04

324 61 21
                                    

"Aomine!" ucapku setelah lima menit empat puluh sembilan detik berlari.

"Momoi! Kau bilang ke senpai ya!" seru Aomine. Momoi segera bersembunyi dibelakangku.

"Hei, Aomine apa maksudmu ini?" ujarku. Sepertinya, keduanya baru saja tiba disini.

"Senpai, kemarin saat aku tahu dia mantannya Midorima," kata Aomine sambil menunjuk [Name]. "Aku langsung bertanya dengan Midorima bagaimana kronologisnya."

"Jarang sekali kau ikut campur," ujarku. Aomine pun melanjutkan, "Ternyata dia itu punya punya dendam dengan orang berkacamata!"

"Memangnya kalau aku berpacaran dengan Midorima, masalah?" ujar [Name] tenang. "Apa dengan itu kau jadi menyimpulkan aku benci orang berkacamata?"

"Aku bukan tipe yang suka menuduh, [Name]. Aku punya buktinya," ujar Aomine sambil membuka hpnya.

"Setelah melihat foto ini, kau masih ingin membantah?"

Aku dan Momoi ikut melihat foto tersebut. Terdapat seorang perempuan dan seorang laki-laki. Laki-laki berkacamata.

"Hanya dengan foto itu kau menyimpulkannya? Itu bukan bukti yang kuat, Aomine," ujar [Name] masih tenang.

"Bagaimana dengan rekaman ini? Rekaman khusus langsung dari 'mantan'mu." Aomine memutar rekaman berdurasi tiga puluh menit lima puluh sembilan detik tersebut.

.
"Minta maaf? Setelah apa yang dia lakukan?! Bahkan pria itu tidak bisa mengatakannya langsung!" seru [Name]. Sepertinya. ketenangannya mulai hilang.

"Ya aku juga kesal dengan pria itu, tapi kau lebih menyebalkan, [Name]. Apa perlu kau balas dendam dengan menyakiti orang yang tak ada hubungannya?!" kata Aomine mulai emosi.

"Kenapa dia boleh, sedangkan aku tidak? APA BEDANYA AKU DENGAN DIA?!"

Aku mulai ikut berbicara, "Beda. Dia bertobat, kau tidak."

"KALIAN BAHKAN TIDAK MENGERTI RASANYA DISELINGKUHI! SELAMA TIGA TAHUN KAU TAHU? TIGA TAHUN MASA SMP!" teriak [Name] dengan mata berair. "Ia menyelingkuhiku saat kami baru sebulan berpacaran. Kau tahu rasanya?"

Kami hanya bisa terdiam.

"Hei, apa semua laki-laki seperti itu? Imayoshi-san, aku tahu kau menerimaku karena sedang bosan. Apa kau pikir aku mainan?"

Lagi-lagi kami hanya bisa terdiam. Membiarkan perempuan yang sedang terluka itu mengeluarkan kesakitannya.

"Setelah ini, kalian mau apa? Menyebarkannya? Silahkan! Aku sudah tak peduli! Aku akan melakukan apa yang kumau!" ujar [Name] dan melangkah pergi sambil menghapus air matanya.

■ ○ ■ ○ ■ ○ ■ ○ ■

"Senpaiii... Tambah lagi..."

"Ucapanmu seperti orang mabuk saja! Padahal hanya minum air," ujarku sambil memukul kepala Aomine.

"I-itte yo senpai!"

"Jujur aku ingin muntah," ucapku sambil menutup mulutku bergaya mual.

"Aku hanya berusaha menghiburmu, kapten," jawabnya jujur. "Harusnya kau menghibur Midorima bukan aku. Dan berhenti berkata menjijikan seperti itu."

"Hidoi-ssu!" ujarnya mulai menirukan suara teman lama alaynya itu.

"Ima-chin bagi kuenya~" ujarnya lagi kali ini menirukan rekan lamanya yang bertubuh jangkung.

"Imayoshi-san, aku adalah cahaya. Kau tahu? Ini kata favorit Tetsu," ujarnya menirukan mantan bayangannya. Dia punya dendam dengan tim lamanya atau bagaimana sih?

"B-baka! Bukan berarti a-aku mencemaskanmu! Wahaha..!! Yang ini pasti mirip!!"

"Ao-"

"Berhentilah menangis hai kau budak cinta!" Kali ini ia menirukan mantan kapten SMPnya sambil tertawa. Jika saja Akashi mendengar ini mungkin Aomine hanya tinggal nama esok harinya. Lagipula siapa yang menangis?

HEY! HEY! HEY! PANGGILAN TIBA! HEY! HE-

"Ah, handphoneku berbunyi," ujar Aomine dan menerima panggilan tanpa melihat nama pemanggilnya. Ringtone yang aneh.

"Daiki."

"Oh, Akashi! Ada apa mau latih tanding?"

"Kau sepertinya punya dendam denganku?"

"Hm? Tidak."

"Benarkah? Bisa tolong berikan hp ini kepada Imayoshi-san?"

"Tentu," ucap Aomine dan memberikan hpnya kepadaku. Aku mematikan loudspeakernya.

"Ada apa, Akashi?"

"Kami, Rakuzan mau mengadakan camp, timmu mau ikut? Ada anggota generasi keajaiban lainnya juga. Kalau waktu, kami masih mencari."

"Oh, biar kutanyakan besok."

"Baiklah. Oh ya, satu lagi. Jangan lupa bilang pada Daiki, 'Hati-hati saat pulang'. Sudah itu saja. Kututup ya."

Tuuutt--

Aku pun menyerahkan hp tersebut pada pemiliknya. Setelahnya aku menyampaikan pesan Akashi padanya. Aomine hanya memiringkan kepalanya, bingung.

"Semoga kita masih bisa bertemu lagi, Aomine," ucapku sambil menepuk pundaknya dan pergi.

"E-eh? S-senpai! Apa maksudnya?!"





A/N : Mantan [Name] siapa ya? Author juga gak tahu.-.

#saveaomine

Nothing for Me || Imayoshi Shouichi [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang