07

186 42 7
                                    

Selamat Menikmati!~

Jalan-jalan sepertinya lumayan untuk ganti suasana. Aku memakai jaketku dan keluar rumah. Hari ini sepertinya tidak akan badai salju seperti kemarin.

Di tengah jalan, aku tak sengaja melihat orang mencurigakan. Kulihat apa yang sedang mereka lakukan. Oh, membuntuti.

Tunggu, kayak kenal. Nab dan.... Midorima? Jangan-jangan yang mereka buntuti itu [Name]?

Aku memutuskan untuk mengamati dari kejauhan. Tiba-tiba tangan seseorang menyentuh pundakku.

"Imayoshi-san, apa yang kau lakukan disini?" tanya Saaya. Aku berusaha untuk bersikap biasa saja. "Jalan-jalan."

"Tapi, dari tadi kau diam saja disini. Oh, kau sedang melihat Nab-chan dan Midorima-san ya?"  ujar Saaya. Apa dia ikutan misi pembuntutan [Name]?

"Kalian ngapain membuntuti [Name]?" tanyaku. Saaya terkekeh. "Kau suka dengan [Name]?"

"Tentu saja tidak. Sudahlah, jawab pertanyaanku." Aku memangku tanganku.

"Nab-chan bilang ia ingin membantu Midorima-san dan ia mengajakku juga. Kalau kau bertanya kenapa aku tidak disana, aku baru saja tiba." Saaya menepuk punggungku. "Sudah ya! Aku mau menyusul mereka dulu." Setelah itu Saaya meninggalkanku sendirian.

"Dia suka menepuk pundak orang ya?"

- S - H - O - U - I - C - H - I -

Aku sudah keluar rumah selama tiga jam empat puluh sembilan menit tujuh belas detik. Rumah kosong. Apa Keira pergi ya?

Akupun membuka televisi, siapa tahu ada acara bermanfaat. Ditemani segelas susu hangat, aku menonton berita sore.

Tring.

Kubuka ponselku. Pesan dari Saaya.

Saaya
Imayoshi-san!

Aku
Ada apa?

Saaya
Mau kencan besok?


Brak.
Ponsel yang kupegang terjatuh. Kencan?

Aku
Ada apa tiba-tiba kau mengajakku?

Saaya
Ingin saja. Kenapa kau tidak mau?

Aku
Baiklah. Jam berapa?

Saaya
Jam 10. Aku jemput.

Pria macam apa yang dijemput oleh seorang perempuan? Mungkin ia akan mengajakku naik mobil mewahnya.

"Oniisan? Kau sudah pulang ternyata." Keira masuk dan duduk di sebelahku.

"Kau kemana saja?" tanyaku. Keira tiba-tiba salah tingkah. "A-aku mau mandi dulu." Keira langsung pergi ke kamarnya.

Ada apa dengannya? Aku yang curiga diam-diam mengambil ponsel Keira yang tertinggal di sofa.

Aomine
Sudah sampai?

Aku
Sudah! Terima kasih, Aomine.

APAA?!

Aku memantangi layar ponsel Keira. Kulihat percakapannya dengan Aomine. Ternyata keduanya sudah cukup lama dekat.

Aku memutuskan untuk mandi dulu, sebelum menginterograsi Keira. Sepertinya akan memakan banyak waktu.

3rd's PoV

"Ponselku mana?" ujar Keira bingung. Setelah mandi Keira berniat menghubungi Aomine.

Keira keluar dari kamarnya dan mendapati kakak tercintanya sedang berdiri dengan ponsel Keira di tangannya.

"Jadi, bisakah kau jelaskan ini?" ujar Shouichi pada Keira dengan senyuman sambil menunjuk ponsel Keira. Keira pun terpaksa menceritakan semuanya pada kakaknya.

"Awalnya, aku benci dengannya! Ia bahkan sempat merepotkanmu. T-tapi setelah aku mengenalnya, a-aku j-j-jadi s-s-suka d-dengannya...." Keira langsung menutup wajahnya dengan bantal.

Shouichi yang melihatnya tersenyum dan mengelus Keira. "Kau sudah besar rupanya." Keira memukul Shouichi dengan bantal. "Aku memang sudah besar sejak lama tahu!"

"Memukul orang berkacamata itu sama saja dengan tindakan percobaan pembunuhan," ujar Shouichi sambil membenarkan kacamatanya. Keira justru terus memukul kakaknya.

"H-hei! Kuberitahu Aomine nih," adu Shouichi.

"Ih, oniisan tukang adu! Iya-iya, aku tidak akan memukul lagi. Tapi, oniisan harus beritahu aku siapa perempuan bersurai merah itu!"

"Surai merah? Kau tahu darimana?" selidik Shouichi.

"Aku sempat melihat Aomine dan perempuan itu pergi bersama. Ketika aku tanya, katanya oniisan juga kenal dengannya," jelas Keira.

"Jadi, apa dia pacar Aomine?" lanjut Keira. Keira jadi cemas, takut dengan jawaban kakaknya.

"Tidak, Saaya itu adiknya Akashi. Kau tahu Akashi kan?" Keira menghela napas lega. "Oniisan kok bisa kenal dengannya?"

Shouichi memberitahu ia tak sengaja bertemu Saaya di perpustakaan. "Mungkin itu takdir?" goda Keira. Shouichi hanya memukul pelan kepala Keira dan keluar dari kamar Keira.

"Takdir itu tidak ada."

Nothing for Me || Imayoshi Shouichi [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang