"Yo, Imayoshi!"
"Oh, tumben kau datang duluan," ujarku dan duduk di depannya. Saat ini kami sedang berada di sebuah restoran cepat saji.
"Sedang bosan. Jadi bagaimana?" tanyanya sambil menyeruput es di depannya.
"Aku kan sudah cerita padamu semuanya," ujarku seraya membuka bungkus burger.
"Aku baru tahu kalau Kana merobek dan membakar semua foto kalian sejak TK," ujarnya lagi kali ini sambil memakan kentang goreng.
Dia pun membuka suaranya kembali, "Jadi, kau apakan si [Name]? Aku paling benci dengan perempuan seperti dia."
Aku menjawabnya sambil memangku daguku dengan tangan di atas meja, "Kubiarkan saja."
"Terkadang kau itu sangat menyeramkan, tapi kalau kau baik begini lebih menyeramkan lagi," ujarnya sambil menunjuk-nunjuk diriku dengan kentang.
"Begitu ya? Jadi, itu alasanmu tidak mau bermain kartu denganku?" ucapku dengan senyuman yang bisa dibilang seringai.
"Siapa yang takut melawanmu! Aku bawa kartu, ayo kita bermain," serunya sambil mengeluarkan kartu dari tasnya.
■ ○ ■ ○ ■ ○ ■ ○ ■
"Lagi-lagi kau yang menang!"
"Sudah berapa kali kau kalah, Hanamiya?" ujarku dengan senyuman. Bagi Hanamiya senyumanku ini pasti terlihat menyebalkan.
"Dari 700 bermain, aku menang 34. Sisanya kau," ujarnya sambil membereskan kartunya dan mengembalikannya ke dalam tas.
"Angka yang bagus," ujarku dengan senyuman yang masih melekat di wajah.
"Kau memang S ya?"
"Hm? Tidak juga."
"Kupikir karena namamu 'S'houichi."
"Kalau begitu kau M? 'M'akoto."
"Tentu saja tidak! Sudahlah jangan dibahas lagi," ujarnya sambil berdiri. Akupun mengikutinya keluar dari restoran ini.
Kamipun berpisah setelah keluar. Ia pulang, sedangkan aku menuju perpustakaan. Hari ini suasananya pas sekali untuk belajar.
□ ● □ ● □ ● □ ● □
Buku yang itu belum kubaca, sedangkan yang ini tidak ada lanjutannya disini.
Aku memutuskan untuk bertanya pada pegawai perpustakaan ini, "Permisi, apakah buku ini ada seri selanjutnya?"
Pegawai tersebut menjawab, "Saya masih baru disini, jadi belum hapal semuanya. Anda bisa tanyakan pada ibu itu." Akupun menghampiri seorang wanita berumur yang ditunjuknya tadi.
"Ah, yang itu sedang dipinjam. Besok hari terakhir pengembaliannya. Kau bisa datang besok," ujarnya. Aku memutuskan untuk membaca buku lain.
Sekitar dua jam tiga puluh enam menit tujuh detik, aku belajar. Sepertinya sudah saatnya untuk pulang. Aku mengembalikan buku yang kupinjam ke tempat semula.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. "Kau ingin pinjam buku ini ya?"
"Iya, terima kasih. Etto, adiknya Akashi?" tanyaku ketika melihat wajahnya yang mirip dengan Akashi. Jujur aku tidak tahu ia punya adik.
"Aku Akashi Saaya. Terima kasih sudah membantu kakakku," ucapnya datar sambil membungkukkan badan. Keluarga Akashi memang beda.
"Kau SMP Teikou ya? Kelas?"
"Tiga," jawabnya singkat. Kami sekarang sedang jalan beriringan keluar dari perpustakaan.
"SMA mana? Ikut kakakmu?" tanyaku. Rasanya aku sok dekat sekali. Kenal Akashi saja sebatas lawan latihan tanding.
"Sebenarnya aku ingin masuk Touou," jawabnya. Kemudian ia melanjutkan dengan raut malu-malu, "Karena Aomine-senpai disana."
Dalam hatiku, aku bersyukur sebab Aomine tidak akan menjomblo selamanya.
Aku menepuk pelan bahunya. "Semangat, kau pasti bisa." dan meninggalkannya sendirian.
--3rd's PoV
"Jadi dia yang namanya Imayoshi? Hm... menarik," ujar seorang perempuan bermarga Akashi itu dan menaiki mobil hitam keluarganya.
.
A/N : Ini kejadian sebelum kisedai pergi menginap. Karena Imayoshi tidak ikut.Mau tahu kisah lanjutnya? Bisa lihat kelanjutannya di Byakunisa06
Terima kasih sudah membaca!~
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing for Me || Imayoshi Shouichi [√]
Fanfic[KOPAJA COLLABORATION] Dia yang mengejarku, dia yang membuangku. Aku sih tidak masalah, lagipula ini semua hanya untuk mengisi kebosanan. Chara KnB © Fujimaki Tadatoshi Nothing for Me © yurene (me) Cover by @mathbathn