08

178 43 12
                                    

Selamat Menikmati!~

Sesuai janji, aku dan Saaya hari ini akan pergi berkencan. Aku menunggunya menjemputku sesuai janjinya. Apa dia benar-benar akan menjemputku dengan mobil hitam besar itu?

Tring.

Saaya
Aku sudah sampai.

Aku segera keluar dan menghampiri Saaya. Syukurlah, ia tak menggunakan mobil hitam besar itu.

"Kau jalan kesini?" tanyaku. Kami mulai berjalan.

"Iya. Woah, Imayoshi-san kau keren hari ini!" puji Saaya.

"Terima kasih," kataku dengan senyuman. Aku tak akan tergoda semudah itu tahu.

Saaya ini kelihatannya seperti anak polos dan blak-blakan, tetapi dia ini tenang dan cukup licik. Ya, bukan licik seperti Hanamiya, tapi licik seperti pandai mengatur rencana.

"Saaya, kau ini biasanya yang disebut sebagai orang muka dua ya?" ujarku terus terang.

Mari kita lihat apa jawabannya.

"A a... Imayoshi-san tidak seru sama sekali. Pura-pura tidak tahu saja dong," kata Saaya yang mulai menunjukkan wajah aslinya.

Semenjak pertanyaanku itu, Saaya tidak sok manis dan polos di depanku. Tetapi, ketika temannya lewat, ia langsung memasang topengnya kembali.

Aku benar-benar dibuat terkesan olehnya.

"Kau hebat juga ya ternyata." Saaya terkekeh. "Tentu saja. Jika kau tinggal di keluarga Akashi, sudah pasti kau terbiasa."

Saaya sedikit menceritakan tentang keluarga Akashi yang suka di datangi orang seperti penjilat dan penghasut.

"Susah juga ya jadi Akashi?" tanyaku. Saaya menggelengkan kepalanya. "Lumayan menyenangkan. Apalagi mempermainkan para penjilat itu."

"Kau cukup mengerikan ya?" kataku yang membuat Saaya tertawa senang. "Terima kasih."

Kami berjalan menuju bioskop. Tidak ramai ternyata. Tunggu, jangan-jangan-

"Kamu menyewa bioskop ini?" Saaya mengangguk.

"Untuk apa? Aku tahu kau kaya, tapi ini berlebihan," ujarku sedikit syok.

"Bukan menyewa sih, lebih tepatnya ini punya Akashi," jelas Saaya santai.

Film pun dimulai. Aku mulai memfokuskan diri pada layar di depanku. Film ini lumayan juga ternyata. Aku menengok ke arah Saaya.

Tertidur?

"Saaya?" panggilku pelan dan sedikit mengoyangkan bahunya. Gagal. Sepertinya ia benar-benar tertidur. Ada kantong mata juga di wajahnya. Mungkin ia tidak tidur semalam.

Aku kembali memfokuskan diri pada layar lebar di depanku. Satu jam lima puluh delapan menit kemudian film berakhir.

"Saaya, bangun!" kataku dan menepuk pelan bahunya. Tidak ada respon.

"Aku harus bagaimana?"

Aku berpikir sejenak, kemudian otakku memberikanku sebuah solusi.

Aku mencubit pipinya. "Saaya, bangun!"

"Huaa... I-imayoshi-san, tanganmu kenapa ada.... di pipiku...?" ujar Saaya ketika matanya terbuka dan nyawanya sudah kembali ke tubuhnya.

Aku menarik tanganku. "Membangunkanmu. Kau tidak tidur ya semalam?"

"Hehe... Iya, aku sedang mengerjakan tugas sekolah," jawab Saaya dengan senyum palsunya.

"Masa sih seorang Akashi perlu mengerjakan tugas hingga pagi?" selidikku. Saaya benar-benar tidak bisa menipuku kali ini.

"I-itu... sebenarnya, aniki.... aniki mau..."

"Mau apa?" kataku. Aku jadi penasaran jika Saaya memutus-mutus ucapannya terus.

"Aniki mau.... mau..... AHH!! AKU TIDAK BISA BILANG PADAMU!!" Saaya mengacak-acak rambutnya.

"Aku jadi penasaran nih. Tapi, kalau kau tidak mau bilang, ya sudah," ujarku pasrah. Aku tidak suka mendesaknya.

"A-aku akan bilang padamu," ujar Saaya. Saaya menatapku tajam.

"J-jadi, aniki bilang ia mau-"





































To be Continued.

A/N : Selamat menunggu di chapter berikutnya:D

#saveauthor

Nothing for Me || Imayoshi Shouichi [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang