Hari ini giliran Ino yang kebersihan kelas, dan dibantu dengan teman-teman yang lainnya juga."Ino, tolong bersihkan penghapus papan tulis itu" kata temannya sambil menunjukan telak penghapus papan tulis.Ino lalu mengambil penghapusnya dan membersihkan penghapusnya, namun Ino tidak melihat kalau ada orang di bawah dan abu itu mengenai kepala mereka semua."Hehk... siapa yang melakukan ini, hahgk!!" tanya laki-laki yang ada di bawah sambil membersihkan abu dari badannya, lalu dia melihat ke atas dan mendapatkan Ino memegang penghapusnya "Tamat riwayatmu" ucapnya sambil memandang sinis ke arah Ino dan mengajak temannya untuk menghampiri Ino."Bagaimana ini? Sara?" tanya Ino panik "Aku harus kabur!"
Ino mengambil tasnya lalu kabur lewat pintu belakang yang mengarah ke taman. Dia lolos keluar dari sekolah, namun dia masih dikejar-kejar."Heh! Tunggu""Jangan lari kamu!""Aku harus menghajarmu"
Ino benar-benar ketakutan sekarang, dia tak tahu mau lari kemana lagi. Lalu dia melihat semak-semak dan dia berlari kencang, namun saat berlari ternyata ada orang yang sedang tidur disitu dan tak sengaja Ino menginjak tanganya lalu terjatuh."Ahhgk! Sakit" dia merintih kesakitan."Maaf maaf! Aku tidak sengaja, aku fikir tidak ada orang" ucap Ino panik. "Tolong! Tolong bantu aku. Aku akan melakukan apa saja padamu, asalkan kamu mau mEnolongku""Apa saja?" ulanginya"Yah, apa saja. Tapi tolong aku, ada yang mengejarku. Jadi, jadi tolong aku" pinta Ino dengan melipat tangannya dan memasang wajah kasihan."Baiklah!"
Mereka yang mengejar Ino akhirnya ketemu juga, dan melihat ada seorang di sampingnya. Seketika mereka tak tahu harus berbuat apa. Mereka merasa kesal melihat cowok yang ada di samping Ino."Hahgk! Itu kan Yoga. Sial!""Kita tidak bisa melawannya, dia sangat kuat" bisik teman yang satunya."Iya, lebih baik kita pergi saja""Berikan cewek itu pada kami" ucap teman yang satunya lagi "Kami punya urusan dengannya""Sekarang dia adalah mainanku, jadi kalian semua jangan ada yang menyentuhnya. Karena kalau kalian menyentuh sehelai rambut saja, maka berhadapan denganku. Mengerti!" ucap Yoga dengan pandangan dingin namun mematikan.
Mereka tadi pun pergi, sedangkan Ino masih binggung dengan kalimat cowok yang ada di depannya sekarang [mainan?]."Sekarang mereka sudah pergi""Itu, apa maksudmu dengan kata bahwa aku adalah mainanmu" tanya Ino curiga, sepertinya Ino merasakan arwah lain di sekitarnya."Kamu tidak mengerti? KAMU ADALAH MAINANKU!!!"Ino mematung seperti es, kata-katanya tadi membuat dia berfikir keluar dari lubang buaya masuk ke kandang singa.
Besok pagi dan hampir seminggu Ino selalu jalan dengan Yoga, ini membuat teman-temannya bertanya pada Ino."Ino. Kamu ada hubungan apa dengan Yoga? Apa kalian pacaran? Kamu tak tahu siapa dia?""Dia adalah cowok tertampan di sekolah ini, buktinya ada anak kelas satu yang hanya dipandang Yoga langsung pingsan dan dia juga jago berkelahi. Jawab temannya dengan hati berbunga-bunga, membayangkan dia sedang dinner dengan Yoga.Teman yang bertanya tadi memukul kepalanya "Bukan itu maksudku!""Dia disebut Devil" jawab teman yang satunya lagi dan yang lain menganguk setuju"Apa? Devil?""Ya, dia itu iblis dan sangat berbahaya. Ino! Kamu jangan dekat-dekat dengannya"Ino ingat dengan kata-kata Yoga [bahwa aku adalah mainannya, tapi sampai sekarang dia tidak melakukan hal-hal yang buruk padaku].
Hari ini Ino tugas kebersihan. Butuh waktu lama untuk membersihkan semuanya sendirian. Akhirnya Ino selesai membersihkan semuanya, lalu dia keluar dari gedung sekolah dan melihat Yoga ada disana. Ternyata Yoga menunggunya."Apa sudah selesai?""Kamu menungguku, sejak kapan?""Itu tidak penting. Ayo pergi"
Yoga mengantar Ino pulang ke rumahnya, dan sepanjang perjalanan Yoga hanya diam saja, Ino pun tak tahu harus bicara apa."Apa kamu lapar?" tanya Yoga saat mereka melewati kedai mie ramen."Ahgk! Tidak!" balasnya dengan tersenyum penuh arti."Oohg!"Gerrg Gerrg, mereka diam sejenak, dan itu adalah suara perut Ino, yang tidak setuju dengan kata-kata Ino. Ino langsung memalingkan wajahnya [perut sialan!]. Ino memberanikan diri melihat Yoga, yang mulai dari tadi menunggu reaksi Ino dengan pandangan yang datar."Hehehehe, sepertinya aku lapar" ucap Ino lalu menundukkan kepalanya.Yoga yang ingin tertawa bahak, namun ditahannya. Yang keluar hanya senyuman kecil."Ya sudah. Ayo makan""Baiklah! Apa aku bisa makan yang banyak?" tanya Ino dengan semangat, tapi melihat pandangan Yoga yang tanpa ekspresi dia kembali tertunduk "Maaf!"Untuk kedua kalinya Yoga menahan tawanya dan memandang Ino yang masih tertunduk. Lalu dia menggapai tangan Ino dan membawanya ke kedai ramen."Makanlah sampai kamu benar-benar merasa kenyang""Benarkah?""Eemm" Yoga tersenyum.Ino tertegun sejenak saat melihat Yoga tersenyum padanya [ternyata senyumnya manis juga].
Pelayan datang memberikan pesanan mereka, dan Ino berhasil menghabiskan ramen 3 mangkuk. Yoga hanya diam saja melihat Ino makan begitu lahap."Kamu suka mie ramen?""Ini makanan kesukaanku" jawab Ino dengan mulut yang masih penuh dengan ramen."Begitu ya"Selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah Ino."Itu, terima kasih atas mienya""Sama-sama""Hag! Rumahku sudah sampai" mereka berjalan kearah rumah Ino "Yoga! Bagaimana caraku untuk membalas kebaikanmu?" tanya Ino."Bagaimananya?" Yoga balik nanya.Lalu Yoga menyuruh Ino mendekatkan telinganya, Ino pun menurut, berharap ada sesuatu yang ingin dikatakan Yoga, ternyata tidak. Dia malah mencium bibir Ino. Ino terkejut dan mematung, itu adalah ciuman pertama Ino."Sepertinya begitu" ucap Yoga, lalu melangkah pergi."Tunggu! Itu, kamu. Arah rumahmu dimana?""Di Naha" ucapnya lalu kembali berjalan."Itu kan berlawanan arah kesini, kenapa dia mau mengantarku sejauh ini?"
Pagi-pagi di sekolah Ino sedang berbicara dengan teman-teman lainnya."Ino. Rambut lembut sekali, pasti kamu sangat merawat rambut kamu" ucap laki-laki yang ada di sampingnya sambil memegang rambutnya."Jangan berhebihan. Itu hanya biasa saja" Ino merasa sirih dipegang-pegang oleh temannya itu.Tiba-tiba saja, seperti petir datang di siang bolong, Yoga datang dan memotong rambut yang dipegang temannya itu, semua teman yang ada di kelas itu merasa ngeri melihat Yoga, sedangkan Ino pingsan karena rambutnya dipotong.
Di ruang UKS Ino nangis-nangis karena rambutnya pendek sebelah."Siapa dia! Seenaknya memotong rambutku, dasar! Dia benar-benar iblis!""Maaf!" tiba-tiba Yoga sudah muncul di balik tirai "Maaf! Tapi aku tak suka kamu dipegang-pegang orang lain, termasuk rambut kamu dan lagi, aku lebih suka melihatmu dengan rambut pendek"
Di sekolah Ino merasa tidak nyaman, apalagi rambutnya sudah dipotong pendek. Walau sebenarnya dia melakukan untuk Yoga.
"Yoga!" panggilnya saat mereka bertemu di tangga sekolah. Ino ingin menunggu reaksi Yoga, apakah dia senang dengan rambutnya yang sekarang.Yoga terkejut melihat Ino sudah rambut pendek, Ino jadi salah tingkah."Ini aku lakukan bukan karena kamu yang minta, tapi aku malu kalau ke sekolah dengan rambut yang pendek sebelah""Oohhg! Maaf" Yoga pergi meninggalkan Ino, sedangkan Ino kecewa karena tidak ada reaksi apa-apa dari Yoga.
Di kelas, ada cewek yang membawa berita tak enak didengar apalagi untuk Ino."Teman-teman, kalian tahu. Aku tadi melihat Yoga si iblis itu dengan cewek di taman" ucap temanya dengan semangat "Aku merasa kalau si Yoga itu sudah dapat mangsa yang baru" sambil melihat ke arah Ino."Ino, apakah kau sudah putus dengan Yoga?" tanya temannya spontan, merasa kasihan dengan Ino."Emangnya siapa yang pacaran?" mencoba menyembunyikan rasa kecewanya."Apa kamu baik-baik saja? Kamu tidak disakiti oleh dia kan?""Tidak. Aku tidak apa-apa""Benarkan. Dia berbahaya. Kamu pasti sudah dipermainkan olehnya, lalu dia bosan denganmu dan kamu dibuang olehnya, benar tidak?""Kamu jangan ngomong seenaknya, lagian siapa yang dipermainkan siapa?" Ino marah pada teman-temanya.Kata-kata dipermainkan membuat hati Ino merasa sakit, [apa benar kalau dia hanya mempermainkanku]
Ino lalu memcari Yoga, dan ketemu di taman."Yoga!" panggil Ino, Yoga bangun dan melihat Ino sudah menangis "Apa, apa benar aku cuma mainanmu saja?"Yoga hanya diam melihat tangisan Ino dengan pandangan yang datar."Yoga! Jawab aku, apa benar aku cuma mainanmu saja?""Dari awal aku sudah bilang, bahwa kamu adalah mainanku saja, kenapa kamu bertanya lagi?""Kamu jahat Yoga, aku tak mau jadi mainanmu lagi. Kalau kamu ingin main-main cari saja cewek lain" ucap Ino lalu pergi meninggalkan Yoga.
