Bagian 7 | Hai, Kal!

60 5 0
                                    

"XII Mia 1 absen ke 37

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"XII Mia 1 absen ke 37 ..., Aa Ubaidillah Salim anu pang kasepna sa-alam dunya," gumam Dillah setelah berhasil menemukan namanya. (arti Aa : kakak laki-laki, arti anu pang kasepna sa-alam dunya : yang tampannya se-alam dunia)

"HOEK!!!" respon Nancy.

Dillah memukul kepala Nancy yang kebetulan berada di dekatnya.

"Kal! Aing di kelas Mia 1," katanya kemudian. Pembicaraannya ditujukan kepada Haikal tapi terasa 'entah kepada siapa ia berkata' karena cowok yang lebih jangkung darinya entah ada di mana.

Kemudian, Dillah menepuk-nepuk pundakku dan mengumumkan berita yang sama. Aku tidak meladeninya karena masih sibuk mencari nama.

"Nen, aku kelas sebelas mia dua," katanya pada Nancy.

"Oh!" Nancy meresponnya dengan cepat.

"Pikaseubeuleun sia mah, ah!" keluh Dillah sambil menyenggol Nancy hingga tubuh gadis itu hampir tumbang. Aku tertawa. (Arti : nyebelin kamu tuh, ah!)

"Iya, kalau udah tau, sana dong!" kataku kesal karena Dillah masih diam memandang kertas-kertas dan menghalangiku untuk mencari nama Renavia Dirgantara.

Dillah malah memasang wajah jelek tanda meledek.

Tuh, kan. Mulai amit-amit.

Aku mendorongnya pelan agar menyingkir lalu meledeknya kembali.

"Teangan ngaran urang, euy!" titah Haikal entah pada siapa. (Arti : carikan namaku, dong!)

"Saca, aku satu kelas sama kamu!" kataku. "Di Mia 2!" lanjutku sambil berteriak pada Saca yang entah berada di mana juga. Dan entah, dia mendengarnya atau tidak.

"Sekelas sama aku juga, dong, Nan?" sahut seseorang tapi aku tidak menganggap sahutannya ada.

Bukan apa-apa, ini semua karena aku tiba-tiba fokus melihat Haikal yang teriak, "Mana?!" dengan suara lantang serta tampang yang antusias sambil mendekatiku.

Dari belakang tubuhku yang lebih pendek, Haikal menghadapkan pandangannya ke papan mading yang sudah tidak seindah ketika awal-awal bulan. Yang dulunya berwarna-warni dan penuh oleh informasi, pemberitahuan, artikel, poster atau foto karya anak-anak ekskul Jurnalistik.

Yang ada dan yang tersisa sekarang hanya kertas-kertas putih dengan sisi belakangnya diberi lem. Berisikan tentang pengumuman remedial tahun ajaran kemarin. Dan sekarang, daftar nama penduduk kelas baru.

"Aing ngomong ke Saca, lain ke maneh!" kataku tanpa membalikkan wajah maupun badan. (arti maneh : kamu)

"Tapi Sacanya gak ada, dong!" balasnya.

"Ya biarin, dong."

Aku diam dan mengumpat dalam hati, kesel tapi gimana ya?

"Mana, ih?" ulang Haikal.

From the Feeling AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang