkan mimpi-mimpiku kedepan.
Aku mulai tertarik dengan buku tersebut, maka ku ambil dan ku baca sekilasnya narasinya. Aku mulai berpikir dan terhanyut dalam khayalanku. Semangatku mulai berkobar untuk terus maju berkarya dalam bidang sastra ini. Tapi tiba-tiba seseorang disampingku menoleh dan menyapaku.
"Hallo Tika, belanja ya?" senyumnya ramah.
Aku pun reflek menoleh ke arahnya. Beberapa detik ku amati siapa dia, sepertinya wajahnya tersebut tak asing lagi bagiku. Aku mencoba memutar memoriku sedikit ke belakang. Astaga, apa aku tidak salah liat? Benarkah aku tidak salah orang? Benarkah ini dia?
"Ka..kak.." kataku terbata-bata.
"Iya, ini saya. Tidak disangka kita akan bertemu lagi disini. Bagaimana kabarmu?"
Tidak salah lagi, dia lah laki-laki yang selama ini berusaha ku hapus namanya dari ingatan ku. Laki-laki yang selama ini bayangannya selalu ingin ku buang jauh-jauh dari pikiranku. Dia lah Muhammad Ikhsan, kakak tingkatku di kampus yang hampir selama tiga tahun ini menjadi bayang-bayang dalam pedihnya hatiku.
"Alhamdulillah baik, kakak bagaimana kabarnya?" tanyaku gugup.
"Luar biasa, Alhamdulillah baik. Lama sudah tak pernah berjumpa, kamu jauh berbeda sekarang."
Aku hanya mampu tersenyum menanggapi ucapannya. Apa maksudnya berbeda? Apa aku terlihat sangat buruk sekarang setelah dia berhasil menghancurkanku, meluluh lantakkan hatiku? Aku hanya menjawab semua pertanyaannya dengan biasa-biasa saja, sambil berusaha menutupi gejolak hatiku yang luar biasa ini.
Lama sudah tak pernah ku dengar kabarnya. Bukan benar-benar tak mendengar, tapi aku memang sangat tak ingin mendengar apapun tentangnya. Meski kabar yang mengatakan bahwa selepas wisuda S1 nya kemarin dia langsung mendapat beasiswa S2 di Amerika Serikat tak bisa begitu saja luput dari pendengaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love?
Cerita PendekKarra adalah seorang siswi cantik dari SMU Persada. Di sekolah, Karra dikenal sebagai sosok yang pintar, bandel dan jago basket. Sementara itu, di rumah, ia dikenal sebagai sosok yang manja dan acuh tak acuh. Kehidupan di sekolah dan di rumah inilah...