Hati Ino merasa ditusuk-tusuk jarum, selama ini Ino berfikir kalau Yoga merasakan hal yang sama dengan Ino, Ino fikir Yoga menyukai dia, ternyata dia salah, Ino hanya dianggap sebagai mainan saja."Ino!""Sora, ada apa?""Kamu, jangan lagi dekat-dekat dengan Yoga. Dia orang yang sangat berbahaya. Sudah banyak cewek yang dibuatnya nangis. Kamu tahu kalau aku selama ini memperhatikanmu dari jauh.""Sora. Apa yang kamu katakan? Aku tidak mengerti""Ino. Selama ini aku menyukaimu""Apa!!""Iya, selama ini aku menyukaimu. Tapi karena aku melihatmu bersama Yoga, aku jadi tidak berani mengatakannya. Ino kamu mau pacaran denganku?"Ino berfikir sejenak, mengingat Yoga yang sudah menyakiti hatinya, Ino mengambil keputusan bahwa dia mau pacaran dengan Sora."Baiklah!""Benarkah? Ahhgk! Senangnya hati ini. Kalau gitu pulang sekolah ayo kita jalan-jalan""Kemana?""Ke tempat yang indah, ya sudah. Sampai ketemu lagi"
Sora sudah menunggu Ino di depan sekolah, Ino menghampirinya, berharap Yoga ada disana, tapi dia tidak terlihat."Ayo Ino" ajak Sora"Kita kemana?""Lihat saja nanti, pasti kamu terkejut"
Sora membawa Ino ke tempat yang sepi, perasaan Ino sudah tidak enak. Saat Ino berjalan lebih cepat dari pada Sora, dia melihat ke belakang sudah tidak ada Sora, melainkan laki-laki yang mengejar Ino."Kalian! Mau apa kalian? Mana Sora?"Dia sudah mendapatkan bayarannya, karena sudah berhasil membawamu kesini"Jadi, Sora hanya pura-pura. Dia mulai ketakutan."Kami sangat menunggu kesempatan ini, kesempatan dimana penjagamu itu tidak ada bersamamu""Penjaga? Siapa penjagaku?""Hahahah, jadi kamu tidak tahu kalau selama ini kamu aman karena dia selalu ada di dekatmu. Kami jadi tidak bisa menghajarmu. Tapi sekarang dia tidak ada, jadi bersiap-siaplah"
Mereka mengepung Ino, sedangkan Ino nangis, karena dia baru sadar bahwa selama ini dia dijaga oleh Yoga, dia selalu aman dari mereka karena dia dijaga oleh Yoga. Terbayang kembali saat-saat Yoga menunggunya di sekolah, Yoga yang selalu mengantarnya pulang sampai rumah [maafkan aku Yoga] Ino tertunduk.
Tiba-tiba terdengar suara kesakitan, dan terjadi perkelahian. Ino mengangat kepalanya dan melihat Yoga sudah berkelahi. Mereka yang ada disitu merasa takut dan kalah."Sudah kubilang dia adalah mainanku, kenapa kalian berani menyentuhnya?""Maaf, maafkan kami""Ayo kabur!" semua laki-laki itu lari.Yoga berjalan ke arah Ino dan membatu Ino berdiri."Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Yoga dan Ino hanya mengangguk."Kenapa kamu bisa ada disini?""Kebetulan saja aku lewat"
Yoga membawa Ino ke taman, tempat dimana dia dan Ino bertemu."Kenapa kamu mEnolongku?""Karena kamu adalah malaikatku. Jadi tidak boleh ada yang membuat malikatku sakit atau pun menangis""Apa? Malaikat! Kamu bercanda, dari mana kamu lihat bahwa aku ini malaikatmu?""Kamu ingat, saat kamu meminta tolong padaku sambil melipat tangan? Aku melihatmu seperti seorang malaikat yang sedang berdoa""Dan aku melihatmu seperti seorang iblis yang siap memakanku""Benarkah? Jadi kalau aku memakanmu sekarang, apa kamu akan melawanku?"Ino mencerna kata-kata Yoga, memakan? Apa maksudnya."Apa maksud..." kata-kata Ino dihentikan Yoga dengan ciuman yang diberikan Yoga. Dan sekarang Yoga menciumnya lebih lama."Kamu akan terus menjadi mainan dan malaikatku. Apa kau mengerti?"Ino seperti terhipnotis oleh ciuman Yoga, dan Ino hanya mengangguk sebagai tanda setuju. Dan mereka tersenyum dengan hati yang bahagia
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love?
Short StoryKarra adalah seorang siswi cantik dari SMU Persada. Di sekolah, Karra dikenal sebagai sosok yang pintar, bandel dan jago basket. Sementara itu, di rumah, ia dikenal sebagai sosok yang manja dan acuh tak acuh. Kehidupan di sekolah dan di rumah inilah...